Suami Kedua Untuk Istriku

" Sayang.. " Reisya terisak dalam tangisnya.

Ia tahu dulu Stanley pernah kecewa dengan sahabatnya dan sampai trauma. Entah apa yang di lakukan Jeselyn dulu pada Stanley , yang jelas itu membuat Stanley yang dulunya anak baik baik jadi sering mabuk mabukan dan trauma pacaran lagi.

" Main rumah tangga rumah tanggaan  denganmu terlalu menyakitkan,  Kita berpisah saja !!! " tegas Stanley tanpa ampun.

Kisah percintaannya cuma di hiasi dengan kebohongan. Ia benar benar sudah muak dengan semuanya. Ia tak ingin bersama dengan Reisya lagi.

Ia sungguh tak tahan berada di ruangan menyesakkan itu bersama orang yang membohonginya. Reisya begitu  mengecewakannya. Stanley hendak melangkah keluar kamar namun Reisya mencegahnya.

" Jangan tinggalkan aku Stanley. Aku tak sanggup berpisah darimu... " Reisya menahan Stanley sambil bersimpuh memeluk kakinya.

" Lepaskan... "

" Tidak... "

" Ku bilang lepaskan... " ucap Stanley mulai kesal.

" Sampai mati pun aku tidak mau melepasmu Stanley...." Reisya bersikeras. Ia justru kian menguatkan tangannya di kaki Stanley . Ia sungguh tidak ingin berpisah dari Stanley.

Stanley terdiam sesaat, kemudian perlahan ia menurun dan berjongkok di depan Reisya.  Ia menatap Reisya dengan tajam dan dingin. Tak seperti tadi yang begitu hangat ,  bersemangat, dan penuh cinta.  Satu senyum pun tak tampak. Yang ada cuma kemarahan. Kemarahan besar yang tertahan .

" Mau buat berapa kebohongan lagi? " tanya Stanley dingin.

" S ..Stanley.."

" Kuberi tahu kau Reisya... Shera cerita padaku. Rita bilang kau yang menyuruh dia untuk menjebakku di kamar mandi itu. Kau sengaja menjebakku dengan ancaman bunuh diri agar kita ketahuan dan digerebek...."

Reisya ternganga. Ternyata Stanley sudah tahu boroknya hari itu.

" Awalnya aku pikir, kau melakukan itu karena terlalu cinta padaku. Aku bersedia memaafkanmu karena kau hamil anakku...tapi kau sungguh wanita tak tahu di untung...bisa bisanya kau membohongiku , membohongi keluargaku juga keluargamu. "

" Maaf , Stanley... "

" Sekarang  katakan,  Besok kau akan buat kebohongan apa lagi? Padahal orang tuaku sudah mau membuka hatinya untuk wanita sepertimu. Wanita jahat yang menghancurkan putra mereka satu satunya.  Memberikan aib pada mereka. Kau membuat aku dan orang tua ku malu karena peristiwa di sekolah itu. Di keluarkan dari sekolah. Dipaksa menikahi mu jika tak ingin di penjara. Orang tua mu akan menjadikan aku seorang pemerkosa jika lari dari tanggung jawab. Tapi ternyata kau wanita penipu. Aku sungguh menyesal karena mau menikahi mu!!!!! "

Reisya begitu shock mendengar ucapan penuh kemarahan dari suaminya itu. Kata katanya itu seperti pedang yang menusuk tepat ke jantungnya. Seketika Reisya kehilangan kekuatannya, tangannya melepaskan kaki Stanley dan ia terduduk lemas .

" Aku sangat benci dengan semua yang kau lakukan.. mau bunuh diri atau apa terserah. Kau wanita egois , gila . Kalau mau mati ... MATI SAJA !! AKU TIDAK AKAN PEDULI PADAMU LAGI !!" ucap Stanley kemudian bangkit .  Ia pun melangkah pergi meninggalkan Reisya yang sedang shock itu.

.

.

.

.

.

.

.

***********

.

.

.

.

Reisya hanya bisa menangis terisak di dalam kamarnya. Apalagi sejak itu Stanley mulai dingin padanya. Dia tak mau tidur sekamar dengan dirinya lagi. Stanley memilih tidur di kamar lain daripada tidur sekamar dengan Reisya.  Ia juga tidak mau bicara lagi dengannya. Jangankan tersenyum , bahkan menatapnya pun tidak. Stanley benar benar tidak menganggap keberadaannya. Ia terlalu marah , terlalu benci pada Reisya.

Sedang mertuanya tetap perhatian padanya. Mereka tetap ramah dan terkadang pulang membawakan oleh oleh kue atau jajanan untuknya.

" Ini ada kue Rei sayang. Tadi Mama kebetulan dari bakery, mungkin bayimu menginginkannya.... " ucap Nancy sambil memberikan sekotak kue cup cake yang cantik dan berwarna warni.

" Makasih , Ma "

Sepertinya Stanley belum menceritakan tentang kebohongannya pada Papa dan Mama nya. Reisya sedikit lega walaupun perasaannya tak tenang. Seperti bom waktu, yang bisa meledak kapan saja dan menghancurkan rumah tangganya.

.

.

.

