NovelToon NovelToon
Kontrak Panas Sang Aktris

Kontrak Panas Sang Aktris

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Nikah Kontrak / Model
Popularitas:754.3k
Nilai: 5
Nama Author: kenz....567

Aruna Elise Claire, aktris muda yang tengah naik daun, tiba-tiba dihantam skandal sebagai selingkuhan aktor lawan mainnya. Kariernya hancur, kontrak diputus, dan publik membencinya.

Putus asa, Aruna memanfaatkan situasi dan mengancam Ervan Zefrano—pria yang ia kira bisa dikendalikan. Ia menawarinya pernikahan kontrak dengan iming-iming uang dan janji merahasiakan sebuah video. Tanpa ia tahu, jika Ervan adalah seorang penerus keluarga Zefrano.

“Kamu mau uang, kan? Menikah saja denganku dan aku akan memberimu uang setiap bulannya. Juga, foto ini akan menjadi rahasia kita. Tugasmu, cukup menjadi suami rahasiaku.”

“Dia pikir aku butuh uang? Aku bahkan bisa membeli harga dirinya.”

Pernikahan mereka dimulai dengan ancaman, di tambah hadir seorang bocah menggemaskan yang menyatukan keduanya.

“Liaaan dititip cebental di cini. Om dititip juga?"

Akankah pernikahan penuh kepura-puraan ini berakhir dengan luka atau justru membawa keduanya menemukan makna cinta yang sesungguhnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ervan?

Aruna tersadar. Matanya menatap kosong ke arah langit-langit ruangan yang terasa asing baginya. Sekilas, cahaya lampu menyilaukan pandangannya hingga ia terpaksa mengerjapkan mata, mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya. Namun, suara lembut seseorang membuatnya menoleh pelan.

“Na, udah sadar?” Reva langsung mendekat, wajahnya dihiasi senyum lega yang mengembang.

“Heh, jantan semi betina! Sana panggil dokter!” perintah Reva pada Neo yang baru saja muncul di ambang pintu ruangan. Pria itu hanya mendecak kesal, namun tetap berbalik hendak pergi. Tapi langkahnya terhenti, lalu ia menekan tombol panggil yang ada di sisi tempat tidur pasien.

“Katr0 banget sih kamu, Reva. Orang di sini ada tombol, kok malah suruh manggil dokter manual? Kirain ini rumah sakit jaman siti nurbaya apa?” gerutunya kesal.

Aruna memegangi kepalanya yang terasa berdenyut nyeri. Ia menghela napas pelan lalu berkata lirih, “Bisakah kalian diam sebentar? Kepalaku benar-benar sakit.”

Tak lama, seorang dokter wanita masuk ke ruangan. Senyumnya hangat, membawa sedikit ketenangan dalam kekacauan yang menyelimuti pikiran Aruna. Tanpa banyak bicara, dokter itu langsung memeriksa kondisinya.

“Apa ada sesuatu yang kamu ingat sebelum pingsan tadi?” tanya sang dokter lembut.

Aruna menggeleng pelan. Wajahnya mencoba menggali kembali memori yang terasa buram. “Saya hanya ingat ... kepala saya sakit. Lalu, seperti ada bayangan ... seolah saya sedang dikejar sesuatu. Entahlah,”

“Potongan memori yang sempat terlupakan?” sahut dokter itu pelan, suaranya penuh pertimbangan.

Aruna mengangguk, ragu. “Saya pernah kecelakaan waktu remaja, tapi saya lupa kapan tepatnya. Apa itu ada hubungannya, Dok? Tapi itu sudah sangat lama.”

Dokter itu mengangguk serius. “Bisa jadi. Kamu masih menyimpan catatan medisnya? Rontgen, atau apapun dari kecelakaan itu?”

“Sudah nggak ada, Dok,” jawab Aruna pelan.

“Kalau kamu bersedia, saya bisa rujuk ke dokter spesialis untuk pemeriksaan lebih dalam,” tawarnya.

Aruna langsung mengangkat tangan, menolak dengan halus. “Enggak perlu, Dok. Saya rasa saya baik-baik saja. Lagian, siang nanti saya ada acara penting dan harus datang. Kondisi saya juga sudah cukup stabil kok.”

