Vernando Permana. banyak orang yang memanggilnya Nando, seorang siswa yang dikenal berekspresi datar. namun banyak siswi-siswi yang mengidolakan nya, tidak ada seorang siswi manapun yang bisa menembus dinding hati beku nya Nando.
Sampai takdir yang mempertemukan dirinya dengan seorang gadis ceria bernama Monisha Listiani yang biasa dipanggil Mona, kisah hidup dan kisah cintanya berawal dari situ.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PHB | 09. Sisi Lain Mona.
Mona dan Novia sekarang sudah berada di dalam kawasan mall, mereka kini sedang memilah dan memilih baju di matahari departemen store.
Selain membeli baju, mereka juga niatnya akan membeli berbagai macam cemilan untuk kerja kelompok nanti.
Setelah urusan membeli baju telah selesai, kini mereka berjalan dan berbicara penuh canda dan tawa sambil menenteng tas belanjaan mereka masing-masing.
Mereka selanjutnya akan menuju ke supermarket yang ada di dalam mall.
"Mall disini ternyata gak kalah luas nya sama yang ada di Tangerang ya Nov" Puji Mona sambil celingukan melihat dalam mall yang begitu memukau.
Bahkan Mona baru menyadari betapa luas nya mall itu.
"Iya kah?"
"Iya, tapi saya..." Mona berbicara namun terpangkas oleh seseorang yang datang.
"Novi?" Tukas seorang wanita yang tiba-tiba menghampiri. Novia yang awalnya menatap Mona, langsung menoleh kearah orang yang memanggil namanya.
"Lia" Kata Novia dengan senyuman simpul.
Saat itu juga Novia dan Julia berpelukan dengan sangat erat.
"Ahh kangen tau..." Kata Julia dengan nada manja, mereka ini dua tahun berpisah, karena Julia dikeluarkan dari sekolah gara-gara Nurul.
"Gimana kabar kamu Nov?"
"Alhamdulillah aku sehat, kamu sendiri bagaimana Lia?"
"Aku sehat dong" Kata Julia dengan senyuman.
"Kamu datang ke Bandung dari kapan? kok gak bilang-bilang aku sih" Novia melepas pelukan sambil menatap tubuh gadis itu.
"Sejak kemarin-kemarin sih, aku sekarang sekolah lagi di Bandung tapi di SMA Garuda" Kata Julia. Mona tersenyum saat netra Julia menatap wajahnya, Julia langsung melepas bertanya kepadanya "Ini teman baru kamu Nov?"
"Iya Li, kenalin Mon, ini Julia" Jawab Novia sekaligus memperkenalkan Mona ke Julia.
"Hay, aku Monisha, panggil aja Mona"
"Hay juga Mon, aku Julia, aku biasa dipanggil Lia"
"Oke" Singkat kata dari Mona.
"Oh iya mon, aku sama Lia dari SD, SMP, sampai kelas satu SMA bareng terus, kita pisah gara-gara Nurul menjebak Lia sampai dikeluarkan dari sekolah"
"Lah kok bisa?" Tanya Mona penasaran.
"Yang namanya orang sirik begitu, sudah biasa kok Mon" Timpal Julia.
"Eh, pokok nya ya, Lia selalu bela aku saat dibully sama Nurul" Kata Novia panik, seakan dia mencegah Mona dan Julia membahas penyebab Julia di keluarkan dari sekolah.
Monisha menaikan satu alis, lalu dia menoleh kearah Julia yang tiba-tiba berbicara.
"Oh iya kalian mau kemana?"
"Kita mau supermarket, kalau kamu sendiri?"
"Aku lagi..." Kata Julia terpotong omongan nya. Sebab kekasihnya menghampiri dirinya yang tiba-tiba berlari.
"Ya ampun sayang, kamu ini.. aku kira kamu ngikutin aku, malah belok arah" Keluh Farid saat sudah sampai di tengah-tengah mereka.
"Loh Farid?" Kata Mona yang kaget saat teman sekelasnya tiba-tiba datang.
Farid menoleh terkejut. "Eh kok disini ada Mona sama Novi"
Julia langsung merengkuh lengan Farid saat dia tiba di sisinya "Eh iya, kita lanjut pergi nonton bioskop dulu ya, soalnya film nya mau dimulai"
"Oh iya, kita juga mau lanjut belanja juga, kapan-kapan nanti kerumah ya li" Novia langsung menjawab.
"Siap, gampang diatur" Jawab Julia, perkataan itu sekaligus mengakhiri perbincangan singkat mereka yang tak sengaja bertemu.
Tak lama dari itu, Novia dan Mona telah masuk kedalam superindo.
