Joe William. Adalah seorang Tuan muda yang dipersiapkan untuk menjadi seorang calon penguasa di keluarga William.
Terlahir dari pasangan Jerry William dan Clara Drako, Joe ini memiliki garis keturunan Konglomerat dari keluarga sebelah Ayahnya, dan penguasa salah satu organisasi dunia bawah tanah dari kakek sebelah ibunya.
Ketika orang tuanya ingin mendidiknya dan ingin memanjakan Joe William dengan sutra dan emas, tiba-tiba seorang lelaki tua bernama Kakek Malik yang dulunya adalah orang yang membesarkan serta merawat sang ibu yaitu Clara, datang meminta Joe William yang ketika itu baru berumur satu tahun dengan niat ingin mendidik calon Pewaris tunggal ini.
Tidak ada alasan bagi Jerry William serta Clara untuk menolak.
Dengan berat hati, mereka pun merelakan putra semata wayangnya itu dibawa oleh Kakek Malik untuk di didik dan berjanji akan mengembalikan sang putra kelak jika sudah berusia tujuh belas tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edane Sintink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari pertama sekolah
Subuh-subuh sekitar pukul empat, Joe sudah bangun dari tidurnya dan mulai melakukan pekerjaan.
Mulai dari menyapu rumah, mengangkat air lalu memasak nasi. Pokoknya, semua pekerjaan rumah dia kerjakan sendiri tanpa menunggu Kakek Jeff membantu.
Ketika Tengku Mahmud bangun untuk melaksanakan kewajiban Sholat subuh, semuanya sudah siap.
Seperti biasa ketika bersama kakek Malik dulu, setiap pagi Joe akan melakukan latihan pernafasan.
Kalau biasanya dia berendam di dalam sungai, bedanya kini dia terpaksa harus berendam di air laut tepat di bagian terdalam dari pinggir pantai itu.
Ketika dia selesai latihan, semua bagian tubuhnya terasa lengket terlebih lagi rambutnya yang berubah kaku karena menyelam di air yang mengandung zat garam itu.
Selesai mandi di kamar mandi umum karena memang di Kuala Nipah tidak ada sumur, mereka hanya mengandalkan air hujan atau setiap hari akan ada mobil tangki yang akan mengantarkan air di kampung pinggir pantai itu, Joe pun langsung bersiap-siap berangkat ke perkampungan Indra sakti untuk mendaftarkan diri sebagai siswa baru yang mendapat bea siswa dari luar negri.
Namun karena curiga bahwa dia adalah siswa yang mendapatkan bea siswa palsu terbongkar, dia tidak berani melakukannya.
Berfikir sampai di situ, Joe membatalkan pendaftarannya dengan alasan mendapatkan bea siswa. Dia lebih memilih mendaftar sebagai siswa pindahan biasa saja. Hal ini karena dia memiliki paspor dengan Visa pelajar yang diurus oleh kakek Jeff. Sedangkan bea siswa itu hanya akal-akalan Jeff saja.
Pagi itu, dengan menumpang becak motor, Joe William dan Tengku Mahmud pun berangkat menuju kampung Indra sakti.
Sementara itu, Jeff juga sudah berkemas untuk kembali ke Starhill karena tugasnya di Kuala Nipah itu hanya menemani Tuan muda nya saja.
Ketika Joe dan Tengku Mahmud sampai di Indra sakti, Kakek Jeff pun langsung menuju ke kota Medan dimana di sana ada bandara internasional.
***
Hari ini adalah hari pertama Joe bersekolah di SMA Indra sakti hilir itu.
Sebelum Tengku Mahmud kembali ke Kuala Nipah, beliau sempat berpesan agar Joe jangan membuat masalah apa lagi keributan.
Dia berpesan agar Joe sabar. Jika ada yang mengganggu dirinya, sebaiknya menghindar dan jangan di lawan.
Joe yang tau diri bahwa dia hanyalah pendatang asing di tempat ini menurut saja dan berjanji tidak akan membuat Tengku Mahmud malu karena ulahnya.
Kini tibalah Joe untuk memperkenalkan diri kepada teman-teman barunya di sekolah SMA itu.
"Halo murid-murid semuanya. Selamat pagi." Sapa bapak Harun. Guru kelas di SMA Indra sakti itu.
"Selamat pagi pak..!" Kata mereka serentak.
"Kali ini, SMA kita kedatangan murid baru dan akan berbagi kelas yang sama dengan kalian."
"Untuk siswa baru, dipersilahkan untuk memperkenalkan diri. Waktu dan tempat, dipersilahkan!" Kata pak Harun.
"Selamat lagi teman-teman semuanya. Perkenalkan! Nama saya adalah Joe William. Saya adalah siswa pindahan dari Mountain slope. Mountain slope itu adalah salah satu perkampungan di sebuah negara yang jika naik pesawat, membutuhkan waktu sekitar enam jam."
