Mirna gadis miskin yang dibesarkan oleh kakeknya. Dia mempunyai seorang sahabat bernama Sarah.
Kehidupan Sarah yang berbanding terbalik dengan Mirna, kadang membuat Mirna merasa iri.
Puncaknya saat anak kepala desa hendak melamar Sarah. Rasa cemburunya tidak bisa disembunyikan lagi.
Sang kakek yang mengetahui, memberi saran untuk merebut hati anak kepala desa dengan menggunakan ilmu warisan keluarganya.
Bagaimana kelanjutan ceritanya? Yuk baca kisahnya, wajib sampai end.
29/01'25
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deanpanca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 17
🦉🦉🦉
Juragan Bandi, Pak Tejo, dan Salman kini berada di sebuah ruangan di rumah Pak Tejo. Sedangkan Purnomo, kini dia sedang tertidur dan kamarnya dijaga ketat oleh orang orang Mertuanya.
Juragan Bandi memulai percakapan, setelah cukup lama terdiam.
"Aku mengajak kalian kesini, karena ingin menyampaikan pendapat ku tentang Purnomo." Kata Juragan Bandi.
Salman dan Pak Tejo masih menyimak, mereka tidak mau menyela ucapan Juragan terkaya di kampung ini.
"Salman! Setahu ku, kamu adalah sahabat Purnomo dan selama Purnomo tidak keluar kamar hanya kamu yang sering mengunjungi nya." Jelas Juragan Bandi.
"Apa juragan sedang menuduh ku?" Tak bisa dipungkiri dari cara juragan Bandi bicara dan menatapnya, bisa ditebak dia sedang dalam masalah saat ini.
"Aku harap kamu jujur, mungkin itu bisa menolong mu." Benar saja tebakan Salman. Dia akan jadi kambing hitam dari perbuatan Amir.
"Sepertinya ada kesalahpahaman disini, juragan." Kata Pak Tejo.
"Salah paham bagaimana lagi, Tejo? Kamu bilang Purnomo tidak pernah keluar, artinya orang yang menemuinya lah yang menjadi perantara." Geram Juragan Bandi.
"Bukan hanya aku yang menemui Purnomo, juragan. Ada Amir juga, yang aku sendiri tidak tahu sejak kapan mereka mulai berteman?" Balas Salman.
"Benar, juragan! Kami baru saja pulang dari rumahnya, karena menerima laporan dari Salman." Kata Pak Tejo.
Juragan Bandi menatap Pak Tejo dan Salman secara bergantian. "Laporan?" Ucap Juragan Bandi.
"Awalnya aku mendengar Amir yang memprovokasi Purnomo tentang Sarah...." Salman menceritakan awal kecurigaan, cairan yang dituang dalam kopi, sampai yang terakhir tadi.
Juragan Bandi mengepalkan tangannya dengan kuat sampai buku buku kukunya berwarna putih.
"Kurang ajar! Aku yang menolong anak itu, justru sekarang dia menikam ku dari belakang." Ujar Juragan Bandi.
Salman dan Pak Tejo saling pandang. "Menolongnya bagaimana, juragan?" Pak Tejo masih belum paham.
"Dia ada masalah di kampung tempatnya tinggal dulu, karena ibunya pernah menolong istriku makanya aku membalas Budi dengan memboyong mereka ke kampung ini." Terang Juragan Bandi.
"Begitu rupanya. Apa mungkin Amir sebenarnya mengincar Sarah? Makanya dia mau membantu Mirna, yang menginginkan Purnomo." Pak Tejo menyimpulkan pendapatnya.
"Sepertinya itulah tujuannya." Jawab Juragan Bandi. Sedangkan Salman dia tetap tenang, sembari mendengar kedua tokoh di kampung itu berpendapat.
"Apa kita akan membiarkan Purnomo untuk menginap di rumah Amir?" Tanya Pak Tejo.
Salman juga ingin tahu apa jawaban juragan Bandi. Sejauh ini apa yang dia sampaikan masuk akal.
"Aku rasa tidak perlu, wanita itu pasti akan keluar sendiri. Tapi lebih pastinya, coba saja tanyakan keinginan Purnomo sekarang." Ujar Juragan Bandi.
Semuanya kembali ke kamar dimana Purnomo berada. Lelaki itu masih tertidur pulas, tubuhnya juga masih diikat. Sungguh pemandangan yang menyedihkan.