Mereka memasukan cemilan demi cemilan ke dalam keranjang.
Ada juga bahan makanan yang dimasukan oleh Mona untuk dia masak saat sudah dirumah.
Mereka sedikit terhening, sebelum akhirnya Mona memecahkan keheningan itu
"Teman kamu yang tadi bucin banget ya Nov"
Sambil mengambil go potato, Novia langsung menjawab. "Iya sudah biasa waktu SMP juga dia sering begitu, sudah beberapa kali gonta-ganti pasangan"
"Buset, saya aja selama hidup baru ngerasain punya cowok satu kali, dan itu juga saya diselingkuhin HAHAHA"
"Eh-buset, cowok emang begitu ya doyan selingkuh?" Novia bicara, namun tangan nya tak henti memasukan barang yang dia ambil ke dalam keranjang.
"Gak ah, kebanyakan cowok kalau sudah sayang dan tulus sama cewek nya, pasti secantik apapun cewek lain di dekatnya, tidak mudah tergoda, kayaknya sih"
"Berarti dulu Nando ke saya seperti itu? Jadi dia gak tulus cinta? Pantas saja terus main belakang sama Nurul"
"Lah Nurul? Emang mereka pacaran?" Tanya Mona penasaran.
"Engga tau juga sih, gosipnya sih mereka pacaran, tapi aku sudah tidak mau berurusan sama pria itu, trauma aku sampai-sampai teman aku dikeluarkan dari sekolah" Novia melenggang pergi ke arah kasir.
Mona tak menjawab lagi. Ia mengikuti Novi dari belakang.
Barang belanjaan mereka bawa telah menumpuk, uang demi uang telah mereka hamburkan demi memuaskan hasrat.
Tanpa disadari, Novia telah membuang uang tabungan nya, yang niatnya Novi untuk membantu biaya pernikahan untuk calon suami nya nanti.
Namun Mona tak memikirkan hal itu, dia sendiri pada dasarnya suka menghamburkan uang pemberian orang tua nya.
Mereka sudah keluar dari mall itu, berjalan ke motornya yang ada diparkiran. Tak lama motor sudah dijalankan kembali oleh Mona.
Setengah jam perjalanan, mereka sudah sampai di kediaman Novia.
Bahkan Mona celingukan melihat rumah yang begitu sederhana kepunyaan orang tua Novia, bahkan Mona sedikit mengerut kening. sebab mengetahui Ibunya Novi baru datang sehabis berjualan gorengan keliling.
"Dimakan dulu nak, maaf ya suguhan nya cuma pisang goreng sama tahu" Kata Bu Sari, beliau ini ibunda tercinta dari Novia.
Mona tersenyum simpul, lalu mengambil gorengan itu dan memakan nya. "Suguhan nya enak Bu, aku suka gorengan ini"
"Nov, maaf hari ini jualan Ibu lagi sepi, besok seperti nya ibu gak bisa kasih uang jajan lebih untuk kamu" Kata Bu Sari.
Novi berbisik. "Ah ibu, jangan bilang gitu, lagi ada teman aku disini"
Walau itu bisikan, suaranya tertangkap dengan baik di telinga Mona. Ia melirik sejenak, sampai akhirnya dia berbicara dengan sopan.
Mona mengambil uang di dalam dompet nya. "Bu aku borong semua gorengan ibu, berapa itu semuanya bu"
Novia menoleh dengan terkejut "Loh kok Mon? gak usah di beli ih" Novi paham apa yang dimaksud Mona, makanya dia langsung menolak.
Mona menghela nafas sejenak, menatap Novia dengan tajam, lalu Ia tidak menjawab perkataan nya, Mona tetap kekeh untuk membeli gorengan itu.
Sampai akhirnya Bu Sari bilang semuanya dua puluh tiga ribu, satu gorengan dijual seribuan. Mona membeli dua puluh tiga gorengan itu.
"Bu dimana gorengan nya?"
Mona bangkit dari tempat duduk, Bu Sari menuntun Mona untuk melihat gorengan yang disimpan.
Dia sengaja menjauh dari Novia, karena Mona ingin memberikan Bu Sari uang seratus ribu.
"Bu ini ada rezeki untuk ibu, tolong terima jangan ditolak ya, dan tolong jangan beri tahu Novia" Desisnya.
Bu Sari sempat menolak namun tatapan Mona yang begitu serius, mau gak mau Bu Sari menerima itu, dan mengucapkan terima kasihnya kepada Mona.
Gorengan itu lalu dimasukan ke dalam plastik yang sudah terbungkus rapih oleh kertas.