“Naaa …,” Reva meliriknya penuh keraguan. Ia tak yakin Aruna benar-benar sehat. Tapi Aruna tetap bersikeras. Ia tak bisa membatalkan acara itu. Uang muka sudah diterima dan ia telah diundang secara resmi. Tidak ada ruang untuk mundur.

“Hanya menyanyi saja, aku masih mampu.” Batin Aruna.

.

.

.

.

Sepulang dari rumah sakit, Aruna langsung bersiap. Reva dan Neo membantu merias wajah dan menata rambutnya. Aroma hairspray dan bedak menyatu dengan udara siang yang panas. Meski tubuhnya masih terasa lemas, Aruna berusaha tampil meyakinkan.

Setelah semuanya siap, mereka bertiga menuju gedung pernikahan tempat Aruna diundang untuk tampil. Aruna akan menyanyi sebagai hadiah istimewa dari sang pengantin pria kepada mempelai wanita, seorang pengagum Aruna.

“Beneran, Beb? Mukamu pucat gitu lho,” tanya Neo yang duduk di kursi depan, menoleh khawatir ke arah Aruna.

“Beneran. Cuma sebentar, enggak masalah. Sayang banget kalau dilewatkan. Bayaran ini bisa buat kita makan sebulan.” jawab Aruna sambil tersenyum tipis.

“Nanti beli bando baru ya, Beb.” goda Neo sambil menunjuk bando berbentuk telinga kelinci yang dipakainya.

“Mpriiit kamu enggak sekalian di-bandoin juga, Neo?” celetuk Reva, membuat Neo mengerucutkan bibirnya sebal.

“Reva, apaan sih? Membully tuh enggak boleh. Ih, kesel. Aku enggak sukaaa!” seru Neo dengan nada kesal.

Aruna hanya menggeleng pelan sambil tertawa kecil. Ia lalu menunduk, mengecek ponselnya. Jarinya menari cepat, mencoba menghubungi Ervan—pria yang akhir-akhir ini sering mengisi pikirannya. Sayangnya, nomor Ervan tidak bisa dihubungi.

“Tumben,” gumamnya. “Mungkin kehabisan baterai. Nanti aja deh,” gumamnya.

Sesampainya di lokasi, Aruna turun dari mobil dengan gaun panjang berwarna pastel yang elegan. Seorang petugas membukakan pintu mobil untuknya, dan ia pun berniat melangkah masuk dengan anggun.

“Beb, kita tunggu di parkiran ya,” pesan Neo sambil menurunkan kaca jendela.

“Iya,” jawab Aruna singkat, melangkah masuk ke gedung mewah yang dipenuhi para tamu berpenampilan glamor. Hatinya mulai berdebar.

Aroma bunga segar memenuhi ruangan. Alunan musik klasik mengalun lembut, menyatu dengan gemerlap lampu kristal yang tergantung di langit-langit.

“Aruna?!” teriak seorang wanita paruh baya dengan riasan mewah dan senyum cerah.

Aruna tersenyum, menunduk sopan. “Selamat atas pernikahannya, Nyonya Astrid.”

“Aaa, terima kasih banyak!” sahut wanita itu antusias, lalu menarik Aruna ke dalam pelukannya. Tak lama, sang pengantin pria menghampiri mereka dan merangkul pinggang istrinya dengan hangat.

“Terima kasih sudah datang,” ucapnya sopan.

“Sama-sama, Tuan Anggakara. Saya merasa terhormat berada di sini dan saya akan membawakan sebuah lagu untuk pernikahan kalian sebagai hadiah.” balas Aruna dengan senyum profesional.

“Oh, astaga! Aku sangat senang mendengarnya! Ayo sini, kita nyanyi bareng!” seru Astrid sambil menggenggam tangan Aruna. Ia tampak sangat bersemangat, bahkan hingga lupa pada suaminya yang hanya tertawa kecil melihat antusiasme istrinya.

“Aku penggemarmu sejak lama dan aku enggak pernah percaya semua rumor itu. Kamu tetap idolaku!” serunya.

Namun senyum Aruna perlahan memudar. Dari atas panggung, ia melihat sosok pria yang tampak familiar. Langkahnya ragu, matanya menyipit, mencoba memastikan.

“Ervan? Itu Ervan, kan?” bisiknya.

