Rhys Alban, terpaksa menikah dengan wanita bernama Celine Danayla Matteo, demi mempertahankan harta milik Keluarga Alban. Ia tak mau harta milik keluarganya jatuh ke tangan asisten pribadi Daddynya ataupun pada dinas sosial.
Celine yang sangat senang, menerima pernikahan tersebut, bahkan ia memaksa Rhys untuk menyatakan cinta padanya agar ia tak membatalkan pernikahan itu.
Namun, pernikahan yang didasari dari perjodohan tersebut membuat cinta Celine bertepuk sebelah tangan, juga membuat dirinya bagai hidup di dalam sangkar emas dengan jerat yang semakin lama semakin melukainya.
Hingga semuanya itu meninggalkan trauma besar dalam dirinya, pada cinta masa kecilnya. Apakah ia mampu memutus benang merah yang telah mengikatnya lama atau justru semakin membelit ketika ingatan Rhys kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#18
Acara makan malam Keluarga Alban di ruang VVIP di sebuah restoran mewah, kini sudah berjalan setengah waktu. Tak ada perbincangan di antara mereka berlima. Ya, acara makan malam itu hanya dihadiri oleh Rhys, Eve, Uncle Ronald, Aunty Anna, dan Alice.
“Bagaimana perjalananmu, Eve?” tanya Aunty Anna berbasa-basi.
“Menyenangkan! Bahkan aku sudah menandatangani kontrak lanjutan untuk pembuatan sebuah film,” jawab Eve.
“Film? Kontrak lagi?!” tanya Rhys dengan nada yang meninggi.
“Honey … ini sangat bagus untuk karirku. Kesempatan ini tak akan aku lewatkan, apalagi aku akan bekerja sama dengan perusahaan film besar di Paris,” jawab Eve.
“Sudahlah Rhys, berikan Eve kesempatan. Kalau nanti dia sudah menikah denganmu, ia juga akan mendedikasikan hidupnya hanya untukmu,” kata Uncle Ronald.
“Tapi dia sedang hamil, Uncle. Seharusnya ia tak bekerja terlalu lelah. Itu akan mempengaruhi perkembangan bayi di dalam kandungannya. Lagipula, bukankah seharusnya perusahaan itu tidak menerima wanita yang sedang hamil?” tanya Rhys.
Eve terdiam. Ia memang tidak mengatakan pada siapapun bahwa ia sedang hamil. Ia tak ingin karirnya hancur karena kehamilannya. Tapi ia juga tak bisa kehilangan Rhys, tambang emasnya saat ia nanti sudah tak bisa menghasilkan.
“Saat ini kan masih kecil, belum terlihat. Biarkanlah dia melakukan apa yang dia inginkan,” balas Uncle Ronald lagi.
Aunty Anna mendekat pada Uncle Ronald dan berbisik, “mengapa kamu terus membantunya, hah?!”
“Aku bukan membantunya, tapi membantumu. Jika ia berkarir, tentu akan jarang berada di rumah, maka akan dengan mudah bagimu menjodohkan Rhys dengan Alice,” bisik Uncle Ronald.
Aunty Anna tersenyum. Ia tak menyangka pemikiran suaminya beberapa langkah di depan. Ia pun mengangguk, menyetujuinya.
“Benar Rhys, biarkanlah Eve berkarir. Lagipula sampai usia kandunhan berapa ia bisa melakukannya? Kalau perutnya sudah terlihat pun ia tak akan bisa melakukannya,” Aunty Anna pun kini mendukung Eve.
Sementara itu Alice hanya melihat mereka tanpa ada rasa ingin ikut campur. Ia tak suka melihat Eve dan apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Baginya, perasaan seorang wanita itu harus dijaga dan mereka semua telah menyakiti Celine.
Rhys yang melihat bahwa Eve telah didukung oleh Uncle Ronald dan Aunty Anna, jadi tak memiliki selera makan. Ia lebih banyak diam, bahkan saat ini pikirannya mengarah pada Celine. Apalagi setelah pergulatan panas mereka semalam yang benar-benar membekas di dalam diri Rhys.
**
Keluarga Alban sampai di rumah lewat dari jam 1 pagi. Hal itu dikarenakan mereka mampir ke tempat di mana diadakan perayaan pergantian tahun. Itu semua adalah ide dari Eve. Ketika banyak orang yang mengenalinya, ia semakin senang dan besar kepala.
Flashback On
Rhys yang sudah sangat lelah hanya bisa diam, bahkan ia memilih untuk duduk di dalam mobil dan memejamkan matanya, begitu juga dengan Alice.
“Apa kamu benar-benar tak mencintai Celine?” tanya Alice tiba-tiba, membuat Rhys membuka matanya dan melihat ke arah spion, karena Alice duduk di kursi belakang.
“Itu bukan urusanmu,” jawab Rhys.
