Menjalani Takdir Pernikahan yang Begitu Rumit Untuk Sania..
" Katakan Apa Salah Ku Sehingga Kau Memberikan Aku Ujian Seberat Ini! " Sania Terduduk Pilu Saat Menyadari Takdir Pernikahan Nya Tidak Sesuai Dengan Semua Nya....
Mampukah Sania Bertahan Atau Ia Akan Memilih Pergi....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hal-17
( Tidak Di Rindukan-Namu Sama-Sama Menyimpan Perasaan )
Pagi-Pagi Sekali Sania Sudah Sibuk Di Dapur, Karna Menambah Angota Kelurga, Dan Kepulangan Sania Juga Di Undur Dua Hari Lagi. Padahal Kemarin Setelah Selesai Acara Sania Telah Memasukan Bajunya Kedalam Karung Namun Aditya Malah memintanya Untuk Tetap Tinggal Dua Hari Lagi.
" Sania Tolong Kau Bantu Buatkan Bekal Roti isi Seperti Biasa Yah Untuk Aditya dan Karina " Ucap Bu Ratih Penuh Semangat.
Sania Terdiam Sejenak Sambil Fikirannya Berisik " Sania Kau Dengar Tidak? " Bu Ratih, Menepuk Pundak Sania, sambil Mengulangi Ucapan Nya.
" Iya Bu Siap..."
" Memang Sepertinya Kita Harus Menambah Asisten Baru Tante, soalnya Kasian Kan Jika Sania Pulang Kita Tidak Ada Yang Membantu " Serka Hanum Sambil Membuatkan Susu Untuk Diffa.
" Aku Masih Disini Kaka... Jadi Kau Tidak Perlu Kahwatir Kan " Sania Menggerutu, Karna Menganggap Hanum Terlalu Berburu-Buru.
" Yah Harus Bagaimana Lagi, kan Sania Kau Juga Akan Pulang Dan Entah Kau Balik Lagi Juga Kapan " Hanum Mengeleng Lesu.
" Kaka... Tenang Saja " Sania Tersenyum Masam.
Setelah Selesai Membuatkan Bekal Roti Untuk Suami Dingin Nya, Sania Langsung Menuju Ke Balkon Atas Karna Pakian Di Mesin Cuci Belum Sempat Ia Jemur
Kakinya Berjalan Melewati Undakan Tangga, Namun Saat Ia Sudah Sampai Ia Melihat Karina Yang Sedang Di Peluk Aditya Di Ambang Pintu Kamar Mereka.
Sania Langsung Memejamkan Mata Nya, ia Berjalan Pura-Pura Tidak Melihat.
" Ayo Aditya Nanti Kita bisa telat, Sebentar Lagi Kelas Ku Di Mulai Soalnya Banyak para Mahasiswa Baru Dari Berbagai Kota " Karina Mengibaskan Rambutnya Yang Panjang Sepinggang.
" Iya... Ayo Kau Bisa Kan Berangkat Sendiri, Aku Juga Ada Jadwal Rapat Pagi. " Aditya Mengecup Lembut Kening Karina.
" Iya Bisa " Terlihat Karina Juga Memegang Jamban Tipis Aditya.
Tanpa Mereka Sadari Sania Yang Penasaran Malah Sengaja Melihat Kemesraan Mereka, Sambil Tanga Nya Meremas Baju Aditya yang Akan Ia jemur " Tega Kamu Mas! " Umpat Sania Dalam Hati.
Tangisannya Hampir Meledak Lalu Segera Ia Tahan, entah Sudah Berapa Kali Ia Melihat sifat Aditya Yang Dingin Dan Selalu Kasar Padanya Namun Bisa Berbicara Mengoda di Depan Karina.
Karna Perasaan Sania Yang Tumbuh Pada Aditya Begitu Saja, Membuat Dadanya Sesak Kala Melihat Dengan Jelas Aditya Sangat Menyayangi Karina.
" Kabari Aku Jika Sudah Sampai " Ucap Aditya Sambil Mengecup Tangan Karina, Dan Karina pun. sebaliknya. Karina Berangkat Di Antarkan Oleh Supir Bu Sonya, Dan Aditya Menaiki Motor Nya
Sementara Sania hanya Bisa Menyaksikan Kemesraan Pengantin Baru Itu Lewat Balkon Jemuran.
Di dalam kelas, Salma dan Kasim sedang menunggu Dosen mereka datang.
" Loh Orang Desa Yah? " Tatap Teman Satu Kelas Salma.
" Iya Kak " Tentu Saja Salma Takut Karna Ia Tidak Biasa Bergaul Dengan Orang Kota.
" Oh... Pantesan Pakian Lo Kampungan Norak Tau Ngak! " Cibir Rika Senior Kampus Yang Mempunyai Geng...
Baru Pertama Masuk Kuliah, Salma Sudah Jadi Bahan Ejekan Teman-Teman Nya, Karna Mereka Menggap Salma Yang Berpenampilan Ndeso Dan Juga Bahsa Indonesian Salma Terlalu Medok.
" ih.... Ini Semua Gara-gara ibu, Kalu ibu Ngak Ngirim Aku Ke Kota Kan Aku Ngak Jadi Bahan Ejekan Gini, Aku Juga Ndak Bisa Adaptasi " Gumam Salma, ia Hampir Saja Menangis,
Begitupun Dengan Kasim, Ia Juga Belum Memiliki Teman, Hanya Gara-gara Namanya Yang terlalu Ndeso.
