Hampir empat tahun menjalani rumah tangga bahagia bersama Rasya Antonio, membuat Akina merasa dunianya sempurna. Ditambah lagi, pernikahan mereka langsung dianugerahi putri kembar yang sangat cantik sekaligus menggemaskan.
Namun, fakta bahwa dirinya justru merupakan istri kedua dari Rasya, menjadi awal mula kewarasan Akina mengalami guncangan. Ternyata Akina sengaja dijadikan istri pancingan, agar Irene—istri pertama Rasya dan selama ini Akina ketahui sebagai kakak kesayangan Rasya, hamil.
Sempat berpikir itu menjadi luka terdalamnya, nyatanya kehamilan Irene membuat Rasya berubah total kepada Akina dan putri kembar mereka. Rasya bahkan tetap menceraikan Akina, meski Akina tengah berbadan dua. Hal tersebut Rasya lakukan karena Irene selalu sedih di setiap Irene ingat ada Akina dan anak-anaknya, dalam rumah tangga mereka.
Seolah Tuhan mengutuk perbuatan Rasya dan Irene, keduanya mengalami kecelakaan lalu lintas ketika Irene hamil besar. Anak yang Irene lahirkan cacat, sementara rahim Irene juga harus diangkat. Di saat itu juga akhirnya Rasya merasakan apa itu penyesalan. Rasya kembali menginginkan istri dan anak-anak yang telah ia buang.
Masalahnya, benarkah semudah itu membuat mereka mau menerima Rasya? Karena Rasya bahkan memilih menutup mata, ketika si kembar nyaris meregang nyawa, dan sangat membutuhkan darah Rasya. Bagaimana jika Akina dan anak-anaknya justru sudah menemukan pengganti Rasya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Kecurigaan Demi Kecurigaan
“Bakalan bahaya kalau aku bonceng kamu!” komentar Yusuf, mantan suami Alina kepada Alina. “Nanti yang ada, tensi darahku langsung turun dan aku enggak diizinin sumbangin darahku ke anak-anak Akina!”
Di depan perusahaan milik Dharen, Yusuf terus menawar. Pria berkulit kuning langsat itu merasa serba salah. Ikut Alina, nyawanya yang bermasalah. Sementara andai ia naik motor sendiri, bisa jadi nyawa putri kembar Akina yang bermasalah. Terlebih parahnya, keadaan jalan sedang macet—merayap.
Alina memang sengaja menjemput Yusuf menggunakan motor guna mempersingkat perjalanan. Sejauh ini, orang-orang yang mengenal juga paham. Bahwa ketika Alina naik motor dan itu demi mempersingkat waktu tempuh perjalanan, keadaan mendadak jadi terasa kun fayakun. Pembalap liar saja kalah jika harus melawan Alina. Termasuk juga, Yusuf yang akhirnya menyerah.
Diboncang Alina membuat nyawa Yusuf seolah terombang-ambing. Terlebih, Yusuf dilarang berpegangan ke Alina. Pria itu tidak bisa untuk tidak heboh, gara-gara kelakuan mantan istrinya. Karenanya, sampai rumah sakit, sopir Dharen yang menunggu sudah langsung memboyong Yusuf menggunakan kursi roda.
“Kasih teh manis ... kasih teh manis! Nasi Padangnya jangan lupa disuapin biar strong!” berisik Dharen yang diam-diam sangat mengkhawatirkan nyawa Yusuf.
“Asli sih, aku takut nyawa Yusuf transmigrasi. Bismillah lah ... kasihan Akina sama anak-anak,” batin Dharen sampau berbesar hati memijat-mijat kedua lengan maupun pundak Yusuf.
“Enggak ... enggak. Makannya jangan dulu. Minum teh saja. Soalnya ... ini saja perutku mual banget!” keluh Yusuf yang masih kleyengan.
“Lemah!” cibir Alina yang kemudian ngegas, meminta Yusuf segera diboyong ke IGD. Alina sendiri langsung mengabarkan ke perawat yang menangani si kembar, bahwa calon pendonor darahnya sudah datang.
“Hah? Sudah sampai? Katanya jemput di kantor?” Beberapa dari keluarga mereka, yang memang terlanjur khawatir pada keadaan Akina berikut si kembar, refleks tertawa. Namun, diamnya Alina dan juga kenyataan Yusuf yang mual-mual, membuat mereka langsung paham.
Secercah cahaya seolah langsung mereka dapatkan atas kehadiran Yusuf. Harapan si kembar segera melalui masa kritisnya seolah terbuka lebar, meski Rasya tak sampai turun tangan. Terlebih ketika bala bantuan dari Rain akhirnya juga tiba. Stok darah untuk si kembar dan awalnya tidak ada, menjadi melimpah.