“Itu memang bukan urusanku. Namun setidaknya, meski kamu tak mencintainya, janganlah menyakitinya. Dulu, setahuku … kamu sangat mencintainya. Bahkan tak pernah sekalipun kamu membicarakan gadis lain. Sepertinya hanya ada Celine di matamu,” kata Alice.
“Tidak! Aku tak pernah melakukan itu.”
“Terserah padamu saja. Oya, aku pulang lebih dulu. Katakan pada Dad dan Mom kalau aku pulang sendiri naik taksi. Aku bosan berada di sini,” Alice membuka pintu mobil dan meninggalkan Rhys sendiri.
Mencintai? Apa aku pernah mencintai Celine? Tidak mungkin! Aku hanya mencintai Eve, hanya Eve. - namun, di dalam pikiran Rhys kini berkelebat bayangan Celine, hingga membuat kepalanya sedikit sakit.
Flashback Off
Sesampai mereka di rumah, tanpa mempedulikan Eve, Rhys langsung menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar tidurnya. Ia benar-benar lelah dan ingin mengistirahatkan tubuhnya.
Rhys masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan dirinya. Ia berdiri di bawah shower dan pikirannya kembali memikirkan Celine.
Ada apa denganku hari ini? Mengapa aku terus memikirkannya? - batin Rhys.
Setelah menyelesaikan mandinya, ia duduk di tepi tempat tidur. Ia mendengar suara pintu kamarnya diketuk, namun ia tak berniat membukakan. Ia tahu bahwa Eve-lah yang ada di sana, dan ia sedang malas berdebat.
Rhys membaringkan tubuhnya ke atas tempat tidur, ia mencoba memejamkan matanya, namun tak bisa. Ingin sekali ia membawa Celine ke kamarnya dan mengulangi kembali malam panas mereka, namun keberadaan Eve membuatnya tak bisa melakukannya. Ia tak ingin Eve memergokinya sementara kekasihnya sedang hamil anaknya.
Akhirnya, Rhys pergi ke balkon dan duduk di sana. Ia melamun sambil memperhatikan taman belakang yang ditutupi sedikit salju.
Sekelebat ingatan saat ia berlarian di sana bersama seorang gadis. Tawa Celine seakan memenuhi indera pendengarannya.
“Arghhh!!” Rhys masuk kemudian menutup pintu balkonnya. Ia pun berbaring kembali dan memejamkan matanya.
**
“Celine!! Celine!!” teriakan Aunty Anna menjadi pembuka di hari pertama di tahun yang baru. Suasana rumah yang awalnya begitu tenang, kini mulai seperti gempa.
“Bisakah jangan berteriak-teriak? Kepalaku pusing dan aku belum cukup tidur!” Kata Eve yang keluar dari kamar tidurnya dan hanya mengenakan sebuah lingerie.
Uncle Ronald yang berada di meja makan tentu saja tak melewatkan pemandangan itu, hingga Aunty Anna mendekat dan menutup matanya, “tutup matamu atau aku akan mencongkelnya!”
“Di mana wanita itu, hah?! Jangan-jangan dia masih tidur! Belakangan ini ia sering sekali membantah perintahku!” kata Aunty Anna dengan nada tinggi.
“Mom! Bisakah tidak berteriak? Apa rumah ini tidak bisa tenang sebentar saja?” Alice yang keluar dari kamarnya pun kembali masuk setelah mengeluarkan unek-uneknya.
Aunty Anna yang masih merasa kesal pun memanggil salah seorang pelayan, “cepat kemari! Di mana Celine? Apa kamu melihatnya?”
“Maaf, Nyonya. Tapi sejak pagi saya belum melihat Nona Celine,” jawab sang pelayan.
Pakkk
Sebuah pukulan mendarat di tubuh sang pelayan, “siapa yang menyuruhmu memanggilnya Nona, hah?! Cepat kamu panggil ke kamarnya dan katakan bahwa aku menunggunya di sini.”
“B-baik, Nyonya,” pelayan itu pun pergi ke lantai 3, tempat di mana kamar tidur Celine berada.
Selang beberapa lama, pelayan tersebut segera turun dan menghampiri Aunty Anna. Wajahnya panik dan menampilkan kegelisahan.
“Mana dia? Mengapa kamu yang masih berdiri di sini?” tanya Aunty Anna.
“Tidak ada ….”
“Apa tidak ada?”
“Non … (terdiam sesaat) Celine tidak ada di dalam kamarnya,” kata sang pelayan.
“Apa?! Bagaimana bisa?!” teriakan Aunty Anna yang begitu kencang pada akhirnya membangunkan Rhys. Ia membuka pintu kamarnya.
“Ada apa? Ini masih pagi dan Aunty sudah berteriak.”
“Celine hilang!”
🌹🌹🌹