Karina Berjalan Melirik Jam Di Tangan Nya, berharap Agar ia Tidak Terlambat, Beruntung Ia Hanya Telat Dua menit Saja,
Dan Karina Segera Masuk Kedalam Kelas, Ternyata Kasim Dan Juga Salma Berada Di kelas Karina, Karina Menjadi Dosen Mereka.
Dan Mata Pelajaran Hari Ini Langsung di Mulai, Karina Menuliskan Materi Nya Di Papan tulis. " Bagaimana Kalian Sudah Jelas Dengan Apa Yang Saya Maksud? " Sania Menoleh Para Murid Nya.
" Ia Bu... " Jawab Mereka Serentak.
Selesai Itu, kelas di Tutup, Kasim Dan Salma Juga Langsung Keluar Ruangan, Beruntung Mereka Berdua Telah Menemui Kos-Kosan Di Kota Dengan Harga Yang Layak.
" Mba ternyata Benar Yah, Ibu Selalu Sombong Di Desa Karena Merasa Memiliki Banyak Sawah Disana, Tapi Ibu Ngak Tahu Kalau Orang-Orang Di Kota Lebih Kaya, Dan Kekayaan Desa Tidak Bisa. Di Bawa Ke Kota " Dengus Kasim Lelah, Sambil mereka Berjalan ke Parkiran.
" iya Dee... Mba Juga Tadi Di Kelas Jadi Bahan. Olok-olokan Karna Kata Mereka Pakian Mba Terlalu Ndeso " Salma Mengangkat Kedua Bahu Nya.
Namun Tiba-Tiba Mata Mereka Tersirat Pada Aditya Yang Sedang Menunggu Karina di Parkiran. " Mba-Mba Coba Liat Itu Kayanya Kaya Suami Nya Sania " ucap Kasim Menyempitkan Mata Nya.
" Mana? " Salma Yang Penasaran Ia Juga Menyipitkan Mata, Karna Panas.
" Coba Kita Samperin Yu Mba " Kasim Menarik Tangan Salma, Namun Langkah Mereka Terhenti Saat Melihat Dosen Mereka Menghampiri Aditya Dan Membonceng Karina Di Belakang.
" Loh-Loh-Loh... itu Kan Bu Karina Yah Sim Yah? " Salma Mengerutkan Kening Nya.
" Lah-ia Mba " Kasim Menoleh Pada Salma.
" Masa Mereka Berboncengan Mesra Gitu Sih Mba? "Timpal Kasim Lagi, ia Juga Heran.
" Yah Ws Lah Sim... Mungkin Kita Tadi Cuma Salah liat Aja, Barangkali Aja Itu Bukan Pak Aditya Toh! " Salma Berusaha Mengusir Rasa Penasaran Nya.
Meskipun Mereka Berdua Masih Saja Bingung.
Sementara Itu, Sania Sedang Di Suruh Bu Ratih ke Pasar Untuk Membeli Bahan Pokok Sayur Dan Juga Bumbu Dapur
Sania Memang Sangat Senag Jika Dirinya Di Suruh Ke Pasar, Dan Sudah Dua Hari Ini, Dirinya Ke pasar Seorang Diri.
" Bu Cabai Sekilo, Bawang Merah Juga Sekilo Yah Bu, Sama Ini Ayam Nya Tiga Kilo, Dan Juga Sayur Kaya Biasa Bu..." Ucap Sania Sambil Menunjukkan Nota Belanja Yang Ia Bawa.
" iya siap Neng "
Setelah Semuanya Sudah Terbeli Sania, Langsung Keluar Dari Pasar, Namun Di Tengah-Tengah Jalan Tiba-Tiba Saja Turun Gerimis Dan Sania Langsung Berjalan Cepat Namun Sayangnya Hujan Langsung Turun Hingga Membuat Sania Menepi.
" Aduh Basah Deh, " Sania Mengusap Wajahnya Dengan Ujung Jilbab.
Hujan Turun Deras, Sania Juga Lupa Membawa Payung.
Aditya Yang Baru saja Sampai Rumah Dirinya Juga Kehujanan Langsung Di Sambut Wajah Cemas Bu Ratih.
" Ibu Kenapa Bu? " Aditya Yang Cemas Tentu Saja Langsung Bertanya.
" Sania Tadi Ibu Suruh Ke Pasar, Tapi Belum Pulang Juga, Ibu Takut Terjadi Sesuatu Soalnya Ia Pergi Hanya Sendiri Adi, "
Aditya Menoleh Karina, Yang Tersenyum Getir
" Baik Bu Akan Ku Jemput Sania Yah, ibu Tenang Saja " Ucap Aditya Memegang lengan Sang Ibu.
" Aditya Tapi Tadi Kita Juga Sudah Kehujanan " Karina Berusaha Mengurungkan Niat Aditya.
" Tidak Papa Aku Sudah Terlanjur Basah, biar ku Jemput Dia, ibu Tenang Saja Yah " Aditya Keluar Rumah Menuju Pasar, Ia Tidak Menghiraukan Ucapan Karina.
Dan Karina Juga Tidak Bisa Menghentikan Aditya.
.
.
.
" Bersambung "