Nur Hayati, seorang gadis Desa yang sudah memasuki usia 36 tahun, namun belum mau menikah, karna Ia harus merawat Ayahnya yang sedang sakit .
Namun, kehadiran Baim, pemuda berusia 20 tahun, yang tiba-tiba menikahinya membuat perubahan dalam hidup Nur.
"Mbak Nur, jangan kawatir, Aku tidak akan meminta hak ku sebagai suami sebelum Mbak mengijinkannya" Ujar Baim.
"Ya iya lah, Aku kan tidak tahu siapa kamu, mendadak datang dan mendadak juga menikahiku, pokoknya , malam ini kamu tidur di ruang tamu, di Dipan itu, sama seperti malam tadi kamu tidur disana " Nur menunjukkan tempat tidur Baim yang baru saja menjadi suaminya itu, sementara Baim hanya bisa menelan Salivanya, sebab Dipan kecil di ruang tamu itu hanya beralaskan tikar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafidza Asyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rizki tak terduga
Setelah bicara banyak pada Bu Anita , Bu Anita menjadi faham dengan keinginan dan cita-cita Nur, Dia pun menawarkan Nur untuk tinggal di salah satu Ruko miliknya, tentu saja Nur sangat senang dengan tawaran itu, Baim pun sangat bersyukur, niatnya untuk mencari rumah kontrakan yang lebih besar terlaksana.
Akhirnya, Nur dan Baim pindah ke Ruko milik Bu Anita, yang terletak di dekat Rumah Bu Anita di lingkungan kota yang lumayan ramai, di kota Surabaya.
Meski Bu Anita mengratiskan Ruko nya, Baim berusaha profesional , Ia membayar uang sewa 50% dari harga normal.
Ruko itu terdiri dari 2 lantai, lantai atas untuk tempat tinggal mereka dan lantai bawah untuk produksi, Baim sudah membeli 2 mesin jahit untuk dipakai 2 karyawan yang baru diterimanya, bahan kain pun Baim beli sendiri, Sesuai saran Bu Anita, Baim dan Nur memproduksi gamis muslimah saja sedangkan Bu Anita lebih kepada baju wanita pada umum nya dan untuk sementara gamis itu di letakkan di butik milik Bu Anita.
"Bunda mau jahit ?" tanya Baim yang melihat istrinya sempoyongan turun dari lantai atas.
"Iya, seperti biasa nya, memang nya kenapa Yah ?"
"Bunda terlihat kurang sehat, muka nya juga pucat, sebaiknya Bunda istirahat saja dulu, biar Rara dan Bu Halimah yang ngerjain." Baim mencegah Nur bekerja karna sudah ada 2 pegawai mereka.
"Gakpapa, bentaran kok!" Nur masih bersikeras, Ia tetap menjahit, satu gamis yang sudah di potong sudah mulai Ia jahit, tapi karna kepala nya terasa sakit, jahitannya jadi salah arah, sehingga Ia membutuhkan alat pendedel untuk mendedel jahitan yang gagal itu.
Taklama kemudian, saat Nur melangkah mau mengambil alat pendedel di tempat Rara, Ia tersandung dan terjatuh, Ia meringis kesakitan di bagian perut nya.
"Mbak Nur kenapa?" Tanya Rara cemas saat Ia membantu Nur untuk bangun, begitupun Bu Halimah yang juga cemas saat menghampiri Nur, sementara Baim sedang di lantai atas.
"Aduh Bu, perutku terasa sakit Bu.." Nur semakin mengadu kesakitan pada Bu Halimah.
"Mbak, ada darah di kaki mbak Nur" Rara terkejut, begitu juga dengan Nur.
"Mas Baim, Mas Baim" Rara memanggil Bos nya itu di lantai atas.
"Ada apa kok teriak-teriak panik gitu ?"mendengar teriakan Rara sebenarnya Baim juga panik.
"Anu...Mas, Mbak Nur jatuh, kaki nya berdarah" mendengar itu Baim langsung turun dan segera menghampiri Istrinya.
"Bunda kenapa?" Baim tambah panik, karna melihat darah di kaki Nur yang sepertinya keluar dari pangkal pahanya, meski darah itu tidak banyak, tapi merah nya sangat menyolok di rok warna pink baby Yang di kenakan Nur
"Gak tahu yah, tapi perutku rasanya sakit banget!"keluh Nur lagi.
"Mas, cepat bawa Dia ke Rumah sakit !" ujar Bi Halimah.
Baim pun akhirnya membawa istrinya ke Rumah sakit.
Setiba nya di sana, Nur langsung ditangani seorang Dokter wanita.
"Alhamdulillah, Ibu hanya pendarahan ringan, tapi janin nya tidak apa-apa, ini biasannya terjadi pada Ibu hamil yang kelelahan atau banyak pikiran" ujar Dokter yang menanganinya.
"Apahh ! Istri Saya Hamil dok ?!!"Baim terkejut, tapi juga terlihat sangat bahagia
"Iya, Istri Anda sedang hamil, jadi Bapak belum tahu ?"
"Alhamdulillah...belum Dok!!" Baim kegirangan.
"Bahkan Saya sendiri juga tidak tahu kalau Saya sedang hamil " ujar Nur dengan raut wajah bahagia.
"Memang nya kapan terakhir datang bulan nya?"
