Kisah ini bermula ketika JAPRI (Jaka dan Supri) sedang mencari rumput untuk pakan ternak mereka di area hutan pinus. Sewaktu kedua bocah laki-laki itu sedang menyabit rumput, beberapa kali telinga Supri mendengar suara minta tolong, yang ternyata berasal dari arwah seorang perempuan yang jasadnya dikubur di hutan tersebut. Ketika jasad perempuan itu ditemukan, kondisinya sangat mengenaskan karena hampir seluruh tubuhnya hangus terbakar.
Siapakah perempuan itu? Apa yang terjadi padanya? dan siapakah pembunuhnya?
Ikuti kisahnya di sini...
Ingat ya, cerita ini hanya fiktif belaka, mohon bijak dalam berkomentar... 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21 Serangan Gendruwo
Malam ini yang mendapat jatah piket di kantor Polsek Suka Maju adalah Briptu Sentot dan Bripda Galang.
Untuk menghilangkan rasa bosan, menjelang tengah malam, kedua polisi itu bermain catur di teras depan kantor.
Setelah bermain selama 20 menitan, tiba-tiba...
Brakk!
Terdengar suara benda jatuh dari dalam kantor.
Untuk sesaat kedua polisi tersebut saling adu pandang lalu dengan serempak bangkit dari kursi mereka dan kemudian melangkah masuk ke dalam kantor untuk mengecek keadaan.
Begitu sudah berada di dalam ruangan, Briptu Sentot dan Bripda Galang mengedarkan pandangan mereka dan mendapati salah satu kursi yang ada di ruangan itu jatuh.
Benak kedua polisi tersebut tentu saja bertanya-tanya, bagaimana bisa kursi seberat itu bisa jatuh sendiri sementara hembusan anginnya saja tidak terasa.
Ketika Bripda Galang berinisiatif akan memberdirikan kursi itu kembali, tiba-tiba mereka dikejutkan lagi dengan suara benda jatuh yang kali ini adalah monitor komputer.
Sadar jika sedang menghadapi sesuatu yang mistis, kedua polisi tersebut bersikap waspada sambil komat-kamit membaca doa-doa. Namun situasi bukan menjadi lebih baik tapi malah semakin parah.
Setelah terdengar gebrakan pintu yang menutup sendiri, satu persatu benda-benda yang ada di dalam ruangan itu berjatuhan tak beraturan dan ada pula yang bergeser.
Suasana semakin mencekam, Briptu Sentot dan Bripda Galang menjadi tegang. Ingin menyerang tapi tidak tahu siapa lawannya.
Doa-doa yang mereka panjatkan seolah-olah tidak ada efeknya karena serangan-serangan mistis itu terus terjadi secara bertubi-tubi hingga...
Terdengarlah suara geraman yang keras yang tak lama kemudian muncullah sosok hitam besar berbulu setinggi plafon ruangan dan matanya berwarna merah menyala.
Melihat penampakan seperti itu, tubuh kedua polisi tersebut membeku dan tidak bisa digerakkan. Mereka tidak merasa takut jika melawan musuh yang berupa manusia, tapi kali ini beda kasus.
Yang terjadi kemudian adalah gendruwo itu menyabetkan kedua tangannya pada tubuh Briptu Sentot dan Bripda Galang hingga badan mereka membentur lemari dan meja dengan keras.
Kedua polisi tersebut berusaha bangkit dengan menahan rasa sakit, namun belum sampai mereka berhasil menyeimbangkan badan, kedua tangan si gendruwo sudah mengibaskan tubuh mereka kembali.
Sambil terus menggeram, makhluk hitam tinggi besar itu mengobrak-abrik hampir semua benda yang ada di dalam ruangan tersebut.
Dengan sisa tenaga yang ada dan sambil menahan rasa sakit, Briptu Sentot dan Bripda Galang berusaha menyingkir agar badan mereka tidak terkena benda keras lagi. Namun gagal, karena gendruwo itu malah menangkap tubuh mereka.
Setelah makhluk hitam tinggi besar tersebut mengangkat tinggi kedua tangannya, Briptu Sentot dan Bripda Galang dilepas ke bawah hingga untuk kesekian kalinya badan kedua polisi itu terbentur benda keras lagi.
Bukan hanya sekali, rupanya gendruwo tersebut mengulangnya beberapa kali hingga Briptu Sentot dan Bripda Galang pun tidak kuat lagi dan pingsan.