Mengetahui kedua putrinya tak lagi kekurangan stok darah, Akina membiarkan dirinya jatuh pingsan. Akina yang sedari tadi mati-matian berusaha bertahan demi bisa memastikan sang putri, akhirnya menjalani penanganan. Zeedev yang diam-diam masih bertahan tak jauh dari Akina, yang memboyongnya ke ranjang rawat di IGD.
“Tante, titip, ya!” ucap Zeedev sengaja pamit.
Mommy Rere yang tak terbiasa berkomunikasi dengan Zeedev, meski mereka memang kenal, refleks bengong. “Si Zeedev kenapa? Kesannya, dia kayak ... ada rasa ke Akina?” pikir Mommy Rere yang juga masih ingat, bahwa kedua sejoli yang pernah ia pikirkan, pernah terlibat perjodohan.
“Dev, kamu di sini?” sapa ibu Chole yang digandeng oleh sang suami—pak Helios.
“Kamu enggak usah turun tangan, Syam. Aku sudah utus orang buat selidiki. Ini saja, aku mau langsung ke kantor polisi. Antar mbak Chole dulu,” ucap pak Helios berbisik-bisik di sambungan telepon yang ada di ponselnya.
Setelah sempat menyimak dan tersenyum kepada ibu Chole, Zeedev sengaja mengajak pak Helios berbicara empat mata. Membuat ibu Chole pamit untuk memastikan keadaan Akina dan si kembar. Ibu Chole dan pak Helios memang masih kerabat Akina sekeluarga. Namun alasan Zeedev ingin berbicara empat mata dengan pak Helios, murni karena Zeedev tahu, pria itu pernah menjadi ketua bahkan bos mafia. Masalah selidik menyelidiki, bahkan membunuh, tentu bukan hal baru untuk seorang pak Helios.
Kedua pria itu sengaja melangkah ke depan dekat jalan.
“Om sudah ke TKP. Tadi beneran langsung mampir, dan mobil Akina yang ringsek, lagi diderek.” Pak Helios memulai cerita.
Tanpa sedikit pun curiga apa maksud Zeedev begitu perhatian kepada Akina dan kedua putri kembarnya, pak Helios juga menjabarkan. Mengenai hukuman yang kiranya akan menjerat pelaku dan itu kedua sopir truk.
“Kedua sopir truk sudah diamankan. Paling banter mereka hanya akan dijerat dengan pasal kelalaian. Padahal, korbannya saja berjatuhan,” ucap pak Helios.
“Om, ... aku enggak yakin ini hanya kelalaian biasa. Aku mikirnya, ini masih berkaitan dengan Rasya,” sergah Zeedev benar-benar serius. “Jujur, aku beneran baru tahu semuanya dari Rain. Sementara tadi pagi, di rapat Rasya dan pekerjaannya, aku sengaja datang buat pastiin hubungan dia dan Akina. Kok, ... dia terkesan menelantarkan si kembar. Aku sampai lempar air mineral ke dia. Dan di situ, aku beneran tercengang. Sebab kabar dia punya istri yang susah hamil, terus istri simpanan ... itu bukan lagi rahasia, Om.”
“Yang bikin aku curiga ini masih berkaitan dengan dia—Rasya, ... Rain bilang, dia sampai menyetting semuanya agar hubungannya dengan Akina. Bahkan hubungannya dengan anak-anak, tidak berjejak. Apa pun alasannya, menghapus semua data, memalsukan pernikahan, bahkan membakar tempat tinggal darah dagingnya, dan sekarang, menolak mendonorkan darah padahal putrinya sedang sekarat.”
“Keadaan ini bikin aku yakin, dia juga sengaja meniadakan Qilla dan Chilla, agar tidak meninggalkan jejak!” Tentu yang Zeedev maksud jejak hubungan Rasya dan Akina.
Namun dengan santainya, pak Helios justru tersipu. Keadaan yang jujur saja membuat Zeedev yang baru saja bersedekap, jadi bingung.
“Dia, apa istri pertamanya?” ucap pak Helios sambil tersenyum manis hingga lesung pipit di kedua pipinya jadi terukir sempurna. Lesung pipit yang memang mempermanis senyumnya, meski kini ia tak lagi muda.
“Hah ...? Kok aku enggak kepikiran itu, ya?Apa kita sadap hapenya semacam itu, Om? Kayaknya orangnya dirawat inap lagi deh. Soalnya tadi baik Rasya maupun Irene, sama-sama dirujak sama Alina!” lirih Zeedev antusias. Kali ini ia sangat bersemangat. Ia juga langsung menawarkan diri untuk membuktikan kecurigaannya.
“Kecelakaan lalu lintas, dibalas kecelakaan lalu lintas. Namun, kita kasih yang spesial buat mereka, andai memang sampai terbukti!” singkat pak Helios dan langsung membuat Zeedev mengangguk-angguk paham.