Klarybell Berliana, seorang penyihir agung nan terkenal karena kegilaan dan kekejamannya menghukum musuh. Klarybell mati karena sebuah ledakan meteor saat dirinya sedang melakukan penelitian terhadap sihir hitam. Sesampainya jiwa Klarybell di alam akhirat, hakim akhirat menyatakan bahwa Klarybell tidak diterima surga maupun neraka sebab dosanya selama di dunia sudah terlalu banyak. Kemudian Klarybell meminta kepada dewa kedamaian untuk menjadikannya sebagai dewi, tapi dia harus memurnikan dosanya dengan cara masuk ke tubuh manusia dan melakukan kebaikan.
Valencia Allerick, gadis bangsawan yang bertubuh gemuk dan mempunyai kehidupan suram. Setelah memergoki calon tunangannya berselingkuh dengan sahabatnya, Valencia pun mengakhiri hidupnya dengan melompat dari balkon mansion.
Klarybell mengambil alih tubuh Valencia, dia menggantikan hidup Valencia lalu memberantas masalah yang menghadang. Bisakah Klarybell menjalani hidup seperti orang biasa? Bisakah dia akhirnya menjadi seorang dewi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xeiralana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diri yang Tenang
Valencia duduk tenang tanpa ada pergerakan yang berlebihan, dia menyuap satu demi satu potong daging yang dihidangkan untuknya. Perilaku aneh Valencia menjadi sorotan utama bagi Adarian, perubahan setiap perubahan yang diperlihatkan setiap harinya menjadi tanda tanya besar di kepala Adarian. Putri yang tidak pernah dia anggap dan dia besarkan dengan minim perhatian kini malah berwujud layaknya orang lain. Menurut Adarian, perubahan Valencia terlihat tidak masuk akal sama sekali.
"Valencia, besok kau akan menemui Tuan Muda Nerio, aku harap kau tidak membuat masalah lagi," ujar Adarian.
"Menemui seseorang yang menyelingkuhiku? Astaga, sungguh lucu sekali," jawab Valencia seraya berdecak kesal.
"Bagaimana pun pertunangan ini akan tetap dilanjutkan karena keluarga Duke Nerio memiliki hubungan bisnis yang baik dengan keluarga ini. Kau tidak boleh mengacaukannya, masalah selingkuh itu murni kesalahanmu sendiri."
Valencia menggenggam erat gagang garpu yang sedang dia pegang. Ingin rasanya kala itu dia melayangkan pisau ke kepala Adarian.
"Selingkuh bukanlah sesuatu yang bisa dibenarkan, mungkin karena Grand Duke juga selingkuh dengan wanita rendahan, jadi kau berpikir selingkuh itu wajar? Cih, harga diriku jauh lebih tinggi dan kau tidak bisa seenaknya mengaturku menikah dengan pria baj*ngan itu."
Helen tidak memberi tanggapan apa pun, dia tetap diam dan tidak seperti biasanya yang selalu memarahi Valencia jika berbuat kurang ajar kepada sang Ayah. Adarian pun menghentikan aktivitas makannya, dia kehilangan selera karena dia merasa tertohok oleh perkataan Valencia.
"Kau itu hanya seorang perempuan, tugasmu tidak lebih dari menjadi Nyonya rumah. Seorang pria diperbolehkan mempunyai lebih dari satu orang wanita. Tetapi, wanita tidak bisa melakukan yang sama dengan pria," ujar Adarian.
"Bagaimana kalau aku bisa melakukan apa yang bisa dilakukan pria?"
Lirikan tajam mengarah pada Valencia, gadis itu merespon dengan santai setiap perkataan Adarian.
"Hah? Mana mungkin kau bisa melakukan apa yang dilakukan pria. Wanita itu lemah, tidak bisa dibandingkan dengan pria," celetuk Endry.
"Lemah?" Valencia menyunggingkan senyumnya. "Aku tidak lemah, aku bisa melakukan penaklukkan portal, mengayunkan pedang, memimpin pasukan, menjadi komandan kesatria, atau memimpin benua ini sekali pun. Jangan meremehkanku kalau kau sendiri belum pernah berhadapan denganku."
Endry terdiam, tidak ada yang dapat menang dengan mudah melawan Valencia. Keluarga ini terlalu bodoh untuk ditempati dirinya. Walaupun keluarga Grand Duke sedari zaman dahulu terkenal oleh kegesitannya di medan perang, tapi mereka tidak ada bedanya dari sampah yang suka berkeliaran di masyarakat.
"Tidak usah berdebat lagi, sebaiknya kita teruskan saja makannya. Sayang sekali kalau kita membiarkan makanannya dingin. Benar kan, Grand Duchess?"
Guilla menyela masuk ke perdebatan Valencia, dia berakting menjadi penengah yang baik bagi mereka.
"Iya, seperti yang Guilla katakan, lebih baik kita selesaikan dulu makannya," jawab Helen dengan nada rendah.
