Aira harus memilih di antara dua pilihan yang sangat berat. Di mana dia harus menikah dengan pria yang menjadi musuhnya, tapi sudah memiliki dirinya seutuhnya saat malam tidak dia sangka itu.
Atau dia harus menunggu sang calon suami yang terbaring koma saat akan menuju tempat pernikahan mereka. Kekasih yang sangat dia cintai, tapi ternyata memiliki masa lalu yang tidak dia sangka. Sang calon suami yang sudah memiliki anak dari hubungan terlarang dengan mantannya dulu.
"Kamu adalah milikku, Aira, kamu mau ataupun tidak mau. Walaupun kamu sangat membenciku, aku akan tetap menjadikan kamu milikku," ucap Addriano Pramana Smith dengan tegas.
Bagaimana kehidupan Aira jika Addriano bisa menjadikan Aira miliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Si Devil Penolong
Niana dan Aira saling bercanda di jalanan sampai dia tidak melihat ada lubang dan kakinya terperosok ke dalam sana.
"Aira!" teriak Niana kaget.
"Auw!" Aira menarik perlahan kakinya dan kaki Aira berdarah. Tidak hanya itu kakinya juga tidak bisa digerakkan karena pas terperosok, kakinya tidak tepat bertumpu pada tanah.
"Ai, kita duduk di sana dulu."
Niana membantu Aira duduk pada bangku yang ada di trotoar yang memang di sediakan di setiap jalan.
"Sakit sekali, Na." Wajah Aira seperti menahan sakit.
"Kita ke dokter saja, dan aku akan menghubungi Mas Dewa."
"Jangan!" Aira menahan tangan Niana dengan cepat.
"Kenapa, Ai?"
"Aku dan Mas Dewa tidak boleh bertemu sampai menjelang pernikahan dan kalau dilanggar akan terjadi hal buruk nantinya."
"Hah? Kamu percaya sama hal itu?" Niana mengkerutkan alisnya. Aira dengan cepat mengangguk. "Ai, hal itu tidak mungkin terjadi. Kalaupun terjadi, itu namanya takdir, tapi amit-amit jangan sampai, sih!"
"Ibunya mas Dewa yang sudah berpesan dan aku menurut saja."
"Terus kaki kamu bagaimana?" tanya Niana bingung. "Kaki kamu berdarah dan harus segera diobati."
Aira tampak berpikir sebentar. "Kita pesan mobil online saja. Bagaimana?"
"Mas Arlan! Coba kamu hubungi dia, siapa tau dia bisa menjemput kamu ke sini."
"Mas Arlan sedang keluar kota untuk melihat restorannya yang ada di sana sebelum hari pernikahan aku, supaya dia bisa menghadiri acara nikahan aku dan Mas Dewa."
"Kalau begitu aku pesan mobil online saja." Niana mengambil ponsel dari dalam tasnya.
"Kalian kenapa?"
Dua gadis itu seketika menoleh ke asal suara tersebuta dan mereka agak kaget melihat siapa yang ada di sana.
"Kak Addrian?"
"Bagaimana bisa kamu di sini? Apa kamu mengikuti kita?"
"Memangnya aku tidak ada pekerjaan mengikuti kalian? Aku mau pulang setelah dari mall yang tadi kita bertemu."
"Kak Addrian sendirian? Kekasih Kak Addrian mana?"
"Baru aku putuskan tadi dan dia memilih pulang sendiri. Ya sudah, terserah dia," ucap Addrian santai. Aira yang mendengarnya tampak melihat kesal pada Addrian.
"Dasar devil tidak punya hati," gerutu Aira lirih.
"Aku sudah menawari untuk mengantarnya, tapi dia tidak mau. Aku tidak mau memaksanya."
"Kak Addrian tidak kasihan sama dia?"
Salah satu alis Addrian naik ke atas. "Kenapa jadi membahas aku? Oh ya! Dari mana kalian tau aku ke mall dengan kekasihku?" Tatap Addrian curiga.
"Pegawai toko perhiasan di mana Kakak dan Aira bertemu. Kita kembali ke sana untuk membeli kalung yang Aira pilih, tapi katanya sudah dibeli oleh seseorang untuk kekasihnya. Kan, Kak Addrian tadi yang membawa kalung itu."
"Niana! Kenapa malah berbicara panjang lebar sama dia? Katanya mau pesan mobil online?" Muka Aira tampak ditekuk kesal.
Addrian melihat pada kaki Aira. "Kaki kamu kenapa?" Addrian berjongkok dan mencoba memeriksa kaki Aira, tapi gadis itu yang tidak suka berurusan dengan Addrian reflek menarik kakinya.
"Auw sakit!"
"Kamu harus segera dibawa ke rumah sakit. Aku akan coba memijit kaki kamu agar tidak terlalu parah."
