NovelToon NovelToon
Takdir Rumit Tamara Sang Wanita Malam

Takdir Rumit Tamara Sang Wanita Malam

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Paksa / Mengubah Takdir / Persahabatan / POV Pelakor
Popularitas:169.7k
Nilai: 5
Nama Author: cawica

Tamara adalah seorang wanita malam yang mempunyai banyak pelanggan. Dia menjadi salah satu wanita favorit di tempatnya bekerja.

Kehidupannya begitu bebas, karna dia hidup sebatang kara tanpa adanya keluarga, orangtua ataupun sanak saudara.

Tamara terus teringat di malam dia mendapatkan sebuah rasa yang tak dapat dia lupakan. Akankah dia mendapatkan cinta tulus dari seorang pria..? mengingat dia adalah cinta satu malam dari banyaknya pria.

Dan siapakah orangtua Tamara yang sebenarnya..?
Penasaran dengan kisahnya, ikuti terus kisah hidup Tamara dan jangan lupa like, coment,favorit dan votenya ya...
Salam manis semoga sehat selalu...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cawica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ingatan Nura

Pagi itu Ara, Nura, Heni dan juga mbak Sarti sarapan bersama di satu meja makan yang sama, mereka semua berbincang hangat. Membahas rasa masakan mbak Sarti dan Nura yang terasa lezat juga menggodai anak Nura yang berada di box bayi tepat di sebelah Nura terduduk.

Suara tangis dan tawa bayi membuat suasana semakin ramai pagi itu.

Telah selesai dengan sarapan nya kini Ara kembali memulai percakapan.

"Emm...Nura apa kau akan hadir di persidangan Radit nanti..."

"Kalau menurutku lebih baik tidak Nura...jangan pernah bertemu dengannya lagi...biarkan pengacara Ara yang menangani semuanya..."

jawab Heni cepat sebelum Nura menjawab.

"Dan ya aku juga sangat menyesal dan minta maaf padamu Nura...atas semua sikap ku dan Radit di belakangmu...jika saja aku tak memiliki hubungan dengannya di belakangmu....mungkin Radit tak akan menyiksamu seperti itu...aku benar-benar telah merusak kehidupanmu dan bayi mungil ini..."

imbuh Heni lagi dengan air mata yang mulai menetes di pipi nya, Heni kini memegang tangan Nura erat.

"Sudahlah Hen...semua ini bukan sepenuhnya salahmu...dan bukan hanya kau yang menjadi wanita simpanan Radit...aku yakin banyak wanita lain di luar sana yang juga menjadi wanitanya...mungkin salah satunya yang di lihat Ara waktu itu..."

jawab Nura sambil menepuk-nepuk punggung tangan Heni.

Nura sendiri sudah pasrah dengan kehidupan nya sekarang, kini dia hanya ingin fokus membesarkan bayinya meski tanpa sosok suami di sampingnya.

"Mungkin Heni benar Ra...aku lebih baik tak hadir disana..."

imbuh Nura sambil menatap Ara.

"Wanita lain.. maksudmu...dia memiliki wanita simpanan lain selain aku...dan Ara lihat...kau melihat apa Ra..."

jawab Heni cepat.

"Hmm..sudahlah...aku malas sekali membahas tentang pria itu lagi...yang jelas dia bukan pria baik untuk kalian...meninggalkannya adalah keputusan terbaik untuk kalian..."

kata Ara dengan wajah malasnya.

"Ya..Ara benar..lebih baik kita membahas hal lain saja..."

jawab Nura berwajah sama dengan Ara.

Sedangkan Heni yang masih penasaran dengan perkataan Nura hanya bisa terdiam dengan wajah seribu tanya.

"Setelah ini apa kau mempunyai rencana untuk tinggal di suatu tempat Nura...atau kau ingin pulang ke kampung halamanmu.."

Tanya Ara.

"Aku belum mempunyai rencana Ra...dan aku tak akan pulang ke kampungku...aku sudah tak memiliki siapa pun dan apapun disana...lalu untuk apa aku kembali kesana..."

jawab Nura dengan wajah sedihnya.