Terpaksa mereka menunda perdebatan barusan, sekarang mereka bisa makan dengan tenang. Setelah hidangan utama selesai disantap, kini saatnya menyantap hidangan penutup yakni puding cokelat. Valencia tidak langsung memakan pudingnya sebab ada keanehan dari puding tersebut. Valencia melirik sekilas ke arah Guilla, tersirat jelas di raut muka wanita itu sedang merencanakan sesuatu yang buruk kepada Valencia.
'Ada dua orang koki yang dulu pernah bekerja di paviliunku, mereka telah menggelapkan dana dapur, tapi mereka dipindahkan ke kediaman utama. Aku rasa ada yang tidak beres dari pudingnya, lebih baik aku periksa terlebih dahulu,' pikir Valencia.
Dua orang koki yang berdiri di belakang Valencia tampak tengah menunggu Valencia menyantap pudingnya. Mereka berharap Valencia segera menghabiskan puding tersebut. Begitu pula dengan Guilla, dia menantikan sekali Valencia memakan pudingnya.
Valencia memercikkan sedikit sihir ke dalam puding tersebut, sesuai dugaannya puding tersebut telah dicampur dengan racun mematikan. Namun, Valencia telah membersihkan racunnya sehingga puding itu menjadi aman untuk dia makan.
'Bagus! Ayo cepat makan agar aku bisa melihatmu mati di depan mataku. Setelah kau mati, aku bisa membunuh Ibumu dan menjadi Nyonya di kediaman ini,' batin Guilla.
Ketika Valencia hendak menyuap pudingnya, tapi Valencia malah sengaja menjatuhkan puding tersebut. Walaupun dia seorang pecinta makan, tapi baginya memakan makanan yang pernah terkontaminasi racun merupakan suatu hal yang harus dia hindari. Meski Valencia sudah membersihkan racunnya, namun dia ingin memberi sedikit tamparan bagi Guilla.
"Astaga, bagaimana ini? Pudingnya terjatuh. Padahal aku sangat menantikan memakan puding ini, tapi apa daya aku jadi tidak bisa menikmatinya," tutur Valencia berlagak tidak segaja menjatuhkan pudingnya.
Ekspresi Guilla terlihat tidak baik, dia menyimpan kegeraman di balik senyumannya. Sedangkan kedua koki yang berada di belakang punggung Valencia juga tampak terkejut.
"Kau ceroboh sekali," ucap Guilla. "Sekarang kalian bawakan lagi puding yang baru," lanjut Guilla memberi perintah.
Tidak lama setelahnya, salah seorang koki menyajikan kembali puding dengan rasa yang sama. Namun, tatkala koki tersebut hendak menaruh pudingnya, Valencia memakai sedikit sihirnya hingga menyebabkan tubuh koki itu terhuyung-huyung dan menjatuhkan pudingnya.
"Bagaimana kau melakukan tugasmu? Apa kau tidak berniat memberikan puding itu padaku? Atau kah kau berencana menghancurkan suasana di ruang makan?" Valencia memarahi koki itu, tergurat ketakutan mendalam pada raut mukanya.
Adarian menatap tajam koki tersebut, lekas dia bangkit dari lantai.
"Mohon maafkan saya, Nona, saya tidak sengaja menjatuhkannya. Biar saya bawakan lagi yang—"
"Tidak usah, aku sudah kenyang, aku akan kembali sekarang ke kamarku. Silakan lanjutkan saja makan kalian," potong Valencia cepat.
Valencia berlalu pergi dari ruang makan tanpa meninggalkan kekacauan hebat seperti sebelumnya. Selepas itu, Helen juga ikut beranjak pergi dari sana, dia sudah cukup kenyang sejak tadi karena disuguhkan oleh hal yang sangat mengganggu.
'Sialan! Rencanaku jadi gagal, jangan-jangan mungkinkah gadis itu menyadari ada racun di pudingnya? Ahh, mana mungkin, dia itu tetap saja gadis yang bodoh,' gerutu Guilla dalam hati.
Pada malam harinya, tepatnya di jam dua belas, Valencia masih belum terlelap. Dirinya sengaja menunggu seluruh penghuni mansion tidur. Sesudahnya, Valencia menyelinap ke luar kamar menuju dapur kediaman utama. Valencia mengintip dari celah pintu, dia mendapati dua orang koki sebelumnya tampaknya sedang merencanakan sesuatu.
"Cepat! Kita harus mengurus seluruh bahan makanan untuk dapur dan menggantinya dengan bahan makanan yang berkualitas rendah."
"Iya, bersabarlah, lagi pula kita menggelapkan dana sesuai perintah dari Nyonya Guilla. Sekarang tidak akan ada orang yang memergoki perbuatan kita."
Valencia mendengar jelas apa saja yang mereka bicarakan. Kedua koki itu selalu melakukan hal tersebut demi mendapat keuntungan besar. Mereka mengganti bahan makanan berkualitas tinggi menjadi kualitas rendah. Tidak hanya itu saja, ketika mereka bekerja di paviliun kediaman Valencia, mereka juga membuat Valencia memakan makanan yang tidak layak. Seluruh biaya hidup di paviliun dikuras habis oleh mereka serta para pelayan yang bekerja di sana.
alurnya mudah dipahami
ceritanya gak ribet