NovelToon NovelToon
CINTA RAHASIA PAK DOSEN

CINTA RAHASIA PAK DOSEN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen / CEO / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: ZIZIPEDI

Dalam keheningan, Nara Wibowo berkembang dari seorang gadis kecil menjadi wanita yang mempesona, yang tak sengaja mencuri hati Gala Wijaya. Gala, yang tak lain adalah sahabat kakak Nara, secara diam-diam telah menaruh cinta yang mendalam terhadap Nara. Selama enam tahun lamanya, dia menyembunyikan rasa itu, sabar menunggu saat Nara mencapai kedewasaan. Namun, ironi memainkan perannya, Nara sama sekali tidak mengingat kedekatannya dengan Gala di masa lalu. Lebih menyakitkan lagi, Gala mengetahui bahwa Nara kini telah memiliki kekasih lain. Rasa cinta yang telah lama terpendam itu kini terasa bagai belenggu yang mengikat perasaannya. Di hadapan cinta yang bertepuk sebelah tangan ini, Gala berdiri di persimpangan jalan. Haruskah dia mengubur dalam-dalam perasaannya yang tak terbalas, atau mempertaruhkan segalanya untuk merebut kembali sang gadis impiannya? Ikuti kisahnya dalam cerita cinta mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZIZIPEDI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TUJUH BELAS

Tak terasa tiga bulan berlalu, Nara tinggal bersama Gala, di apartemen yang sama.

Banyak hal yang tak terduga yang membuat Nara terkadang merasa canggung.

Langit biru menghiasi indahnya kota Semarang. Seakan menjadi saksi kedatangan Bara yang baru saja tiba dari Jakarta. Bara, dengan koper di tangannya, melangkah mantap menuju apartemen milik Gala.Nara, yang sudah tidak sabar menunggu kedatangan sang kakak sejak di kampus tadi, langsung bergegas membuka pintu saat  mendengar suara bel yang sudah lama dinantikannya.

Saat pintu terbuka Nara langsung berhambur ke dalam pelukan masnya.

"Kok baru ke sini sih Mas, aku udah gak kuat tau, tinggal seatap dengan sahabatmu itu," ucap Nara dengan nada keluh kesah.Bara, yang merasakan kehangatan pelukan adiknya, sejenak terdiam. Dia melirik ke arah Gala, sahabatnya yang sedang duduk di sofa, mereka melempar kode, yang hanya Bara dan Gala yang tahu.

Mereka duduk di ruang keluarga,awalnya  berbincang bincang santai, namu sedetik kemudian suasana terasa berat. Bara, dengan suara tenang dan nada serius, membuka pembicaraan yang langsung menciptakan ketegangan.

“Na, kedatangan Mas ke Semarang bukan hanya untuk menjengukmu. Ada hal penting yang harus Mas sampaikan, ini soal hubunganmu dengan Gala,” ucapnya perlahan namun penuh tekanan.

Nara seketika menatap Gala yang duduk di hadapannya. Rasa bingung langsung menguasai fikiran Nara.

"Hubungan apa?" pikir Nara."Aku dan Prof Gala bahkan tidak pernah dekat, apa yang dimaksud Mas Bara?*"Hening sejenak, lalu Bara melanjutkan dengan kalimat yang nyaris membuat Nara kehilangan keseimbangan. 

“Untuk menghalalkan dan melindungimu, Gala akan menikahimu,Dek. Gala sudah melamarmu dua bulan kemarin”

Nara langsung bangkit dari duduknya, napasnya tercekat, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

“Apa? Menikah? Mas, ini sungguh gak masuk akal! Aku gak mau!” seru Nara lantang, tanpa ragu-ragu menunjukkan penolakannya. 

Namun, Bara, seperti tembok yang kokoh, tak bergeming. Matanya tajam menusuk pada iris adiknya, lalu suaranya menjadi lebih tegas. 

“Kamu mau menolak sekeras apa pun, kamu tetap akan menikah. Mas tidak akan membiarkan adik Mas hidup tanpa martabat,” katanya dingin, sebelum melanjutkan dengan nada yang menusuk.

“Apa kamu sadar, dengan apa yang kamu lakukan saat mabuk, Nara? Tingkahmu benar-benar memalukan.” Kata-kata Bara menghantam uluh hati Nara seperti gelombang besar.

Nara menggigit bibirnya, mencoba mengendalikan amarah dan rasa malu yang tiba-tiba menyelimuti dirinya.

"Apa sebenarnya yang terjadi? Apa maksud perkataan Mas Bara, dengan aku tak bermoral?" Mata Nara menatap Bara dan Gala bergantian, mencari jawaban, meski tahu bahwa semua ini terasa seperti mimpi buruk yang tak akan berakhir baik.

"Mas, aku gak lakukan apapun," bantahnya, menatap tajam ke arah Bara.

"Prof, ayo lah, coba katakan pada Mas Bara, jika kita tidak melakukan..."

"Saya tidak perlu jelaskan apa-apa. Saya akan tetap menikahimu, Nara. Saya tidak ingin memupuk dosa," potong Gala tiba-tiba dengan nada tenang yang menampar keras batinnya. 

"Mungkin saat ini kamu belum bisa menerima saya, tapi satu saat nanti kamu akan mengerti apa arti kebersamaan kita, dan siapa saya untuk kamu," lanjutnya dengan penuh keyakinan, membuatku membeku di tempat. 

