Jeslyn wanita yang berprofesi sebagai Dokter Bedah, dipaksa menikah dengan Dave Christian Tjendra penerus dari Tjendra Group yang tidak lain adalah cinta pertama sekaligus anak dari sahabat ayahnya.
Tidak ada kebahagiaan dalam pernikahannya karena selalu diacuhkan oleh suaminya, Jeslyn juga harus merelakan suaminya menikah lagi atas desakan ibu mertuanya karena dirinya belum juga hamil setelah satu tahun pernikahan.
Jeslyn yang tidak sanggup untuk melihat suaminya menikah lagi memilih untuk bercerai. Dave yang awalnya sangat ingin bercerai dari Jeslyn karena tidak mencintai istrinya, tiba-tiba berubah pikiran. Davetidak mau melepaskan Jeslyn. Dia tidak rela kalau nanti Jeslyn menikah dengan orang lain.
"Jika kau tidak mencintaiku, maka, lepaskanlah aku." -Jeslyn
"Sampai kapan pun aku tidak akan menceraikanmu." -Dave
Banyak konflik dan cerita berliku, jika tidak suka dengan cerita ini silahkan di SKIP. Harap bijak dalam memberikan bintang. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jiriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu
Jeslyn yang bisa menebaknya, langsung menoleh lagi pada suaminya. “Dave, lebih baik kau masuk ke kamar mandi. Kangan bersuara sedikitpun, sepertinya itu Dion.”
“Untuk apa dia sepagi ini ke sini?” Dave menampilkan wajah tidak suka.
Terdengar lagi suara bel kamarnya. Jeslyn yang terburu-buru langsung mendorong Dave masuk ke dalam kamar mandi. “Maaf Dave, kau harus tetap di sini,” ucap Jeslyn dengan wajah panik.
Dave menarik tangan Jeslyn dan melu*mat sebentar bibir istrinya ketika dia akan melangkah keluar kamar mandi.
“Daveee... !” pekik Jeslyn setelah Dave melepaskan ciumannya. Dia tidak habis pikir sempat-sempatnya dia menciumnya dalam keadaan seperti ini.
Dave tersenyum melihat wajah kesal Jeslyn. “Jangan biarkan dia masuk ke kamarmu, atau aku akan..”
Jeslyn memotong ucapan Dave ketika bel terus berbunyi. “Iyaa.. Iyaa.. Aku tahu Dave, tutuplah pintunya cepat!”
Jeslyn berjalan menuju pintu setelah memastika Dave sudah menutup pintu kamar mandi, kemudian membenahi bathrobenya sebelum membuka pintu. “Kau sudah mandi?” tanya Dion ketika melihat rambut Jeslyn yang masih setengah basah.
Jeslyn hanya membuka pintunya setengah sambil berlindung di belakang pintu dan menongolkan setengah badannya saja karena dia belum berpakaian. “Iyaa, aku baru selesai mandi.”
Dion tersenyum. “Aku kira kau masih tidur karena kau lama sekali membuka pintunya.”
“Aku sedang di kamar mandi tadi Dion, jadi aku tidak mendengar belnya,” bohong Jeslyn.
“Baiklah, aku akan menunggumu di restoran bawah. Semuanya sudah berkumpul di sana untuk sarapan pagi.”
Jeslyn mengangguk cepat. “Iyaa, aku akan segera menyusul.”
Jeslyn mentup pintunya setelah kepergian Dion. Dalam hati dia mengutuk Dave karena sudah membuatnya terlambat untuk sarapan.
Dia kemudian dengan cepat mengganti bajunya. “Ada apa dia ke sini pagi-pagi?” tanya Dave yang baru saja keluar kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya yang masih basah.
Jeslyn menoleh sekilas. “Dave kenapa kau tidak memakai bajumu?” tanya Jeslyn saat melihat Dave hanya memakai handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahnya saja.
“Kenapa, bukankah kau suka melihat tubuhku seperti ini?” tanya Dave dengan senyuman miring.
Wajah Jeslyn memerah. “Dave ini masih pagi, jangan bicara yang tidak-tidak.”
Dave menghampiri Jeslyn yang sedang duduk di meja rias sambil memoleskan lipstik di bibirnya. “Kau belum menjawab pertanyaanku, untuk apa dia ke sini?”
“Dia hanya ingin membangunkan aku, Dave. Dia mengira aku masih tidur karena jam segini aku belum turun untuk sarapan.”
“Perhatian sekali dia kepada istriku," cibir Dave, "dia pasti menyukaimu,” tebak Dave.
“Dave, jangan mulai lagi, aku bisa terlambat nanti,” ucap Jeslyn dengan tegas, “aku yang memintanya untuk membangunkan aku karena aku takut kesiangan.”
“Jangan pernah memintanya lagi untuk membangunkanmu, aku tidak suka..!”
Jeslyn bangun dari duduknya. “Baiklah suamiku, lebih baik kau pakai bajumu.” Jeslyn lalu berjalan ke kamar mandi untuk mengering rambutnya menggunakan hairdryer.
Dave tersenyum saat mendengar penggilan Jeslyn kepadanya, kemudian menoleh ke arah kamar mandi. “Tapi aku tidak mempunyai baju, bajuku ada di kamar yang di tempati Zayn,” ucap Dave yang masih bisa didengar oleh Jeslyn.
