Seorang gadis korban pemerkosaan sampai hamil sehingga dia mau tidak mau harus menikah dengan pria yang sudah beristri karena bayi yang dikandungnya membutuhkan sosok seorang ayah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan pena R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Nando tanpa henti memikirkan siapa gadis yang selalu membayangi nya akhir akhir ini. Setelah itu Nando dan Mahira masuk mobil.
Nando memutuskan untuk beristirahat di hotel terdekat karena dia sudah lelah duduk di mobil semalaman.
Nando memesan kamar yang cukup besar dengan pelayanan yang terbaik.
Setelah didalam kamar, Nando menatap Mahira dengan intens.
"Kamu belum menjelaskan kenapa kamu bisa kabur begitu saja? Sebelum aku mengucapkan talak padamu, sejauh kamu pergi maka aku akan tetap mencari mu." ucap Nando.
"Kenapa Mas Nando mencari ku? Ketika anak anak Mas Nando membutuhkan Mas Nando. Kasian Nyonya Meera Mas." jawab Mahira.
Nando memalingkan wajahnya, ia terduduk di atas ranjang yang begitu dingin.
"Aku sebagai Ayah dan suami sudah berusaha melakukan hal terbaik, tapi kalian seolah tidak pernah menganggap kebaikan ku, aku selalu serba salah dimata kalian." Ucap Nando.
Mahira mendekat, ia menatap Nando yang menatap jendela luar yang memiliki pemandangan gunung Sindoro yang gagah dan megah dengan awan yang memayungi nya.
"Aku seorang pengusaha sibuk harus membagi waktu dengan kalian. Untuk 2 istri ku dan dua anakku, belum lagi jika nanti sikembar hadir . Mahira, kamu harus mengerti jika aku sibuk ya sedang sibuk. Aku tidak bisa terus bersama mu maupun bersama Meera. Ini saja aku melewatkan rapat penting untuk menjemput mu kesini." jelas Nando sambil mengusap wajahnya.
"Tolong jangan kekanakan asal pergi saja Ra,!!!!" Sambung Nando sembari menatap tajam istri kecil nya itu.
Mahira mencoba melawan ucapan Nando.
"Maka dari itu lepaskan saja saya! Fokus lah pada keluarga Mas!"
Nando melotot pada Mahira, ia berdiri lalu mencengkram pundak Mahira. Mahira meringis kesakitan. Nando tersadar dan langsung melepaskan cengkraman nya.
"Mahira kamu juga keluarga ku, Ra. Aku sadar selama ini aku egois dengan mu. Maafkan aku!"
Mahira memalingkan wajah, ia berjalan ke arah jendela memandang pemandangan yang menyegarkan tapi tak bisa menyegarkan hatinya yang terasa panas'.
Tiba tiba Nando memeluk Mahira dari belakang, Mahira terhentak kaget.
"kalian keluarga ku, kalian sangat penting bagiku, Aku mohon jangan membuat aku merasa bersalah pada kalian. Aku sudah mencoba yang terbaik untuk kalian." pinta Nando dengan suara sendu.
"Mas, aku sudah berfikir untuk mengakhiri....."
Cup.....
Bibir Nando menempel pada bibir Mahira, Nando tahu jika Mahira akan mengatakan perpisahan. Namun dengan cepat Nando membalikkan badan Mahira dan mengecup bibir nya.
Mahira berusaha memberontak, namun Nando tidak pernah menyerah begitu saja. Dia melumat bibir manis gadis blasteran itu.
Gigitan kecil terus ia keluar kan membuat Mahira menegang. Hormon seksual nya meninggi tatkala sedang hamil. Apalagi suasana yang dingin sangat mendukung.
Mahira ingin menolak tapi otak terus merespon sentuhan dari Nando. Nando yang pria normal sedang haus akan belaian, langsung melancarkan aksinya untuk melakukan hubungan suami istri di siang bolong yang dingin ini.
Nando mendorong tubuh Mahira ke atas ranjang dengan lembut, lalu menindih nya dengan hati hati sambil menyibak daster yang dikenakan Mahira.
Tubuh Mahira memang sedang syahdu syahdu nya apalagi dengan perut yang membesar membuat fantasi liar pria semakin mengganas.
Nando mengecup tubuh Mahira, Mahira hanya memegang sprei untuk menahan gejolak yang sudah mulai membara.
Nando kini menciumi leher putih Mahira dan memberinya sensasi merinding yang luar biasa.