"Harapan saya, semoga kehadiran saya dapat diterima dengan baik di sekolah ini dan bisa menjalin persahabatan dengan kalian semua. Terimakasih." Kata Joe yang terlihat malu-malu itu.
"Silahkan duduk Joe!" Perintah pak Harun yang langsung dijawab dengan anggukan oleh Joe.
"Ayo. Siapa yang akan satu meja dengan Joe?" Tanya Pak Harun.
"Duduk di sini Joe!" Kata salah satu siswa berkacamata.
"Terimakasih. Oh ya. Mari kita berkenalan!" Kata Joe sambil mengulurkan tangan nya.
"Nama ku Joe William. Nama kamu?" Tanya Joe.
"Nama ku Arifuddin. Tapi biasa di panggil Udin." Kata anak itu sambil menjabat tangan Joe.
Setelah bersalaman, Joe pun langsung duduk dan mulai fokus terhadap mata pelajaran yang disampaikan oleh pak Harun.
Beberapa gadis ABG mulai saling berbisik sambil sesekali melirik ke arah Joe.
"Ganteng juga dia." Kata Mereka lalu tertawa.
"Lihat kulit nya putih sekali. Rambutnya juga sedikit merah. Apakah dia ini keturunan bule?"
"Kau ini. Pantang melihat lelaki bening. Langsung melotot." Tegur yang lainnya.
"Hahaha. Jangan katakan Lia jika tidak melotot melihat lelaki yang bening." Kata yang lainnya pula.
"Lia, Putri, dan kalian yang lainnya. Perhatian apa yang saya sampaikan! Jika nanti kalian tidak bisa menjawab, maka besok kalian tidak boleh mengikuti mata pelajaran dari saya!" Tegur pak Harun karena melihat gadis-gadis baru tumbuh itu saling bergosip.
"Apa mereka selalu begitu Din?" Tanya Joe.
"Ya. Mereka itu adalah gadis-gadis gatal. Pantang melihat anak baru yang tampan seperti mu. Langsung cari perhatian." Kata Udin.
"Ah. Masa aku tampan sih?" Tanya Joe.
"Hahaha. Tidak hanya yang tampan. Jika mereka memiliki banyak uang, sepeda motor yang bagus, apa lagi mobil. mereka akan memperebutkan lelaki itu. Makanya kau harus hati-hati dengan gadis yang bernama Lia itu." Kata Udin memperingatkan.
"Aku di sini untuk belajar bukan berpacaran atau ingin main-main. Mereka bukan prioritas. Yang utama bagiku adalah menyelesaikan pelajaran, lalu kembali ke negara ku." Kata Joe.
Sedikitpun dia tidak menggubris siulan nakal para gadis tanggung itu kepadanya.
"Heh Joe. Sebagian siswa akan memilih sekolah di kota besar. SMA elite atau SMA favorit menjadi tujuan mereka. Kau ini aneh. Datang dari luar negri, tapi malah memilik perkampungan kumuh seperti ini." Kata Udin mengungkapkan uneg-uneg nya.
"Jangan heran Din. Semuanya sama saja. Bukan masalah kualitas sekolah nya yang menjadi patokan. Tapi kualitas belajar mengajar nya yang utama. Di sini sangat tenang. Coba di kota. Fokus belajar akan sedikit terganggu dengan suara bising kendaraan." Kata Joe.
"Kau di sini tinggal di mana Joe? Apakah menyewa kamar kos atau?"
"Aku tinggal di Kuala Nipah. Tepatnya di rumah Tengku Mahmud."
"Apa. Waaaah.... Apa hubungan mu dengan maha guru silat itu?" Tanya Udin merasa terkejut.
"Tidak ada pertalian darah sebenarnya. Tengku Mahmud adalah sahabat almarhum kakek uyut ku."
"Sebelum meninggal, aku di suruh untuk menemui Tengku Mahmud. Begitu lah." Kata Joe.
Obrolan mereka sedikit terganggu ketika dua orang gadis di meja sebelah bersiul ke arah Joe.
"Hai anak baru. Nanti jangan lupa traktir kami di kantin ya!"
"Benar. Sebagai anak baru. Untuk salam perkenalan, kau harus mentraktir kami."
"Hari ini aku tidak bisa Nona. Mungkin besok baru bisa."
"Mengapa begitu?" Tanya Gadis tanggung itu.
"Benar Joe. Mengapa harus besok?" Tanya Udin pula merasa penasaran.
"Aku tidak punya uang Rupiah Din. Makanya besok saja." Jawab Joe.
Mana ada waktu buat Joe William menukar uang dari Dollar ke Rupiah. Semua kebutuhan di perjalanan di urus oleh Kakek Jeff. Kartu kredit BCA miliknya pun dia tidak tau bagaimana cara menggunakannya.
Ini karena, selama ini dia tidak pernah berurusan dengan Bank manapun.
"Ok tampan. Besok aku tagih janji mu." Kata gadis itu membuat Joe jadi salah tingkah.