Melihat kedua polisi itu sudah tidak bergerak lagi, makhluk hitam tinggi besar tersebut tertawa dengan suaranya yang serak dan besar.
Sebagai serangan terakhir, dengan menggunakan kekuatan gaibnya, gendruwo itu memecahkan semua kaca jendela ruangan tersebut. Dan tak lama kemudian, makhluk itu pun menghilang dengan menyisakan suara tawa yang menggelegar selama beberapa detik.
Pagi harinya, di saat Pak Samsuri, karyawan kebersihan di Polsek Suka Maju akan melakukan tugas hariannya, sangat terkejut begitu melihat banyak pecahan kaca berserakan di mana-mana.
Dengan gegas, pria paruh baya itu pun lalu membuka pintu kantor dan... Kagetnya menjadi berkali lipat karena sepasang matanya melihat keadaan kantor yang tidak karu-karuan dan mendapati Briptu Sentot dan Bripda Galang sedang terkapar tak berdaya.
Segera saja Pak Samsuri menelpon salah satu rumah sakit dan beberapa anggota kepolisian Polsek Suka Maju.
Sambil menunggu kedatangan mobil ambulan dan para anggota polisi, pria paruh baya itu kemudian menggotong tubuh Briptu Sentot dan Bripda Galang secara bergantian untuk dipindahkan ke tempat yang lebih nyaman.
Jika dilihat oleh mata, luka luar kedua polisi tersebut tidaklah banyak, namun untuk luka dalamnya, Pak Samsuri jelas tidak tahu. Untungnya Briptu Sentot dan Bripda Galang ditemukan dalam keadaan masih hidup.
Setelah Briptu Sentot dan Bripda Galang dibawa ke rumah sakit, semua polisi yang ada di Polsek Suka Maju bergotong royong membersihkan dan menata tempat itu.
"Apa yang sebenarnya terjadi tadi malam, kok bisa kantornya hancur berantakan seperti ini?" kata Pak Bambang dengan hati dipenuhi tanda tanya.
"La iya to Pak, kok seperti habis diserang sama sekelompok residivis," timpal Pak Satria.
"Nanti saja setelah kantornya bersih dan rapi kita bisa cek di CCTV," sela Pak Munaf.
4 jam an kemudian, ruang kantor itu sudah tampak lumayan bersih dan rapi. Untuk fasilitas yang rusak, mereka pindahkan ke gudang kecuali CPU karena banyak data-data penting di dalamnya dan harus segera diservis.
Sementara itu, untuk masalah kaca-kaca jendela yang pecah akan diserahkan pada tukang yang sudah menjadi langganan polsek tersebut.
Sambil istirahat, para polisi itu mengecek CCTV lewat HP masing-masing dan setelah tahu penyebabnya mereka terkejut bukan main.
"Kok bisa ada gendruwo ngamuk di kantor polisi ini critanya bagaimana?" celetuk Pak Munaf dengan sepasang matanya masih melihat tayangan CCTV tadi malam.
"La iya, kayak punya dendam sama kita saja," timpal Pak Beno.
"Mungkin ini ada hubungannya dengan kasusnya Murni," Pak Bambang mencoba menerka.
"Ada hubungannya dengan kasusnya Murni, Pak?" Pak Satria yang ikut menangani kasusnya Murni penasaran.
"Itu prediksi saya saja, Pak Satria. Sampai sekarang Burhan dan Rusdi kan masih buron. Sebagai dalang dari kasusnya Murni, apa susahnya Burhan yang kaya raya mengeluarkan uang untuk membayar dukun agar membuat onar di kantor polisi," sahut Pak Bambang.
"Masuk akal juga, Pak. Apa mungkin mereka berdua mencari perlindungan ke dukun ya Pak, sampai sekarang kok mereka belum diketahui rimbanya," lanjut Pak Satria.
"Bisa jadi, Pak Satria," kata Pak Bambang.
"Kalau sudah seperti ini kita tidak bisa berdiam diri, Pak Bambang. Apalagi Pak Sentot dan Pak Galang sudah menjadi korban," sela Pak Munaf.
"Benar Pak Munaf. Setelah ini saya tak pergi ke rumah Pak Haji Zulkarnain untuk minta tolong," ucap Pak Bambang.
Belasan menit kemudian, Pak Bambang pun pergi ke rumah Pak Haji Zulkarnain yang memang lumayan terkenal di daerah tempat tinggalnya.
Setelah mendapat penjelasan dari polisi itu, Pak Haji Zulkarnain pun bersedia membantu dan untungnya malam nanti dia sedang longgar.