(Gak jamin kalau kamu bakalan nangis bombay)
Audrey, seorang wanita pekerja keras yang mengabdikan hidupnya untuk karier. Dia tidak tampak tertarik dengan hubungan percintaan apalagi pernikahan. Di usia 28 tahun, ia bahkan tidak memiliki seorang kekasih ataupun teman dekat. Tidak ada yang tahu kalau Audrey menyimpan beban penyesalan masa lalu . Namun, kehidupannya yang tenang dan monoton mendadak berubah drastis ketika ia bertemu kembali dengan sahabat masa kecilnya, Sofia. Audrey tidak pernah menyangka kalau Sofia memintanya menikahi calon suaminya sendiri. Akankah pernikahan Audrey menjadi mimpi buruk atau justru kisah cinta terindah untuk seumur hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17 Balas Dendam
Reiner merentangkan kedua tangannya untuk mengunci posisi Audrey. Matanya dipenuhi api amarah,
"Kenapa kamu sengaja membuat adikku patah hati? Kenapa kamu menyiksa perasaan Dave sampai dia membahayakan nyawanya sendiri? Adikku sudah meminta maaf berkali-kali tapi kamu tidak menghiraukannya. Kamu wanita yang tak punya perasaan!"
Air mata penyesalan bercampur ketakutan membasahi kedua pipi Audrey.
"Ma...af...maafkan saya. Saya bersalah pada Dave. Mohon bunuh saja saya kalau itu bisa membuat Tuan puas," kata Audrey terisak.
Seringai menakutkan menghiasi bibir Reiner.
"Membunuhmu? Aku tidak mau mengotori tanganku dengan membunuh wanita sepertimu. Lagipula kematianmu tidak akan bisa mengembalikan adikku ke dunia ini lagi. Jadi, lebih baik aku menghukummu dengan cara menyiksa perasaanmu setiap hari sampai kamu ingin mati, seperti yang kamu lakukan pada adikku."
Reiner kembali mencengkeram pipi Audrey.
"Katakan apa alasanmu meninggalkan adikku? Apa karena uang? Atau karena kamu selingkuh dengan laki-laki lain?"
Audrey tidak menjawab pertanyaan Reiner. Ia hanya terisak meratapi nasibnya sendiri.
"Cepat katakan, apa alasanmu sebenarnya! Aku ingin mendengar langsung dari bibirmu. Kalau kamu berani berbohong sedikit saja, aku akan membalasmu dengan menyiksa semua anggota keluargamu," ancam Reiner seraya menarik rambut Audrey hingga membuat gadis itu kesakitan.
"Tolong jangan libatkan mama dan opa, Tuan Reiner. Mereka tidak ada hubungannya dengan kesalahan saya. Saya akan menerima hukuman apapun dari Tuan," pinta Audrey putus asa.
"Bagus, kamu masih sayang pada keluargamu. Sekarang katakan dengan jujur apa alasanmu meninggalkan Dave?" tanya Reiner mengulangi pertanyaannya.
"Sa..saya masih trauma...karena Dave hampir mengambil kehormatan saya, Tuan," jawab Audrey lirih.
Reiner melepaskan tangannya dari rambut Audrey lalu tertawa keras seperti orang yang baru mendengar sebuah lelucon.
"Kehormatan? Jadi maksudmu adikku, Dave Bratawijaya mau memperkosamu begitu? Pintar sekali. Aku salut pada bakatmu yang dalam sekejap mampu mengarang sebuah drama murahan."
"Sa..ya mengatakan yang sejujurnya, Tuan," jawab Audrey terbata-bata.
"Apa kamu masih punya kehormatan sebagai seorang wanita? Aku yakin kamu sudah berpacaran dengan banyak pria dan membodohi mereka," kata Reiner mendekatkan wajahnya ke wajah Audrey.
Audrey berusaha memalingkan wajahnya, "Saya tidak mengarangnya, Tuan. Dave adalah satu-satunya pacar saya."
"Kamu pikir aku akan percaya begitu saja dengan kata-katamu? Sekarang buktikan padaku kalau kamu masih punya kehormatan," jawab Reiner dengan tatapan mengerikan. Reiner menekan tubuh Audrey ke dinding dan tidak memberinya ruang untuk melarikan diri. Kedua tangan Reiner memegang tangan Audrey dan kakinya mengunci gerakan kaki Audrey. Dengan kasar, Reiner mulai mencium bibir Audrey.
"Ja..jangan Tuan, A..anda tidak boleh menyentuh saya. Anda yang membuat pasalnya," kata Audrey mencoba menyadarkan Reiner.
