Apakah masih ada cinta sejati di dunia ini?
Mengingat hidup itu tak cuma butuh modal cinta saja. Tapi juga butuh harta.
Lalu apa jadinya, jika ternyata harta justru mengalahkan rasa cinta yang telah dibangun cukup lama?
Memilih bertahan atau berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ipah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Janur kuning
"Melamar kerja?" gumam Mala, dan laki-laki itu pun mengangguk.
"Kamu kan masih muda. Kenapa mencari pekerjaan disini?" tanya Mala sambil menelisik penampilan laki-laki dihadapannya.
"Saya sudah mencari kerja kemana saja nona. Tapi sepertinya memang belum rezeki saya mendapatkan pekerjaan."
"Pekerjaan apa yang kamu inginkan bila nanti aku menerima mu?" tanya Mala setelah terdiam sekian detik sambil berpikir.
"Apapun pekerjaannya, saya siap melaksanakannya." balas laki-laki itu mantap.
"Serius?" laki-laki itu mengangguk.
"Diterima saja La. Dia seorang yang masih muda. Tentu tenaga lebih kuat untuk melakukan aktivitas apapun." bisik bu Ningrum. Namun wanita itu masih menyorot laki-laki di hadapannya dengan tegas.
"Bisa masak?" tanya Mala tiba-tiba, dan laki-laki itu mengangguk.
"Bisa membersihkan kebun?" laki-laki itu kembali mengangguk. Dan ia terus saja mengangguk setiap kali Mala melempar pertanyaan padanya.
"Baiklah, saya menerima mu bekerja disini." ucap Mala, dan membuat laki-laki itu mendongakkan kepalanya menatap wanita dihadapannya dengan senyum sumringah.
"Alhamdulillah, terima kasih nona."
"Kalau begitu saya siap bekerja sekarang nona." ucap laki-laki itu dengan penuh semangat.
"Ini sudah siang. Kamu bisa sholat dhuhur dan makan siang terlebih dahulu. Baru setelah itu kamu membersihkan kolam ikan yang ada di samping rumah."
"Baik nona. Terima kasih sekali karena sudah diterima bekerja disini."
"Sama-sama. Kalau begitu aku masuk ke dalam dulu." Ningrum hendak memutar kursi roda Mala, tapi wanita itu segera memberi instruksi untuk berhenti dan menoleh ke arah laki-laki tadi.
"Oh iya, hampir lupa, nama kamu siapa? Aku sampai lupa tanya. Bagaimana nanti aku akan memanggilmu kalau tidak tahu namanya." cicit Mala dengan perasaan tak enak.
"Saya Mahes nona."
"Saya Mala. Kalau begitu saya permisi mau ke kamar." pamit Mala pada Mahes.
"Silahkan nona." Mahes kembali membungkuk dengan sopan pada majikannya.
Setelah kepergian Mala, Mahes melakukan apa yang tadi diperintahkan oleh perempuan itu padanya.
Untuk pertama kalinya Mahes kembali melakukan sholat. Setelah sekian lama ia meninggalkan ibadah wajib itu.
Ia sangat senang dan bersyukur, ketika ada majikan sebaik Mala. Yang mau mengingatkan pekerjanya untuk menjalankan ibadah.
Setelah salam, tak lupa ia mendoakan untuk kesembuhan majikannya itu.
**
Suasana rumah Doni tampak sangat riuh. Karena hari itu ia akan melakukan akad nikah dengan Siska.
Para hadirin berdecak kagum melihat dekorasi pelaminan yang sangat mewah.
Tak hanya itu saja, deretan makanan yang terhidang di meja sungguh menggugah selera makan. Perut yang kenyang mendadak lapar ketika mata sudah melihat deretan makanan itu.
Apalagi ketika mempelai wanita keluar dari kamar rias,setelah proses ijab qobul dilaksanakan. Semua mata tertuju padanya dengan penuh rasa takjub. Kecantikan Siska melebihi bidadari kayangan.