Sosok pria itu tampak hendak meninggalkan tempat, wajahnya sengaja di tutup dengan tangannya. Aruna ingin mengejarnya, namun Astrid keburu menariknya menuju panggung.

Akhirnya, Aruna berdiri di atas panggung. Lampu sorot menyinari wajahnya. Musik mulai dimainkan—biola dan piano berpadu menciptakan nuansa haru.

Ia memejamkan mata sejenak, menenangkan degup jantungnya. Lalu, Aruna pun mulai mengeluarkan irama suaranya yang sangat indah.

"Perlahan akan ku ajarkan

cara menanam menuai

baik buruk di dunia …,"

:Ku warnai tanganmu yang mati

agar kamu tahu

dunia tak lagi menyakiti ...,"

Penonton terdiam. Semua terpaku pada suara merdu dan penjiwaan yang mengalun dari bibir Aruna. Bahkan, pria yang tadi ia lihat pun tampak berdiri di balik jendela gedung, menatapnya dengan mata yang penuh makna.

"Dan ku bisikkan asal kau tahu

bagaimana rasanya

bahagia sepenuhnya

sampai ku merasa lega

kau merasa legaaa ...,"

Suara Aruna menggema, membelah ruangan, membungkus semua yang hadir dalam emosi mendalam. Ketika ia mencapai bait terakhir, ia menarik napas panjang.

“Ku sampai … di sana.”

________________________________

Lagunya perang telah usai yah kawaaan😆

1
Hanima
🙏🙏
Hanima
😮😮
sweeeetttyyyy
baguss
Dewi Masitoh
Ervan ngerasa gila karena menganggap Aruna mirip skyla
pdhl emang kenyataannya emang Aruna itu ya skyla😄
kalo Alian itu emang mirip Ervan,kemungkinan wkt program bayi tabung sper_ma nya ketuker punya Ervan🙄
Fia Ayu
Lian kaga takut sama siapa2, yg paling di takutin lian cuma takut kelaparan 😂
Cahaya
d bayar lunasssss yh
~Ni Inda~
Iyaaa...gilaa
Gila krn mempertahankan asumsinya...mendoktrin dirinya
Pdhal perempuan yg dia tunggu ada d dpn hidungnya
Coba buka telinga mata & hatinya, dokter ganteng
Mulaini
Ervan gila karena cinta Elga makanya dia bilang otaknya sudah konslet hehehe...
Cahaya
nahhhh kan erpan uda sadar tapi blm sepenuh ny kalo uda sadar gimana yh reaksi ny yh sama aruna
~Ni Inda~
Untung sadar klw otaknya konslet
Daplun Kiwil
aku baru bangun langsung baca🤭🤭🤭
~Ni Inda~: Samaa
total 1 replies
Dcy Sukma
dahh..qta jg jd ikutan gila nih kak..🤭
Cahaya
dihhh erpan mau ke doktr jantung masih blm sadar erpan masih linglung
Bundanya Pandu Pharamadina
Ervan Ervan..... kamu gila karena cinta dan cintamu sudah di depan mata, tapi kamunya ngga nyadar².


gimana reaksi dan tanggapan Ervan ,oma Ellara, opa Alion setelah melihat Video kebersamaan Ervan Aruna Alian yg lg trending
martabak rujak rasa kari
gilanya kumatt😫
Herdian Arya
yahhhhhh tanggung amat... mana bisa saya nyenyak bobok!
Pebb 00
gila karena skylaa🤣
Rosy
peka Ervan...peka...kamu bisa nyuruh orang buat cari tau tentang masa lalu Aruna..mungkin kamu menemukan sedikit petunjuk..padahal udah di spill tipis tipis loh sama Aruna.. tinggal nunggu kepekaan kamu aja..
Bundanya Pandu Pharamadina
cerita mu selalu di nanti kak Author, sesibuk apapun dan jam berapapun pasti sempetin baca, terimakasih sudah rutin Up dan sehat² terus nggih kak Author
IG: Kenz___567: sama-sama kaaak/Grin/
total 1 replies
Rosy
kirain Aruna yg nyium.. ternyata dia pengen di cium meskipun cuma pipi 🤭
gimana kabar itu jantung Van..masih aman nggak saat sedekat itu sama Aruna..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!