Reiner melepaskan ciumannya sejenak sambil menyeringai, "Pasal itu aku yang membuatnya, aku juga yang berkuasa menghapusnya kapanpun aku mau. Dan sekarang hukumanmu akan dimulai," kata Reiner seraya mencium bibir Audrey. Gadis itu tidak mampu berbuat apa-apa. Walaupun berusaha membebaskan dirinya, tenaga Reiner jauh lebih kuat. Memori atas percobaan pemerkosaan yang pernah dilakukan Dave terlintas lagi memenuhi pikiran Audrey. Dulu ia berhasil meloloskan diri, tapi saat ini ia tidak punya kesempatan untuk melakukan hal yang sama. Tangan dan kakinya tidak bisa bergerak sedikitpun, jadi mustahil baginya bisa membebaskan diri dari Reiner. Kalaupun lolos, Audrey tidak akan bisa keluar dari apartemen Reiner karena ia tidak tau sama sekali apa passwordnya.
Mungkin nasibku memang seperti ini.
batin Audrey putus asa.
Reiner menggigit bibir Audrey agar gadis itu membuka mulutnya. Audrey yang merasakan perih di bibirnya, akhirnya membuka mulut dan merelakan Reiner menciumnya lebih dalam. Audrey bisa merasakan nafas Reiner yang tidak beraturan di lehernya. Pandangan Reiner beralih ke bagian tubuh Audrey yang lain. Dengan tidak sabar, Reiner merobek gaun sifon putih yang menutupi tubuh Audrey hingga terbelah menjadi dua. Tanpa mampu melawan, Audrey hanya bisa menangis menyaksikan apa yang terjadi pada dirinya.
Reiner maju mendekati Audrey lalu menggendong tubuh gadis itu. Nafas Reiner terdengar cepat di telinga Audrey. Reiner menghempaskan Audrey ke atas ranjang tempat tidur. Dengan satu gerakan cepat, Reiner melepas semuanya yang ada pada gadis itu. Air mata Audrey mengalir tak terbendung. Semua peristiwa lama di mana Dave pernah melecehkannya seakan terulang kembali namun saat ini yang terjadi berada di luar kendali. Tanpa disadarinya, Reiner pun telah terjebak dengan permainannya sendiri.
Pergulatan panas itu terjadi cukup lama. Reiner sama sekali tidak mempedulikan permohonan Audrey yang memintanya untuk berhenti. Bahkan teriakan kesakitan gadis itu pun tidak bisa menghentikan keinginan Reiner. Akhirnya Reiner menyelesaikan semuanya dan menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Audrey. Sementara Audrey hanya diam membisu. Pandangannya menjadi kosong dan pikirannya melayang entah kemana. Harga dirinya sebagai wanita telah tercabik-cabik. Ia berharap waktu bisa diputar kembali sehingga semua peristiwa pahit itu tidak terjadi.
...****************...
Air mata Audrey kembali mengalir setelah kesadaran dan logikanya pulih sepenuhnya. Ia tidak hanya menangisi mahkotanya yang sudah hilang, tapi juga menangisi kebodohannya sendiri yang terbuai oleh kenikmatan sesaat yang diberikan Reiner. Padahal Reiner melakukan semua itu untuk menghina dan mengejek harga dirinya. Audrey memilih untuk meringkuk tak bergerak di dalam selimut sambil menangis dalam diam. Ia tidak mau memalingkan wajahnya agar tidak beradu pandang dengan Reiner yang masih berbaring di sampingnya. Sementara itu, Reiner yang beristirahat memulihkan tenaganya, memandang noda merah yang tercecer di atas seprai tempat tidur mereka. Walaupun ini pengalaman pertama baginya, Reiner tau bahwa tanda merah itu adalah bukti kesucian seorang wanita.
Jadi benar Audrey masih suci.
Apa yang dikatakannya memang benar?
Dave sudah berusaha melecehkannya waktu itu.
Tapi, Tante Diana mengatakan kalau Audrey membuang Dave karena mendapatkan pria yang lebih kaya. Lalu siapa yang jujur dan siapa yang bohong disini. Aku harus menyelidikinya.
pikir Reiner gelisah.
Reiner bangkit dari tempat tidur dan mengambil bajunya yang berserakan di lantai.
"Kamu boleh istirahat malam ini. Aku akan pindah ke kamarku. Oh, ya ingatlah untuk selalu patuh pada semua perintahku. Mulai sekarang aku adalah tuanmu. Jika kamu melawan, maka keluargamu yang akan menanggung akibatnya. Dan jangan coba lari dariku, karena dimanapun kamu berada aku pasti akan menemukanmu," kata Reiner penuh ancaman. Reiner melangkah meninggalkan Audrey seorang diri di kamar.
Sebenarnya di dalam hati, Reiner merasa iba melihat Audrey yang meringkuk tak berdaya di dalam selimutnya. Dalam hidupnya, Reiner tidak pernah menyakiti seorang wanita. Namun Reiner tidak mau sampai terlihat lemah di hadapan Audrey. Ia tidak boleh luluh begitu saja pada tangisan gadis itu sebelum mengetahui fakta yang sebenarnya.
aq lebih lebih & lebih padamu Reiner😍😍😍😍
emak" labil🤣🤣🤣