NovelToon NovelToon
Dinikahi Duda Mandul!!

Dinikahi Duda Mandul!!

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Romantis / Janda / Duda / Romansa / Chicklit
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Hanela cantik

Kirana menatap kedua anaknya dengan sedih. Arka, yang baru berusia delapan tahun, dan Tiara, yang berusia lima tahun. Setelah kematian suaminya, Arya, tiga tahun yang lalu, Kirana memilih untuk tidak menikah lagi. Ia bertekad, apa pun yang terjadi, ia akan menjadi pelindung tunggal bagi dua harta yang ditinggalkan suaminya.

Meskipun hidup mereka pas-pasan, di mana Kirana bekerja sebagai karyawan di sebuah toko sembako dengan gaji yang hanya cukup untuk membayar kontrakan bulanan dan menyambung makan harian, ia berusaha menutupi kepahitan hidupnya dengan senyum.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanela cantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 17

"Yuda.... Cepat bangun. Kamu belum lupakan mau anterin ibu kerumah Kirana" ucap Lasma memanggil anaknya itu dari luar kamar. Sedangkan yang di panggil merasa terusik dengan suara itu.

Meskipun sudah berkepala tiga, kelakuan Yuda sejak menduda berubah menjadi anak berusia dua puluh tahun. Dirinya merasa muda kembali.

"Iya Bu, bentar lagi"

"kalo kamu belum bangun, ibu pergi aja sendiri ketempat Kirana"

Kirana...Kirana. Yuda mencoba berpikir sejenak, dan langsung bangkit dari tidurnya. Ahh. hampir dia lupa untuk mengantar ibunya kesana.

"Tunggu bentar Bu. Yuda mau siap-siap dulu"

Dia langsung masuk ke kamar mandi. Yuda keluar dari kamar mandi sambil mengibaskan sedikit rambutnya yang masih lembap. Ia mengenakan kaos polos warna hitam yang pas di badan dan celana sepotong dengan warna senada.

Ditambah parfum yang baru saja ia semprotkan, aroma segar langsung memenuhi ruangan.

Lasma yang awalnya duduk sambil memainkan ponsel langsung mengangkat wajahnya tak kala Yuda turun.

Alisnya terangkat tinggi. Matanya menyipit.

“Kamu… mau nganter ibu apa mau jalan sama anak gadis?” komentar Lasma sambil memandang dari atas sampai bawah.

Yuda langsung nyengir sambil memutar badan sedikit.

“Bagus dong, Bu. Berarti Yuda udah ganteng, ya?”

Lasma menghela napas panjang sambil menggeleng.

“Iya, ganteng… tapi inget umur, Yud!”

“Bu, ini biasa aja loh. Masa anak laki-laki mau rapi dikatain lupa umur?”

Yuda menegakkan badan, mencoba terlihat santai padahal kupingnya sudah memerah.

“Bu, masa nganter ibu keluar rumah nggak boleh rapi? Nggak sopan namanya.”

“Heh.” Lasma memutar bola mata. “Rapi boleh. Tapi ini… ini rapi buat impress seseorang. Ibu tahu loh bedanya.”

Yuda refleks merapikan rambutnya yang sebenarnya sudah rapi. “Bu… ayo berangkat. Nanti kesiangan.”

Bukannya berdiri, Lasma malah menyandarkan punggung di kursi sambil tersenyum penuh arti.

“Nah, makin yakin ibu. Kamu dandan begitu gara-gara mau ketemu Kirana, kan?”

Yuda hampir tersedak napas sendiri. “Loh Bu! Ibu ini ngomong apa sih!?”

“Alah, nggak usah malu-malu. Ibu tahu dari kemarin kamu senyum-senyum megang HP. Itu bukannya gara-gara dibales Kirana?”

Wajah Yuda makin merah padam.

Ia buru-buru mengambil kunci mobilnya di meja.

“Ayo Bu, ayo.”

Yuda berjalan ke garasi sambil memainkan kunci mobilnya. Ia baru saja membuka pintu ketika Lasma datang sambil menenteng banyak sekali tas plastik dan kotak.

Yuda mengerutkan dahi.

“Bu… itu semua mau dibawa?” tanyanya sambil menunjuk barang-barang yang hampir tumpah dari tangan Lasma.

“Iya, ini titipan ibu buat Kirana,” jawab Lasma santai, seolah membawa satu rumah sekalipun bukan masalah.

Yuda membulatkan mata. “Bu… ini banyak banget. Kita mau pindahan atau nengokin orang sakit?”

Lasma malah menambahkan satu rantang besar ke tumpukan. “Yang ini sup ayam. Biar Kirana nggak capek masak. Terus ini buah-buahan, ini roti, ini cemilan buat Arka sama Tiara.”

Yuda tak bisa menahan diri untuk tidak mengangkat dua alisnya. “Bu, mobil aku kecil loh Bu. Muat nggak ini?”

Lasma mendecak. “Ah, kamu itu. Mulutnya aja besar, bagasinya juga besar kok. Udah, buka pintu belakang.”