"Aku mencintaimu Mahira." Ucap Nando membisikkan kata kata maut pada telinga Mahira.
Nando membuka semua pakaiannya dan kini mereka sudah tak mengenakan sehelai benang pun.
Suasana yang dingin kini menjadi sangat gerah namun membuat kesenengan tersendiri.
Mahira terkesima dengan otot tubuh Nando. Nando pria matang yang sangat menggairahkan.
Nando dengan pelan memasukkan benda pusaka nya , Mahira menutup matanya dan semakin mengeratkan tangan nya pada sprei.
"Wajah mu Kenapa begitu amat sih Ra???" Tanya Nando yang merasa geli.
"Eh... Anu... Mas... Aku tegang Mas. Aku takut...."
"Kita bukan pertama kalinya melakukan nya Ra, jadi biarkan aku menjenguk bayi twins ku. Hahahha."
Nando memainkan nya dengan lembut supaya Mahira tidak kesakitan. Jujur saja Nando lebih menyukai permainan Mahira yang monoton seolah pasrah. Ini adalah tantangan tersendiri bagi Nando.
Saat mereka sedang bermain adegan panas, ponsel Nando berdering. Ternyata dari Meera. Kanya tak memperdulikan nya. Ia masih asyik menghabisi istri mudanya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Di rumah Sakit
"Papa kemana? Kenapa Papa malah lebih memilih Mahira ketimbang kita ? " Tanya Dinda.
"Papa mu mungkin sedang sibuk. Nanti juga dia akan kemari." Jawab Meera.
"Sibuk ? iya sibuk meniduri Mahira. Mahira itu cantik, Mah. Lambat laun papa pasti akan hanyut juga dengan Mahira dan saat itu Mama akan tersingkir kan "
Meera mengusap wajahnya dengan kasar.
"Mahira, aku rela berbagi suami dengan mu, tapi kenapa sekarang kamu menguasai Mas Nando, egois kamu Ra, kebaikan ku ternyata dimanfaatkan untuk merebut Mas Nando." Batin Meera.
Meera keluar dan menuju ke ruangan Dokter Evan. Dokter Evan terkejut saat Meera masuk tanpa mengetuk pintu.
"Ada apa, Dokter Meera???" Tanya Dokter Evan.
"Dokter Evan, tolong bawa Mahira pergi bersama mu! Mas Nando menyakiti Mahira lagi." Ucap Meera berbohong.
"Apa??? Sekarang dimana keberadaan Mahira???"
Dokter Evan mencoba untuk menelpon Mahira, namun wanita itu tidak menjawab nya..
Tak dapat dipungkiri lagi jika dia saat ini sedang mengkhawatirkan keadaan Mahira. Mahira sedang hamil tua, kondisi nya gampang memburuk jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Meera yang ada di depan nya hanya menggigit jarinya, dia berpura pura khawatir pada Mahira. Rasa kesal pada Mahira telah keluar sempurna. Meera kini menunjukkan sifat aslinya yang sudah dia tutupi Selama ini.
"Hallo???" Ucap seorang pria di sana, tentu saja Nando yang mengangkat telepon nya.
"Pak Nando, dimana Mahira?" Tanya Dokter Evan.
"Kenapa menanyakan istri ku?"
"Pak Nando jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan Mahira maka saya akan melaporkan Anda pada polisi."
"Hahahaha." Nando malah terkekeh mendengarnya.
"Laporkan lah! Apa polisi akan menerima laporan jika aku sedang bersama Mahira yang sebagai istri ku di hotel? Sudahlah Evan! Pekerjaan mu itu untuk menyembuhkan orang bukan untuk mengurusi urusan orang lain."
Tut.... Tut... Tut ..
Dokter Evan menutup ponselnya. Meera mendekati nya, rasa penasaran membuat nya begitu khawatir.
"Saya pikir Mahira tidak apa-apa, dia sedang di hotel bersama Pak Nando." Ucap Dokter Evan.
DEGH!!!!!!.
Meera sangat kesal, anak anak nya sedang mengalami musibah seperti ini. Mereka malah berada di hotel.
Meera mengepalkan tangannya, Meera menganggap jika Mahira memang ingin menguasai Nando. Mata Meera merah menyala menahan amarahnya yang sedang menguasai akal pikiran nya.
sakit hati ku baca nya...
semoga ending nya Mahira dgn laki² lain yg lebih menyayangi nya dgn tulus...
semangat Kaka.. karyamu bagus..