Nafsu Sang Duda
"Sampai kapan kau menyendiri seperti ini, Wira?" Asti bertanya untuk kesekian kalinya pada Wira.
"Apa mamah tidak bosan bertanya seperti itu?" Wira menatap mata dengan kerutan di sekelilingnya.
"Kau sudah lama menduda Wira, apa lagi yang kau tunggu sekarang? apa perlu mamah mencarikan mu calon istri?"
"Mah, Wira mohon...!" mata elang itu lekat menatap mata penuh harap di hadapannya.
"Dania sudah meninggal sejak empat tahun yang lalu, semua ini bukan kehendak mu Wira. Ini semua takdir!"
"Mah, Wira tidak bisa melupakan Dania. Sudahlah mah, Wira masih nyaman dengan kesendirian ini,"
Asti menghela nafas pasrah, rasanya sudah bosan berbicara hal seperti ini pada Wira.
"Mamah istirahat saja, Wira mau pergi," ucap pria itu sambil berlalu pergi.
"Mau kemana Wira?" tanya Asti.
"Kemana aja mah, Wira bosan di rumah!" jawab pria itu setengah berteriak.
Wira melajukan mobilnya tanpa arah, akhir pekan yang seharusnya di nikmati Wira dengan beristirahat di rumah namun nyatanya membuat Wira merasa jenuh. Pertanyaan demi pertanyaan yang acap kali di lontaran sang mamah lah yang membuat Wira merasa bosan.
Karena melamun sambil mengemudi, tanpa sengaja mobil Wira menabrak seorang yang sedang mengendarai sepeda motor. Wira yang terkejut langsung keluar dari mobilnya dan menolong seorang perempuan muda yang sedang merintih kesakitan.
"Bagaimana ini mas, tanggungjawab dong. Bawa ke rumah sakit sana!" ucap salah seorang pejalan kaki.
"B-baik mas, bantu saya membawanya ke mobil!" ujar Wira.
"Motor ku,....!" perempuan itu masih memikirkan nasib motornya.
"Aku akan menggantinya nanti," kata Wira.
Di dalam mobil, perempuan itu terus merintih kesakitan. Tangan dan kakinya mengalami luka yang cukup lebar. Hanya merintih, perempuan ini tidak menyumpahi Wira yang sudah bersalah menabraknya tadi.
Setibanya di rumah sakit, perempuan tersebut langsung mendapatkan penanganan dari Dokter. Semua luka-lukanya sudah di obati, pemeriksaan anggota tubuh bagian dalam juga sudah di lakukan dan hasilnya perempuan tersebut hanya mengalami luka luar saja.
"Makanya mas, lain kali hati-hati bawa mobilnya!" ucap perempuan itu.
"Aku minta maaf, aku benar-benar tidak sengaja," Wira merasa bersalah.
"Kalau begini jadinya, aku gak bisa kerja. Mau makan apa adik ku di rumah?" keluh perempuan tersebut yang tiba-tiba merasa bersedih.
"Aku akan tanggung jawab. Masalah motor mu juga aku akan tanggung jawab!"
"Bukan masalah motor mas, aku memiliki seorang adik yang harus aku beri makan dan obat setiap hari. Kalau seperti ini kan, aku gak bisa kerja!" celoteh perempuan yang terlihat lebih mudah tujuh tahun dari Wira.
"Siapa nama mu?" tanya Wira.
"Mawar mas!" jawab singkat Mawar.
"Oh, nama ku Wira. Sekali lagi aku minta maaf, aku akan bertanggung jawab hingga kau sembuh!"
"Kalau mau tanggung jawab, tanggung juga makan dan biaya obat adik ku. Gara-gara ulah mas, aku bakal gak bisa kerja lama. Mau mengharapkan siapa? orangtua aja gak punya!" Mawar terus menggerutu, bukan memikirkan nasib dirinya, Mawar hanya memikirkan nasib adiknya yang sedang sakit di kontrakan.
Sejenak Wira tertegun, setengah tidak percaya dengan ucapan yang baru saja di sampaikan Mawar.
"Kalau begitu, mari ku antar pulang!" ujar Wira yang tiba-tiba penasaran dengan ucapan Mawar.
Mawar berjalan tertatih, wanita muda ini nampak kuat dengan fisiknya. Merasa tidak tega, Wira langsung Menggendong Mawar menuju mobilnya.
"Duh mas, lain kali kalau mau gendong ya izin dulu!" tegur Mawar merasa tidak enak hati.
"Eh iya. Maaf ya...!" ucap Wira menjadi salah tingkah.
Mawar memberitahu alamat tempat tinggalnya, Wira langsung menggas mobilnya mengikuti petunjuk dari Mawar.