Dengan pasrah, Yuda membuka bagasi dan membantu memasukkan semua bawaan itu.

Dalam hati ia menggumam, Ini mau nengok atau mau serbu rumah orang… banyak amat.

Setelah semuanya masuk, Yuda duduk di kursi kemudi lalu melirik ibunya yang tampak santai.

“Bu… kita beneran bawa semua?”

Lasma mengangguk mantap. “iya, kamu banyak tanya banget sih"

Yuda tersenyum kecil, “Tapi tetep aja banyak, Bu…”

Lasma menatapnya sambil tersenyum tipis. “Udah, jalan aja. Yang penting niatnya baik."

Mobil Yuda berhenti tepat di depan rumah Kirana. Lasma turun lebih dulu sambil menenteng sebagian dari bawaan yang sudah ia siapkan. Yuda turun menyusul, mengangkat dua kantong besar di tangannya.

Pintu rumah terbuka sebelum mereka sempat mengetuk.

Kirana muncul dengan wajah terkejut — benar-benar terkejut.

“Lho… Bu Lasma? Mas Yuda?” Kirana memandang mereka bergantian, seolah tak yakin dengan apa yang dilihatnya.

Lasma langsung tersenyum ramah, berjalan masuk tanpa canggung sedikit pun. “Ibu datang nengokin Tiara, Nak. Kan Tiara baru pulang dari rumah sakit. Ini ibu bawain sedikit makanan.”

Kirana menatap kantong-kantong yang dipegang Yuda. Sedikit? Dalam hati ia bingung, tapi mulutnya hanya mampu berkata, “Aduh Bu, ini kebanyakan. Kok repot-repot…”

Yuda mengangkat kantongnya sebagai bukti. “Ini belum semuanya, Mbak. Masih ada dua di mobil tadi.”

Kirana membelalakkan mata. “Mas… Bu… ini serius?”

Lasma hanya tergelak.

“Sini, kasih ibu masuk dulu. Kamu jangan ditolak, Kirana. Namanya juga ‘jenguk’, masa tangan kosong.”

"aduh sampe lupa lagi'?"

Sebelum Kirana bisa protes lagi, suara riang terdengar dari ruang tengah.

“Buuun! Ada Om Yuda!” teriak Arka, langsung menghampiri dengan langkah kecil cepat.

Tiara menyusul dari belakang, masih memakai baju rumahan, memeluk bonekanya. Senyumnya lebar, meski tubuhnya masih tampak lemah.

Yuda langsung jongkok menyambut mereka.

“Wah, Arka! Tiara! Udah cerah semua mukanya. Gimana perasaannya hari ini?”

“Tiara udah nggak sakit,” ujar Tiara sambil memamerkan pipinya yang masih sedikit merah karena demam semalam.

Arka menunjuk kantong yang dibawa Yuda. “Itu apa, Om?”

Lasma menjawab cepat, “Makanan buat kalian. Biar Bundanya nggak capek masak.”

Kirana memijat pelipisnya pelan, antara bingung dan tersentuh.“Bu… Mas… sebenernya saya...”

“Udah, nggak usah kaku begitu,” potong Lasma sambil mengelus kepala Kirana sayang, seperti menyentuh anaknya sendiri. “Ibu tau kamu pasti capek dua hari ini. Ibu cuma mau bantu.”

Kirana mengangguk pelan. Ia akhirnya tersenyum... sebuah senyum yang tulus, lega, dan sedikit hangat.

“Ehem… Mbak, kantongnya mau saya taruh di dapur atau di sini dulu?”

Kirana menoleh.

“M-mas taruh di dapur aja. Makasih ya…”

Yuda mengangguk dan langsung berjalan, sementara Arka mengikuti di belakangnya seperti ekor kecil yang setia.

Lasma duduk menemani Tiara di ruang tengah, sementara Kirana hanya berdiri di dekat pintu masuk

Masih tercengang, masih mencoba memahami perhatian yang tiba-tiba memenuhi rumahnya.

Dalam hatinya, ia tak ingin berharap apa-apa…

Tapi tak bisa menolak rasa hangat yang pelan-pelan merayap.

1
Ds Phone
marah betul tak ada ampun
Ds Phone
orang kalau buat baik balas nya juga baik
Ds Phone
baru bunga bunga yang keluar
Ds Phone
mula mula cakap biasa aja
Ds Phone
terima aja lah
Ds Phone
orang tu dah terpikat dekat awak
Ds Phone
orang berbudi kitaberbads
Ds Phone
dia kan malu kalau di tolong selalu
Ds Phone
tinggal nikah lagi
Ds Phone
terlampau susah hati
Ds Phone
dia tak mintak tolong juga tu
Ds Phone
orang tak biasa macam tu
Ds Phone
senang hati lah tu
Ds Phone
dah mula nak rapat
Ds Phone
emak kata anak kata emak sama aja
Ds Phone
dah mula berkenan lah tu
Ds Phone
itu lah jodoh kau
Ds Phone
kenapa kau tak bagi dia balik
Ds Phone
anak yang kau pinjam wang nya
Ds Phone
makan nasi dengan mee insten campur telur
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!