"Tidak mau! Kamu jangan mengambil kesempatan. Apa kamu lupa kalau aku mau menikah, jadi kamu tidak ada kesempatan menggodaku."
Addrian terdiam sejenak. "Kalau kamu biarkan lebih lama lagi, kaki kamu tidak akan baik-baik saja dan aku pastikan kamu tidak akan bisa berjalan menuju tempat akad nikah. Kamu mau?"
Wajah Aira seketika berubah cemas. Dia melihat pada sahabatnya yang hanya mengangkat bahunya ke atas.
"Apa bisa separah itu?" tanya Niana.
"Aku seorang atlet basket dan aku juga pernah cedera beberapa kali pada kaki dan tanganku. Aku tidak akan bercanda atau main-main dengan hal sepenting ini." Wajah Addrian tampak serius.
"Lalu bagaimana?"
"Kamu tahan sebentar karena ini pasti sakit."
"Tunggu! Apa maksud kamu?" Aira tampak kaget.
Adrrian hanya melihat sekilas pada Aira. Dia melepaskan sepatu flat Aira dan mulai memijit pelan-pelan.
"Sakit," ucap Aira pelan.
"Aku tau." Tangan Addrian menelusuri kaki Aira seolah mencari sendi yang harus dia pijat. "Tahan Aira."
Tidak lama terdengar sesuatu seperti kayu patah. Aira menahan jeritannya dengan kedua tangan mencengkeram kedua pundak Addrian. Addrian yang sebenarnya menahan sakit akibat kuku jari Aira hanya bisa meringis kesakitan.
"Bagaimana, Kak?" tanya Niana yang ngeri melihat kaki Aira seperti diputar oleh Addrian.
"Kita harus membawanya ke rumah sakit untuk membersihkan lukanya sebelum nanti infeksi."
"Aku akan segera pesan mobil online."
"Terlalu lama." Addrian tanpa permisi menggendong Aira.
"Devil, kamu mau apa? Turunkan aku!" Aira mencoba berontak.
"Kamu mau menunggu mobil online sampai hujan turun? Lihat langitnya sudah gelap."
"Iya, sepertinya akan turun hujan, Ai."
"Kalau marah nanti saja, tunggu kaki kamu diobati dulu." Addrian membawa masuk Aira ke dalam mobilnya dan mereka segera menuju rumah sakit terdekat di sana."
Setelah sampai di sana. Addrian segera menggendong Aira mencari dokter di sana. Niana yang membawa tas Aira mengikuti mereka masuk, dan gadis itu memperhatikan wajah Addrian yang tampak cemas menggendong Aira.
"Dok, tolong teman saya, kakinya terluka."
Dokter segera menangani Aira dan Addrian menunggu di depan dengan Niana.
"Semoga kakinya tidak apa-apa," ucap Addrian bersandar cemas pada dinding ruangan Aira ditangani.
"Semoga Aira baik-baik saja." Niana juga cemas
Tidak lama dokter keluar dan memberitahu jika kaki Aira baik-baik saja karena segera dibawa ke rumah sakit. Jika terlambat sedikit lagi pasti sudah terjadi masalah yang serius pada kaki Aira.
"Ponsel Aira berbunyi. Pasti mamanya."
Niana mengambil ponsel Aira dari dalam tas Aira yang dia bawa. "Mas Dewa?"
Niana meminta izin untuk masuk ke dalam menemui Aira. Addrian pun ikut masuk ke dalam.
Niana segera memberikan ponsel Aira.
"Halo, ada apa Mas Dewa?"
"Sayang, kamu sudah pulang? Di luar hujan deras."
"Iya, aku sama Niana sudah pulang sebenarnya, tapi tadi kami mampir sebentar di toko kue untuk membeli kue kesukaan mama."
"Kalian masih di sana? Alamatnya berikan padaku dan aku akan menjemput kamu."
"Mas Dewa, kamu lupa kata ibu kamu kalau kita tidak boleh bertemu sampai hari pernikahan kita. Kalau kita melanggar takutnya terjadi sesuatu yang tidak baik dan aku tidak akan mau terjadi apa-apa sama Mas Dewa."
"Tapi kamu baik-baik saja, kan?"
"Aku baik-baik saja Mas Dewa. Mas Dewa tidak perlu khawatir. Aku dan Niana masih berteduh di sini. Nanti kalau hujannya sudah. reda aku akan langsung pulang dengan Niana."
"Ya sudah kalau begitu. Aku sayang kamu, Aira."
Aira melihat pada Addrian dan Niana. "Aku juga sayang sama Mas Dewa." Aira sengaja mengatakan hal itu dengan keras agar si devil yang suka usil pada Aira mendengarnya.