🦉🦉🦉
"Apa? Aku gak mau di madu, Pak!" Juragan Bandi menceritakan semuanya, dan satu satunya obat untuk Purnomo hanyalah menikahkannya dengan Mirna.
"Tidak ada cara lain, Sarah. Apa kau mau suami mu gila? Setelah kita mendapatkan cara untuk menghilangkan pelet ini, kita akan menyingkirkan Mirna." Ucap Juragan Bandi.
Sarah menatap semua orang yang ada di ruangan itu, dadanya semakin sesak karena sakit hati. Tidak menyangka, bahkan bapak dan mertuanya membiarkan suaminya menikahi wanita licik seperti Mirna.
Sarah mengangguk pelan, pasrah dengan keadaan. Semoga saja setelah pernikahan itu, Purnomo cepat mendapat kesembuhan.
"Kita ke rumah Amir sekarang, juragan?" Tanya Pak Tejo.
"Tidak usah, pasti dia sudah tidak ada disana. Ada dua tempat yang mungkin dia datangi, makam kakek Sapto dan Gubuknya." Kata Juragan Bandi.
"Suruh orang mu mencarinya di bekas gubuknya, sedangkan orang ku akan mencarinya di makam kakek Sapto." Perintah Juragan Bandi.
Semua orang juragan Bandi dan Pak Kades dikerahkan. Tidak ada yang menyentuh amir, juragan Bandi ingin memberinya pelajaran tersendiri.
🦉🦉🦉
Mirna menapaki jalanan setapak di tengah hutan gelap. Tak ada penerangan, tapi matanya seolah bisa melihat dalam kegelapan.
"Pilarian, anjeun bakal manggihan eta madhab....!"
Cahaya merah terang menghampiri Mirna, kemudian menutupinya.
*
Orang orang Pak Kades telah sampai di tempat Kakek Sapto dulu tinggal bersama Mirna.
Setahu mereka, gubuk itu sudah rubuh sesaat setelah jenasah Kakek Sapto dikeluarkan dari sana. Tapi yang ada dihadapan mereka saat ini, membuat mereka tak percaya. Gubuk itu kembali berdiri, bahkan tampilannya lebih bagus dari sebelumnya.
"Kita gak salah jalan, kan? Bukannya gubuk ini sudah roboh, kenapa masih berdiri kokoh? Tanya salah seorang dari rombongan itu.
"Mana aku tau, waktu gubuk ini roboh aku juga menyaksikan nya." Balas lainnya.
"Coba kamu panggil Mirna, mungkin dia ada di dalam. Mungkin juga kan kalau dia yang membersihkan, dan memperbaiki gubuk ini." Perintah salah satu dari mereka.
"Assalamualaikum, Mirna!" Seru salah satunya.
Pintu gubuk itu terbuka lebar. "Apa Pak Kades yang meminta kalian datang?" Tanya Mirna sembari membelakangi rombongan itu.
"Hah!" Mereka semua terkejut. Tidak ada angin, bahkan jarak Mirna dengan pintu cukup jauh. Tapi kenapa pintu itu bisa terbuka.
"I i-ya, Jawab gugup salah satu dari mereka.
"Maka bawalah aku padanya." Ucap Mirna sembari membalikkan badan. Dia melangkah keluar mendekati orang orang Pak Kades.
"Tunggu apalagi, ayo pergi. Bukankah lebih cepat kalian menemukan ku, lebih cepat juga pekerjaan kalian selesai." Ujarnya.
Mirna melangkah lebih dahulu dari orang orang Pak Kades. Tidak ada perlawanan sama sekali.
**
Sementara itu, orang orang Juragan Bandi sudah sampai di pemakaman. Mereka segera menuju ke tempat Kakek Sapto dimakamkan.
Benar saja seorang wanita duduk disamping makam kakek Sapto. Suara derap langkah terdengar menghampiri wanita itu.
"Apa juragan Bandi yang meminta kalian datang?" Tanya Mirna dengan wajah tanpa ekspresi.
Tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di gubuk Kakek Sapto. Orang orang ini semuanya terkejut, karena Mirna mengetahui siapa yang menyuruh mereka datang.
"Ayo pergi, bawa aku ke juragan mu itu." Kata Mirna.
Orang suruhan Juragan Bandi saling melempar pandang, mereka disuruh menangkap orang yang berbahaya. Tapi nyatanya, mereka menangkap orang yang pasrah seperti ini.
"Ba Baik, Ayo cepat!" Ucap salah seorang dari mereka.
Mirna memimpin perjalanan, sedangkan orang orang juragan Bandi ada dibelakangnya.