.

.

Reisya yang suntuk pergi keluar rumah untuk mendinginkan kepalanya. Ia duduk di sebuah taman bermain sambil menatap beberapa bocah kecil yang sedang bermain dengan riang disana.

.

.

' Andai saja aku benar hamil.... aku akan memiliki anak yang lucu dan menggemaskan seperti mereka...

Tapi... sepertinya... itu cuma mimpi... '

.

.

.

Reisya menitikkan air matanya. Ia pun akhirnya terisak. Menyesali semua tindakan bodohnya. Stanley memang pantas marah padanya, ia sadar semua karena keegoisannya. Ia memang picik. Rasa takut kehilangan Stanley membuatnya melakukan semua kebohongan itu.

Ia menghalalkan segala cara agar bisa bersama pemuda yang sangat di cintainya itu. Ia bahkan sampai rela putus sekolah dan nikah muda, padahal ia termasuk siswa teladan dan prestasi cukup bagus. Ia pernah menjadi juara 1 dibidang olahraga voli di tingkat kota . Ia bahkan membuang mimpinya untuk menjadi seorang atlet karena cinta gila nya.

Namun semua terasa sia sia saat kini Stanley mengabaikannya. Hanya tinggal menunggu hitungan hari saja, Stanley membuka mulut pada orang tuanya dan berakhirlah sudah semua mimpi indah nya dalam merajut mahligai indah rumah tangga yang baru seumur jagung itu.

Bisa di pastikan ia akan di ceraikan oleh Stanley Dan itu adalah kehancuran dunianya.

.

.

' Hidup tanpa Stanley itu bukan  hidup '

.

.

.

" Apa ?... " Reisya mendongak saat merasakan punggungnya di sentuh oleh seseorang. Ia melihat seorang pemuda asing berdiri di depannya dan menatapnya dengan wajah khawatir.

" .... " Pemuda tampan berkulit cerah, berambut coklat , bertubuh sangat tinggi , berdada bidang dan atletis dengan hidung yang sangat mancung, bibirnya tipis sedikit lebar, juga memakai kaca mata , ia mengucapkan kalimat dengan bahasa yang sama sekali tak di mengerti oleh Reisya yang tak mahir berbahasa asing itu.

Nilai bahasa inggrisnya 8 , itupun berkah kebaikan hati gurunya yang tahu ia seorang atlit volli yang absen karena sering minta dispen jika ada pertandingan. Namun sebenarnya ia tak bisa berbahasa inggris.

.

.

.

.

' Dia bicara apa.... dia ngomong pakai bahasa negara mana? Inggris? Belanda? Perancis ?.... ah sepertinya bukan...ini terdengar khas banget logatnya...Jerman kah? '

.

.

' Oh... dia memberikan sapu tangan?.... Sepertinya dia ingin aku berhenti menangis ... '

.

.

Reisya menerima sapu tangan dari pria asing itu dan mengusap air matanya.

Pemuda asing itupun akhirnya tersenyum . Ia nampak senang  Reisya tak menangis lagi meski matanya masih menatap  kosong ke arah anak anak kecil yang tengah bermain dengan orang tuanya.

" Evrard !! " Suara seorang yang cukup keras terdengar memanggil dan pria asing itu menoleh.

Seorang gadis yang wajahnya tak asing di mata Reisya datang menghampiri mereka.

" Jess " pria itu menyebut namanya. Ya dia adalah  Jess, Jeselyn . Mantan kekasih Stanley dulu. Gadis blesteran indo jerman yang begitu cantik yang kini berdiri di sisi pria bule itu adalah sahabatnya di SMP dulu.

" Jeselyn ! " Reisya memanggil namanya .

" Reisya !! " Seulas senyum manis langsung tergilas di wajahnya saat ia mengenali sahabat dekatnya dulu. Mereka kemudian saling berpelukan melepas rindu.

Pemuda itupun  tersenyum.

" Ya ampun Reisya... Apa kabar... Lama sekali kita tidak bertemu..." Ucap Jeselyn senang bertemu kembali dengan sahabat lamanya yang dulu tiba tiba pindah setelah putus dengan Stanley.

Reisya tersenyum " Kau si tau tau pindah, langsung ganti nomor pula... Gak bilang apa apa juga padaku.."

Jeselyn tersenyum getir. Ia seperti menahan air matanya. Seperti menahan  sesuatu. Ia langsung mengalihkan pembicaraan karena tidak ingin mengingat masa lalu.

" Kalian sudah kenalan?... Ini sepupuku yang dari Jerman. Tadi katanya cuma mau lihat  lihat sebentar. Taunya malah nyasar sampai di sini . Dia sepupuku , namanya Evrard "

" Hi !! " Evrard tersenyum sambil melepas kacamata hitamnya. Dan tampaklah warna mata aslinya yang begitu indah dengan warna hijaunya. Benar benar pure bule.

.

.

' Matanya.... Indah sekali ...'

.

.

.

" LUCA EVRARD " Bule tampan itu mengulurkan tangannya pada Reisya. Reisya mendongak ke atas melihat pria yang jauh sekali tingginya dari dirinya itu. Namun ia enggan bersalaman dengannya..