"Apa maksud dari ucapannya barusan?" Kata-katanya begitu mantap, begitu meyakinkan, namun terasa seperti duri yang menusuk hati. Batinku bergejolak, mencoba memahami maksud tersembunyi di balik kalimat-kalimat yang disampaikan Gala dengan begitu percaya diri.

"Berikan aku waktu tiga bulan, Mas," akhirnya Nara memohon pada Bara, suara yang Nara usahakan tetap tenang meski jelas terdengar permohonan di dalamnya. Nara berharap Bara mengerti, bahwa ini terlalu mendadak, terlalu berat untuk ia pikul tanpa persiapan.

"Gak bisa, pernikahanmu sudah Mas daftarkan. Minggu depan pernikahan kalian akan digelar," balasnya dengan tegas. Nara  hanya bisa mendelik, menatapnya seperti mendengar sebuah lelucon yang sama sekali tak lucu.

"Minggu depan? Apakah hidupku memang tidak ada ruang untuk suara dan pilihanku sendiri?" Dalam benaknya, berbagai pertanyaan muncul bertubi-tubi.Nara serasa  terperangkap dalam keputusan yang bahkan tak pernah menjadi miliknya.

Nara terdiam,lantas berdiri  melangkah tanpa pamit, meninggalkan ruang keluarga untuk bersembunyi di kamar. Pintu ditutup, dan seketika isak tangisnya pecah tanpa bisa dibendung.

"Ya Tuhan, sakitnya tak terkata, aku tak siap," ucap Nara lirih, suaranya tersekat di tenggorokan. Tubuhnya bergetar, ia duduk meringkuk, membenamkan wajahnya ke dalam pelukan lututnya. Jerit hati Nara memecah kesunyian.

"Aku tak mau! Bagaimana bisa aku dijodohkan dengan dosenku sendiri?" Rasa malu menggelayuti hatinya, membayangkan jika teman-temannya di kampus mengetahui dia menjadi istri seorang dosen yang jauh lebih tua. Nara merasa terperangkap dalam bayang-bayang stigma dan kehinaan, dunia perkuliahan.

Dua hari setelahnya, Nara dipaksa terbang ke Jakarta,  Nara dan Gala akhirnya mengurus izin di kampusnya, untuk absen selama tiga hari ke depan.

Di bandara, Nara duduk dengan muka masamnya. Nara, Bara, dan Gala mengambil penerbangan yang sama menuju Jakarta demi melangsungkan pernikahan yang dipaksa. 

Namun, sapa  sangka, saat menunggu di ruang tunggu bandara, Danu, teman sekampus Nara, secara tak sengaja melihat Nara dan pak dosennya Gala, duduk bersebelahan. Nara  dapat merasakan sorot matanya yang penuh tanda tanya, meskipun ia tidak langsung mengatakan apa pun.

Hati Nara sempat tercekat. Ia tahu betul sikap Danu, dia tipe orang yang senang berbagi cerita—atau lebih tepatnya, gosip. Dan benar saja, hanya berselang beberapa jam, rumor mulai menyebar di kampus melalui WhatsAap grup.

Ponsel Nara hari ini tak henti-hentinya berdering, dibanjiri pesan WhatsApp dari teman-temannya. Serbuan gosip tak beralas menyelimuti namanya. Dengan napas yang memburu, Nara berlari keluar dari kamarnya, bertekad menemukan sosok Gala, sang dosen yang didera isu skandal dengannya.

"Prof..." suara Nara memecah keheningan, menggelegar dari balik pintu kamar tamu. Gala pun segera membuka pintu.

"Hem..ada apa?" sapa Gala dengan suara lembutnya.

"Sudahkah Anda membaca gosip di Grup WhatsApp hari ini?" tanya Nara dengan mata yang menyorot tajam.

Gala hanya mengangguk, wajahnya tetap tenang. "Ya, sudah. Kenapa, dengan gosip yang beredar?" Gala menjawab santai, seolah angin lalu yang tak menyentuh perasaannya.

"Aku ingin Prof klarifikasi terkait hubungan kit, saya harap kita bisa menjaga hal ini sebagai rahasia, terutama soal pernikahan kita. Saya tak ingin satu orang pun di kampus tahu," desis Nara dengan nada penuh kepastian. 

Kening Gala berkerut, tatapannya mengerucut penuh tanya.

"Jelaskan, mengapa kau sangat berkepentingan menyembunyikannya?" Nara menelan ludah, merasakan berat di setiap kata yang hendak diucapkan.

"Karena aku... aku malu dinikahi oleh dosenku sendiri, dan..." suaranya meredup, hampir tak terdengar. Gala mendekatkan diri, intensitas di matanya meningkat.

"Dan apa lagi...?katakan" desaknya.

"Aku malu... memiliki suami yang jauh lebih tua dariku," ucap Nara tegas, sebelum dia berbalik dan berlari kembali ke kamarnya, meninggalkan Gala yang terpaku.

Diam memenuhi ruang, sementara Gala merasakan dada seolah terpukul. "Malu...?" bisiknya, seraya senyum pahit menghiasi bibirnya, mata terasa panas menahan sejuta kata dan perasaan yang hendak meledak.

1
Mira Hastati
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!