“Kalau begitu suruh dia mengantarkan bajumu ke sini, setelah aku keluar nanti,” ucap Jeslyn dengan suara keras supaya Dave mendengarnya.
Dave berjalan menuju tempat tidur kemudian meraih ponselnya dan mengetikkan seseuatu, setelah itu menelpon seseorang.
Setelah mengeringkan rambut, Jeslyn keluar dari kamar mandi. “Dave aku harus berangkat sekarang. Setelah sarapan aku akan langsung ke rumah sakit.”
Dave melangkah mendekati Jeslyn yang sedang mengambil tasnya kemudian memeluk Jeslyn dari belakang. “Kenapa buru-buru sekali sayang?”
Jeslyn menoleh ke belakang. “Dave aku sudah terlambat gara-gara kau!”
Dave membalikkan tubuh istrinya dengan gerakan cepat. “Bukankah sudah pernah aku bilang, kalau kau tidak boleh berdandan, jika keluar tanpa aku?” ujar Dave ketika melihat Jeslyn terlihat cantik pagi itu.
“Maaf Dave, aku harus pergi sekarang, mereka sudah menungguku.” Jeslyn tidak mengubris perkataan Dave. Yang ada dipikirannya saat ini adalah cepat-cepat turun ke restoran untuk sarapan. Dia pasti akan terlambat, jika terus meladeni ucapan Dave.
“Apa laki-laki itu juga ikut bakti sosial ini?”
Jeslyn mengangguk. "Tentu saja, dia yang memimpin tim kami.”
Dave mendengus. “Apa hebatnya menjadi pemimpin tim,” ucap Dave dengan nada meremehkan.
Jeslyn menoleh. “Dave, Dion adalah salah satu dokter terbaik di rumah sakitmu.”
“Tetap saja dia masih bekerja padaku,” ucap Dave tak mau kalah.
Jeslyn tampak tidak terima jika Dave meremehkan Dion. “Dave, apa kau akan meremehkan aku juga karena bekerja di rumah sakitmu?”
“Bukan seperti sayang maksudku.”
“Dave, aku dan Dion itu memiliki kesamaan yang sama. Kami tidak mengandalkan orang tua kami. Dion berhasil membuktikan kalau dia bisa berpijak dengan kakinya sendiri, padahal orang tuanya berasal dari kalangan atas sama sepertimu. Dia mandiri Dave.”
Wajah Dave berubah masam saat mendengar Jeslyn memuji Dion. “Lalu maksudmu aku tidak mandiri karena aku hanya meneruskan apa yang papa turunkan padaku?”
“Jangan salah paham Dave, aku hanya kagum padanya. Aku tahu kau sudah bekerja sangat keras semenjak kau memimpin perusahaan dan semua bisnis ayahmu sehingga membuat perusahaanmu sebesar sekarang.”
“Kalau kau sangat kagum padanya, kenapa kau tidak menikah saja dengannya? Kenapa memilih menikah denganku?”
“Dave, aku dan Dion tidak bisa lebih dari sahabat. Dia sudah kuanggap sebagai keluargaku. Dia satu-satunya orang selalu melindungiku selama ini. Lagi pula, dia tidak menyukaiku.”
Dave menatap mata Jeslyn dari dekat. “Bagaimana kalau dia tidak beranggapan sama denganmu? Bangaimana kalau dia menganggapmu lebih dari sahabat?”
Bola mata Jeslyn menatap ke atas sejenak. “Aku tidak pernah berpikir ke sana Dave karena kami memang sangat dekat dari dulu. Tidak heran banyak yang salah paham terhadap kedekatan kami, termasuk dirimu.”
Dave menampilkan wajah datarnya. ”Jeslyn, aku sangat yakin kalau dia menyukaimu. Aku bisa melihat dari cara dia memperlakukanmu.”
Jeslyn mengeryit. “Bagaimana kau bisa seyakin itu? Kau bahkan belum pernah bertemu langsung dengan Dion kecuali saat pernikahanmu dengan Felicia.”
“Tentu saja aku yakin, aku sering melihatmu diantar olehnya. Lihat saja dia kemari sepagi ini hanya untuk membangunkanmu. Aku lebih yakin lagi saat bertemu dengannya waktu pesta itu.”
“Dave aku tidak ingin bertengkar denganmu karena masalah Dion. Yang harus kau tahu adalah kami hanya bersahabat. Kami tidak mempunyai hubungan khusus, selain sahabat,” jelas Jeslyn lembut.
“Dave aku harus pergi.” Dia langsung berlari kecil setelah mencium pipi Dave. Dia sengaja melakukannya agar Dave tidak marah karena sudah meninggalkannya buru-bru.
Dave memegang pipinya, lalu menatap ke arah Jeslyn yang terlihat sedang menoleh padanya sambil membuka pintu. Setelah kepergian Jeslyn, Dave menuju tempat tidur, lalu menghubungi seseorang melalui ponselnya.
Bersambung...
Mohon dukung juga karya Author yang lainnya. Yaitu "Cinta Untuk Dia"
Dan juga yang berjudul "Jangan Sakiti Aku"