Aku menyukaimu! Tapi, Aku tahu Aku tak cukup pantas untukmu!
Cinta satu malam yang terjadi antara dia dan sahabatnya, membawanya pada kisah cinta yang rumit. Khanza harus mengubur perasaannya dalam-dalam karena Nicholas sudah memiliki seseorang dalam hatinya, dia memilih membantu Nicholas mendapatkan cinta sang gadis pujaannya.
Mampukah Khanza merelakan Nicholas bersama gadis yang di cintai nya? Atau dia akan berjuang demi hatinya sendiri?
Ayo ikuti kisah romansa mereka di sini! Di Oh My Savior
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 : Misi Arra
Setelah menghabiskan makanannya Khanza pergi ke toilet, alasannya masih tetap sama karena tak suka suasana canggung.
Khanza sengaja memperlambat langkahnya agar tak harus cepat kembali. Tatapannya terhenti pada sosok gadis berseragam SMA yang tengah mengintip seseorang dari balik pintu, gadis itu nampak serius entah apa yang Ia lihat.
"Arra?" Gumam Khanza ketika Ia mengenal sosok gadis tersebut.
Khanza menepuk bahu Arra pelan, hingga membuat Ia terlonjak saking terkejutnya, "Arra, kamu ngapain?" Tanya Khanza sembari ikut mengintip karena penasaran.
"Haish, Kakak. Aku kaget banget tau," gerutu Arra sembari mengusap dadanya pelan.
"Kamu ngapain?" Tanya Khanza mengulangi pertanyaannya karena Arra belum juga menjawabnya.
"Aku di tikung Kak," Ucap Arra pelan, dengan mata tak henti-hentinya mengawasi targetnya.
"Pacar kamu selingkuh?"
"Belum pacaran sih, tapi aku udah lama suka sama dia Kak."
"Oh, yang mana orangnya?" Tanya Khanza sembari mengedarkan pandangan mencari sosok laki-laki yang Arra maksud.
"Kakak pernah ketemu dia ko, bahkan Kakak mengenalnya." Ujar Arra dengan nada pasti.
"Aku kenal dia?" Khanza nampak bingung, seingatnya tak satu pun teman laki-laki Arra yang Ia kenal.
"Hmh," Arra mengangguk, masih tetap membungkuk dan bersembunyi agar sang target tak menyadari keberadaannya.
"Siapa sih, Kakak jadi penasaran nih?" Desak Khanza mulai tak sabar dia tak ingin terus menebak-nebak siapa kah pria yang di maksud Arra.
"Kak Darius." Jawab Arra lempeng.
"Hah, Darius?!" Pekik Khanza kaget, pasalnya dia tahu Arra dan Darius itu dari keluarga yang sama, "Arra kamu gak salah kan, Darius itu Kakak sepupumu loh, kalian masih ada kaitan darah." Khanza mengingatkan.
"Kak Darius bukan anak kandungnya Om James dan Tante Ariana, jadi kami tak ada hubungan Kak." Ujar Arra nampak serius.
"Eeh, mereka mau keluar Kak!" Dengan segera Arra menarik lengan Khanza membawanya menjauh dari tempat itu.
Hah...Hah... Arra dan Khanza terduduk sambil mengatur napas mereka yang ngos-ngosan karena lari begitu cepat, mereka takut ketahuan oleh Darius dan pacarnya.
"Dari mana kamu tahu kalau Darius bukan anak kandung Tante Ariana?" Tanya Khanza setelah mereka telah menguasai diri kembali.
"Aku pernah mendengar Mami dan Papi membahas tentang Kak Darius, itulah mengapa Kak Darius tinggal di sini sekarang. Dia telah mengecewakan Om James, dia berharap Kak Darius belajar cara berbisnis agar dia bisa mendampingi Devano nantinya." Ujar Arra, Khanza hanya mengangguk-anggukan kepalanya, sejujurnya dia tak terlalu mengenal keluarga Kakaknya Tuan Daren, karena mereka tinggal jauh di luar negri.
"Masalah keluarga orang kaya memang sedikit rumit," Khanza mengangkat bahunya, seolah tak ingin membahas lagi masalah tersebut.
"Jadi siapa wanita itu? Apa dia benar-benar pacarnya Darius?" Tanya Khanza kembali pada masalah utama tadi.
"Itulah masalahnya Kak, aku belum tahu pasti itu pacarnya Kak Darius atau bukan," Arra berujar dengan tampang sedih.
"Ya sudah, lebih baik kamu pulang sekarang. Coba kamu tanya baik-baik pada Darius, mungkin itu hanya temannya saja."
"Aku harus tanya gimana Kak? Gak mungkin kan aku bilang kalau aku mengintip mereka disini, kan gak lucu." Arra nampak kebingungan.
"Kamu cari ide deh, cari alasan yang masuk akal gitu. Ya udah Kakak pergi dulu ya, takut Kak Nic nyariin," Khanza ngeloyor begitu saja, sejujurnya dia sedang malas berpikir saat ini.
"Ih Kakak ko malah ninggalin Aku sih, aku ikut!" Pada akhirnya Arra mengikuti Khanza menjumpai Nic, ada dua alasan mengapa Arra memutuskan ikut Khanza. Satu, karena dia belum sempat bertemu Nic setelah kembali dari luar negri, dan alasan kedua karena bisa membuat alasan pada Darius nanti kalau dia pergi makan siang dengan Nic dan Khanza.