"Mas berhenti di warteg depan ya...!" pinta Mawar membuat kening Wira berkerut.
"Mau ngapain?" tanya pria ini dengan bodohnya.
"Mau konser mas...ya mau beli makananlah!" ketus Mawar yang kesal.
Wira bergeleng kelapa, pria ini langsung memarkir mobilnya di depan warteg.
"Biar aku saja!" ujar Wira menahan Mawar agar tidak turun dari mobil.
"Bayarin ya mas!" seru Mawar tanpa malunya.
Wira hanya mengangguk, pria tersebut keluar untuk membeli makanan dan tak berapa lama kembali ke mobil.
"Ini makanannya!" kata Wira sambil menyerahkan bungkusan plastik.
"Ini gratis kan mas? termasuk tanggung jawabkan mas?" tanya Mawar lagi.
"Iya, makanan ini gratis!" jawab Wira.
"Terimakasih mas!" ucap Mawar.
Mereka kembali melanjutkan perjalanan, selang beberapa menit mobil Wira berhenti di kawasan gang sempit.
"Udah mas, sampai sini aja. Kontrakan ku ada di dalam, masih harus jalan kaki lagi," ujar Mawar.
"Berapa jauh?" tanya Wira.
"Sekitar lima puluh meter," jawab Mawar.
"Ya udah, ayo aku tuntun!"
Mawar berusaha menolak, namun Wira terus memaksa. Pada akhirnya Mawar mengalah juga. Sebenarnya, Wira hanya ingin membuktikan ucapan Mawar ketika di rumah sakit tadi. Bukannya apa, terkadang di saat keadaan seperti ini ada saja oknum yang ingin memanfaatkan keadaan.
"Yang kontrakan mu?" tanya Wira lagi.
"Yang ini mas,...!" jawab Mawar lalu membuka pintu kontrakannya.
Mata Wira langsung menyipit, tidak percaya jika perempuan muda seperti Mawar hidup di kontrakan yang kumuh dan sempit seperti ini. Sesekali Wira dapat mencium bau obat yang sedikit menyengat.
"Kakak,....!" lirih seorang gadis berusia delapan belasan tahun yang hanya bisa terbaring di atas kasur lantai.
"An, ini kakak bawakan makanan!" ujar Mawar lalu dengan langkah tertatih Mawar menyiapkan makanan yang di beli Wira tadi untuk adiknya.
"Kakak kenapa luka-luka seperti ini? apa yang sudah terjadi?" tanya Andini terkejut melihat keadaan kakaknya.
Mawar memaksakan senyumnya, meski rasa nyeri sangat menggerayangi tubuhnya sekarang.
"Kakak baik-baik saja. Ayo cepat makan, jangan pedulikan kakak!" ucap Mawar sambil menyuapi adiknya makan.
Mawar melupakan Wira yang sejak tadi hanya berdiri di depan pintu. Wira dapat melihat dengan jelas keadaan kakak beradik yang sangat memprihatinkan ini karena kontrakan mereka tidak memiliki kamar.
"Siapa orang itu kak?" tanya Andini menunjuk arah pintu.
"Hah, astaga. Maaf mas Wira, aku melupakan mu. Mas boleh balik kok, terimakasih sudah mengantar ku ke rumah sakit dan pulang."
Wira hanya mengangguk, lelaki ini bingung sendiri ingin berbuat apa. Melihat perempuan yang baru saja di tabrakannya tadi Wira merasa ada yang aneh dalam dirinya.
"Aku ini bagaimana? kenapa aku meninggalkan dia tadi? dan adiknya, sakit apa adiknya itu?"
Di otak Wira sekarang hanya di penuhi dengan berbagai pertanyaan tentang Mawar dan adiknya.
"Ah, sial!" umpat Wira, "benar-benar sial aku hari ini. Jika mamah tahu, matilah aku!"
Di rumah, Wira merahasiakan kejadian hari ini yang sudah di alaminya tadi. Selesai makan malam, pria ini nampak gelisah, tiba-tiba saja Wira teringat akan Mawar.
"Apa dia sudah makan? ah, pasti belum. Kaki tangannya terluka pasti saja dia tidak bisa berjalan jauh!"
Bergegas Wira mengambil jaket dan kunci mobilnya kemudian pergi ke kontrakan Mawar. Tidak lupa Wira membeli makanan dan beberapa camilan untuk Mawar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Dyah Oktina
yang mana......?
2025-01-13
0
Winda Kurnia
ga bosen baca cerita wira mawar
2024-01-08
0
ALIKA🥰🥰CHEN ZHE YUAN.LIN YI
WIRA ..MAWAR😁
2023-10-01
0