"Dari dulu haid Saya memang tidak lancar dan tidak teratur. tapi kalau tidak salah, tanggal 20, dua bulan yang lalu dan ini memang kehamilan pertama Saya, jadi Saya tidak tahu tanda-tanda kehamilan, dan kebetulan Saya penjahit, Saya Akui Saya memang masih terus menjahit, meski sudah merasa lelah "
"Kehamilan Ibu ini diperkirakan, sudah memasuki 5 minggu, karna tadi mengalami pendarahan,sebab kelelahan, jadi setelah ini Ibu harus bedrest ya" ujar itu sambil meraba-raba perut bagian bawah Nur.
"Tuh apa yang Ayah bilang, Bunda sih terlalu semangat jahit nya mentang-mentang baru merintis, tenaga dan pikiran nya di keluarkan semua"
"Maaf, Bunda memang terlalu semangat, "
"Oh iya Pak, dalam beberapa hari ini sebaiknya Bapak puasa dulu, istrinya jangan di ajak ML dulu, sebab kondisi janin nya masih rawan, apalagi pernah mengalami pendarahan "
"Ia Dok, Saya faham."
"Baiklah kalau begitu Saya tulis dulu resepnya !"
Sesuai saran dokter, Nur harus Bedrest selama kurang lebih satu bulanan, melihat kondisi kesehatan fisik Nur.
Baim sangat over protektif, Ia selalu merawat dan menjaga Istrinya dengan baik, bahkan Ia tidak segan-segan memarahi istrinya saat Nur mau mencuci pakaian atau piring.
"Pokok nya, Bunda sekarang harus Istirahat total, tidak boleh masak atau mengerjakan pekerjaan rumah, apalagi jahit ! Biar Ayah yang melakukan semuanya!"
"Iya Ayah"
"Terimakasih ya...Bunda sudah menjadikan ku seorang Ayah sungguhan, bukan hanya panggilan"ucap Baim sambil mengecup kening istrinya.
"Terimakasih juga sudah merawatku dengan baik dan penuh kasih sayang"jawab Nur
"Itu karna Aku mencintaimu dan anak kita" guman nya sambil mengelus-elus perut Istrinya dan meletakkan telingan di perut Nur, seolah - olah ingin mendengarkan apa yang sedang di lakukan anak mereka di dalam.
"Sayang...jangan nakal ya di dalam sana, kasihan bunda, maafkan Ayah yang belum bisa jenguk kamu di dalam sana!"
"Hust...Ayah ngomong apa sih, gak ikhlas ya jika harus puasa dulu"
"Ikhlas kok Bun, tapi ikhlas yang dipaksakan demi si utun, hiks hiks" Baim mewek.
***
"Sayang, Ayo makan dulu, biar anak kita sehat, adek gak sayang ya sama calon anak kita" bujuk Arman pada Nadia yang sedang sakit, Arman pun menyuapi istrinya itu dengan sabar.
"Mas Arman beneran gak mau belikan tas yang Aku mau?"
Ucap Nadia lemah sambil mengunyah makanan yang disuapi suaminya.
"Bukan tidak mau tapi belum waktunya, Uang Mas itu masih ditabung untuk bikin rumah idaman kita, Adek mau tas apa mau Rumah?"
"Mau dua-dua nya!"
"Haha....pinter ya, kayak anak kecil saja manja nya, kalau begitu nunggu Uang Mas cukup ya!"
'Maaf ya Sayang, bukan nya Aku pelit, Tapi Aku ingin mengubah sikap manjamu itu, dan maaf, uang nya Aku gunakan untuk yang lebih berguna, Aku gunakan untuk membantu membayar biaya pengobatan Ayah nya Aisyah, duh, mengapa Aku jadi teringat Aisyah di saat bersama Nadia' batin Arman.
"Mas ...Mas...Mas ngelamunin apa sih kok bengong?"
"Eh enggak kok, Mas cuma ngebayangin nanti kalau anak kita lahir"Arman berbohong.
"Mas, Aku ingin lahiran caesar ya, Aku ingin jalan lahirku tetap utuh gak sobek"
"Kenapa harus caesar jika bisa normal?"
"Ya terserah Aku lah Mas, pokoknya Aku ingin Caesar"
"Ya sudah tunggu tanggal main nya saja"
"Dan satu lagi, Aku tidak mau memnyusui, Aku tidak mau pay***ra ku kendor, Aku mau ,tubuh ku ini tetap seperti semula, Aku tidak mau rusak atau gemuk dan juga jika nanti setelah lahiran, Aku mau Baby siater, Aku gak mau mengalami baby blus "
Meski keberatan, Arman hanya mengiyakan, karna setiap kali Nadia berkeinginan, keinginann nya itu harus dituruti.
'Andai Istriku Aisyah, Ia pasti akan menjadi istri yang patuh, bukan nya Aku tidak menyukai Nadia, Aku memang terpaksa saat menikahinya, tapi bagaimanapun juga Dia istriku, Aku imam nya, Aku harus bisa mendidik nya agar sifat manja nya berubah, tapi mungkin memang nasib ku mempunyai istri manja seperti Nadia, bukan istri idaman seperti Aisyah. Ah, kenapa Aku selalu memikirkan Aisyah terus sih!' batin Arman berkelana lagi.
Kasian