Arra menggandeng lengan Khanza dengan manja, tentu saja Khanza tak keberatan sama sekali, dia sangat menyayangi Arra seperti dia menyayangi adik sendiri.
"Kak siapa Tante itu?" Tanya Arra setelah mereka berada di ruangan tempat makan tadi, pertanyaan nya Ia tunjukan pada Cherry yang tengah duduk di hadapan Nic.
"Dia bukan Tante, dia seumuran aku dan Nic," Khanza langsung menjawab Arra.
"Tapi dia terlihat lebih tua dari Kakak, dia terlihat seperti memakai topeng," Arra terkikik geli, dia seolah senang mengolok-ngolok penampilan Cherry.
Khanza tertawa pelan dia sengaja menutup mulut dengan punggung tangannya, "hus, kamu gak boleh ngolok-ngolok orang kaya gitu gak baik!" Khanza menegur Arra, tapi sebetulnya dia juga merasa kalau penampilan Cherry hari ini terasa berlebihan dia mengenakan make-up dengan riasan full seolah akan menghadiri acara resmi. Pun dengan baju yang Ia kenakan, dia mengenakan Dres berwarna mencolok hanya untuk acara santai.
"Udah ayo, gabung dengan mereka." Khanza merangkul pundak Arra dan menggirinya menghampiri Nic dan Cherry di meja makan.
"Kak Nic!" Arra menghambur melingkarkan lengan di pundak Nic.
"Arra, kapan kamu kembali?!" Nic nampak senang sekaligus terkejut dengan kedatangan Arra yang tiba-tiba.
"Udah lumayan lama ko Kak," Arra melepaskan rangkulannya dan duduk di samping Nic, dia bergelayut manja di lengan Nic. Cherry nampak mengawasi perilaku Arra yang nampak tak ada jarak dengan Nic sama sekali.
"Kak siapa dia?" Tanya Arra sembari melempar tatapan sinis pada Cherry.
"Dia Kakak ipar kamu." Ujar Nic, membuat Arra seketika menjauhkan diri dari Nic.
"Kakak ipar?! Dia pacar Kakak?" Arra memperjelas pertanyaannya.
"Iya, dia pacar Kakak. Namanya Cherry," ujar Nic memperkenalkannya, merasa namanya terpanggil Cherry lantas menyapa.
"Halo, nama kamu Arra ya, senang bertemu denganmu." Ucap Cherry sembari memasang senyum sejuta wat nya.
Arra mendengus dengan mulut berkomat-kamit entah apa yang gadis itu ucapakan tanpa suara, "Halo juga." Jawab Arra pendek, dia kembali bergelayut di lengan Nic, sikap manjanya pada Nic dan Khanza seolah sudah menjadi hal biasa bagi mereka. Dulu saat Arra masih kecil Khanza dan Nic sering mengajaknya bermain selepas pulang sekolah.
"Kamu udah makan belum?" Tanya Nic.
"Belum Kak." Arra mengglengkan kepalanya.
"Ya sudah, pesan apa pun yang kamu mau." Dengan penuh semangat Arra memesan semua makanan yang di inginkannya. Mulutnya tak henti-hentinya berceloteh walau pun dalam keadaan penuh dengan makanan. Dia menceritakan semua yang ingin dia katakan, tapi Khanza dan Nic nampak tak terganggu sama sekali. Namun, lain halnya dengan Cherry, berkali-kali dia nampak menunjukan ekspresi bosan, sangat kentara jika Cherry sudah tak nyaman berada bersama mereka, namun agaknya Nic tak menyadari hal itu sama sekali.
Nic masih terus melayani Arra bicara dan bercanda, seolah lupa akan keberadaan Cherry di sana.
Khanza menoel sikut Nic membuat pria itu seketika menoleh, pun dengan Arra. Khanza mengisyaratkan dengan tatapan matanya, jika Cherry sudah nampak bosan. Seketika Nic pun mengerti lantas berucap.
"Cherry, setelah ini kamu mau pergi kemana?" Tanya Nic, seketika Cherry kembali dari dunianya sendiri.
"Emh, aku ada acara pemotretan hari ini, dan sepertinya sekarang waktunya." Ucapnya dengan nada canggung, dan sepertinya itu hanya sebuah alasan semata.
"Oh baiklah, dimana tempatnya? biar aku antar kamu kesana?"
"Tidak usah Nic, biar aku sendiri saja. Temani saja Arra makan, kalian baru bertemu setelah sekian lama Arra pasti sangat merindukanmu." Ujar Cherry penuh pengertian.
"Ya sudah kalau begitu." Nic kembali mengalihkan perhatiannya pada Arra, membuat Cherry berlalu menahan kesal di wajahnya. Arra mengedipkan sebelah matanya pada Khanza, memberinya isyarat bahwa misinya telah berhasil.
'Astaga, jadi anak ini sengaja.' Khanza menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis.
Di tempat lain, Cherry berjalan dengan langkah cepat, tangannya mengepal kuat wajahnya nampak memberengut menahan amarah.
Brak...!!
Dia membanting pintu mobil cukup kuat, membuat sang asisten langsung menciut ketakutan.