Banyak laki-laki yang melihatnya dengan tatapan yang mendamba.
Serangkaian acara mereka lewati satu persatu, dengan senyum sumringah.
Sementara itu di kediaman Mala, ia tengah bersiap-siap ke rumah Doni. Ia ingin menengok ibu mertuanya sambil membawakan makanan lengkap beserta lauk pauknya. Ia juga telah membawa uang dua ratus juta yang Doni minta kemarin.
"Mahes, tolong kamu antar ke rumah ibu mertua saya ya. Sejak merawat saya yang dulu pernah di rawat di rumah sakit, ia dikabarkan sakit parah. Aku ingin menjenguknya."
"Oh, tentu bisa non. Mari." Mahes mendorong pelan kursi roda Mala menuju mobil yang telah terparkir di carport.
Mala duduk di samping kemudi. Dan rantang makanannya sengaja ia taruh di pangkuannya agar tidak terjatuh saat di perjalanan.
Mobil melaju mengikuti gerakan peta digital di handphone Mahes.
Sepanjang perjalanan, Mala lebih banyak diam, hingga akhirnya laki-laki tampan yang memakai kaos polos, celana pendek dan sandal jepit itu mengajaknya berbicara.
Lama-kelamaan mereka terlibat obrolan yang seru, sehingga tak sadar mobil telah memasuki gapura desa Doni.
"Waduh, sepertinya kita ngga bisa lewat non. Karena jalannya tertutup orang punya hajat." cetus Mahes. Namun Mala tidak menggubrisnya.
Ia menatap dengan seksama keriuhan di tempat hajatan itu. Memastikan dirinya tidak salah lihat. Karena tenda tarub itu berada persis di depan rumah ibu mertuanya.
Padahal suaminya tidak memiliki saudara. Alias anak tunggal. Mala tetap berpositif thinking. Bisa jadi pelataran rumah ibunya di pinjam tetangganya untuk menggelar hajatan.
Hati kecilnya tak tega, jika ibu mertuanya yang tengah sakit keras justru harus kebrisikan dengan suara sound sistem yang terdengar sangat keras. Hingga getarannya pun sampai hati.
"Maju." ucap Mala yakin.
"Maju non?" tanya Mahes memastikan. Dan Mala oun mengangguk. Sampai akhirnya mobil pun bergerak sedikit ke depan. Dan akhirnya seorang pengawas parkir memberhentikan mobil mereka.
"Maaf mas, mobil hanya boleh sampai sini." ucap laki-laki berseragam serba hitam itu ramah.
"Oh, baik pak." balas Mahes. Akhirnya ia memberhentikan mobilnya dan bergegas turun. Lalu mengeluarkan kursi roda dan membuka pintu di samping Mala.
"Silahkan." ucap Mahes, dan dengan hati-hati ia membantu Mala turun dari mobil, lalu duduk di kursi roda.
Mahes mendorong kursi roda itu pelan menuju janur melengkung. Entah kenapa hati Mala semakin tidak karuan.
"Mas Doni?" gumam Mala sambil membulatkan matanya tidak percaya dengan apa yang ada dihadapannya saat ini.
. y.. benar si kata Mahes klo pun hamidun lg kan ada suami yg tanggung jawab,... 😀😀😀
alhmdulilah akhirnya, Doni dan Siska bisa bersatu, nie berkat mbak ipah jg Doni dan Siska menyatu... d tunggu hari bahagianya... 🥰🥰🥰👍👍👍
tebar terus kebaikanmu... Siska, bu Mirna dan Doni syng padamu, apalagi Allah yg menyukai hambanya selalu bersyukur... 😘😘😘😘
nie yg akhirnya d tunggu, masya Allah kamu benar 2 sudah beetaubat nasuha, dan kini kamu bahkan membiayai perobatan bu Mirna dan jg menjaganya... tetaplah istiqomah Siska... 👍👍👍😘😘😘