"Baiklah kalau begitu aku akan mencarikan kau rumah yang tak jauh dari sini...agar aku mudah bertemu jika aku merindukan bayi menggemaskanmu ini nanti..."

jawab Ara sambil mencubit pelan pipi bayi Nura.

"Terimakasih Ara..semoga Tuhan membalas kebaikanmu...aku akan mengembalikan semuanya jika aku sudah memiliki pekerjaan nanti..."

"Aku ihklas membantumu Nura....kau tak perlu berkata seperti itu..."

"Kau sungguh wanita baik...beruntung sekali orangtuamu mempunyai anak yang berhati baik seperti kau Ara..."

"Oh ya kau disini tinggal hanya bersama mbak Sarti...lalu dimana orangtuamu tinggal Ra...."

imbuh Nura lagi.

Seketika Heni menatap Nura dengan tatapan yang sulit di artikan, Heni sendiri tau kata orangtua adalah hal sensitif untuk sahabatnya Ara.

Seakan mengerti kebingungan yang tengah Nura rasakan karna Ara yang tak kunjung menjawab pertanyaannya, akhirnya Heni yang menjawabnya.

"Kami tak memiliki orangtua Nura...."

jawab Heni kalimatnya terasa getir di telinga.

"Maksudmu....Bagaimana mungkin seorang tak memiliki orangtua..."

jawab Nura dengan wajah penuh tanya.

"Ya...kami di besarkan di panti asuhan yang sama..kami adalah anak yang di tinggalkan oleh orangtuanya..."

Merasa telah salah berkata kini Nura menunjukkan wajah bersalahnya.

"Maaf...sungguh maaf aku tak tau jika kalian.."

Belum sempat kalimatnya selesai tapi Ara sudah menjawab nya.

"Tak apa Nura...itu bukan salahmu...sampai sekarang pun aku tak tau siapa orangtua ku yang sebenarnya... aku tak pernah bertemu dengan mereka. ."

jawab Ara dengan senyum yang di paksakan.

Dan pada akhirnya Ara dan Heni menceritakan kisah kelam mereka yang selalu di kisahkan oleh pengasuh di panti asuhan.

Para pengasuh ingin setiap anak tau tentang orangtua mereka meski informasi yang di berikan oleh sang pengasuh hanya sedikit, hanya tentang barang yang di tinggalkan atau bahkan wajah atau pun pesan yang mereka ucapkan pada sang pengasuh kala mereka menitipkan anak-anak mereka disana.

"Aku sendiri sudah lupa dengan wajah kedua orangtuaku... tapi ya sudahlah...mungkin mereka juga sudah melupakan aku yang pernah hadir di kehidupan mereka..."

kata Heni di akhir ceritanya.

"Ya...sementara aku tak pernah sama sekali tau wajah kedua orangtuaku...hanya sebuah batu yang mereka tinggalkan padaku...dan aku tak pernah tau siapa pemilik batu itu sebenarnya...."

Kata Ara juga di akhir ceritanya.

jadi batu itu milik orangtua Ara....

Batin Nura kembali mengingat-ingat dimana dia pernah melihat batu yang sama seperti milik Ara.

apa mungkin batu di pondok pesantren itu sama seperti milik Ara....ya sepertinya itu sama...tapi apa mungkin Ara adalah salah satu anak dari pemilik pondok itu.....jika iya kenapa Ara bisa sampai di panti asuhan pusat kota yang sangat jauh dari desa....

batin Nura lagi.

"Maaf Ara...jika aku tak salah dengan penglihatan ku....batu itu sama dengan batu pemilik pondok pesantren di desaku dulu...."

kata Nura dengan pelan, dia sendiri masih ragu dengan apa yang dia bicarakan.

Seketika Ara dan Heni menatap Nura dengan antusias, Heni ikut senang karna setidaknya pencarian Ara untuk orangtuanya menemukan sebuah petunjuk.

"Benarkah.... dimana Nura...katakan dimana letak pondok pesantren itu...."

jawab Ara dengan cepat.

"Tapi tunggu Ara...bolehkah aku melihat batu milikmu dengan jelas untuk memastikan apakah aku tak salah dalam penglihatanku..."

Ara dengan bersemangat mengangguk dan segera saja berjalan dengan cepat mengambil batu giok yang dia miliki.

"Ini Nura..."

kata Ara sambil menyodorkan batu gioknya pada Nura.

"Benar memang ini batunya....batu ini sama persis dengan yang aku lihat dulu di pondok pesantren..."

kata Nura sambil melihat dengan jeli setiap inchi batu yang di pegangnya.

Seketika Ara tersenyum cerah, merasa mendapat sebuah titik terang tentang orangtuanya, tapi baru saja ingin menjawab ponsel Ara tiba-tiba berdering dengan keras.

Dia pun mengangkat panggilan itu.

"Hallo...ada apa bos..."

hmm..mengganggu saja...

batin Ara

"Ara besok cepat kau kembali kesini ya..ada seorang pelanggan baru...aku mau hanya kau yang bertugas untuknya...."

Mendengar itu Ara pun berfikir besok memang sudah waktunya dia kembali bekerja, lagi pula uangnya juga sudah lumayan terkuras beberapa hari belakangan untuk keperluan Nura, Heni dan juga panti asuhan.

Melupakan sejenak tentang batu gioknya, Ara pun mengiyakan akan kembali esok hari dan bertugas untuk sang pelanggan baru itu.

"Baik bos saya akan kembali besok.."

kata Ara santai, lalu seperti biasa dia menutup panggilan begitu saja.

"Ada apa Ra...."

tanya Heni.

"Besok aku harus kembali...Bu bos menyuruhku untuk bertugas kembali..."

kata Ara masih menatap layar ponselnya.

"Nura..jika memang benar kau melihat batu yang sama....Minggu depan antar aku untuk menemui siapa pemilik batu itu..."

kata Ara dengan mantap menatap Nura.

.

.

.

.

.

Bersambung....

1
Shakri Aziz
Luar biasa
Ita Mei Lestari
tu kan bener😬
Menteng Jaya
athor ini sebetulnya peran utamanya sya apa ara sih?.. kok ara mulu yg diceritain
Menteng Jaya
ceritanya seru thor
Menteng Jaya
waduuh kenapa berhenti thor
Silvi
Luar biasa
Ayunda Abdullah
uhhhh othorrr makasih udh buat karya se plot twist ini san happy ending lagii,puas banget bacanyaa aku,mana maraton lagi wkwkwk,sehat2 author love u❤️😍😍
Kadek Bella: terima kasih thoor,,, tetap smangat cerita nya bagus
total 1 replies
Ayunda Abdullah
wahhhh mmg benar yaa,setelah hujan badai akan ada pelangi yang membuat semuanya tampak tidak terjadi bencana apa2😍😍❤️
Ayunda Abdullah
astogeh plot twist nya bahkan gak pernah terpikirkan olehku thor,kamu berhasil buat pembaca cungkir balik menerima kenyataan ini😭😭😭🤣🤣🤣🤣🤣🤣🔥🔥🔥🔥
Ayunda Abdullah
bener plot twist yang sangat mencengangkan 😭
Ayunda Abdullah
ngakak🤣🤣🤣
Ayunda Abdullah
Buruk
Ayunda Abdullah
terbaikkk
marBowo yuNi
Luar biasa
Devi Handayani
lanjut thorr😍😍😍😍
Devi Handayani
sepertinya menarik🤔🤔🤔🤔
Nagisa
ceritanya bagus banget
Nagisa
seruuu bagus juga
♡Ñùř♡
Alhamdulillah akhirnya mereka semua berakhir dengan bahagia
Semoga ada bonus chapter nya,dengan ara yg bnyk ank🤭
karena rasanya gak rela deh udah tamat aja😢
nih ku kasih vote untuk mu thor,karena cerita nya Sangat bagus😘
♡Ñùř♡
keluarga ara terkejut karena ara menikah dengan billioner bukan nya dengan petani🤭😂
ah seneng banget aku🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!