NovelToon NovelToon
Alice Celestia Dalian

Alice Celestia Dalian

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Beda Usia / Cinta Beda Dunia / Teen School/College / Identitas Tersembunyi / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

"Jatuhkan mobilnya ke jurang sekarang juga!" Dalian mendorong pundak Ayah.

Jalanan licin membuat mobil tergelincir.

"Kyaaa!!!"

Semua orang menjerit saat mobil melaju liar menuju tepi jurang hingga ke dalam.

"Jedderr!! Jedderr!!" Petir menyambar.

Seakan meramalkan malapetaka yang akan datang.
Dan dalam kekacauan itu, terdengar suara di tengah hujan dan petir, suara yang hanya Dalian yang bisa dengar.

"Selamat datang, gadis berambut hitam."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Segel Mata Gadis itu Dirusak

Pak Pandita.

Langkahnya pelan namun penuh wibawa, sepatu hitamnya yang mengilap memantulkan cahaya lampu kantin. Mata tajamnya menyapu seluruh ruangan, membuat siapa pun yang berada di sana merasa seperti tertangkap basah melakukan sesuatu yang salah.

Waktu seakan berhenti.

Bahkan angin yang sebelumnya berembus dari kipas angin di sudut kantin terasa tak lagi bergerak. Hanya satu orang yang bisa tetap bergerak dan menatap langsung ke arah pria itu.

Dalian.

Dalian merasa tubuhnya membeku, tapi bukan karena ketakutan. Ada sesuatu yang lebih besar, lebih berat, yang menghantam dirinya ketika pandangannya bertemu dengan mata Pak Pandita. Sorot mata itu seperti menusuk ke dalam pikirannya, mencoba mengupas lapisan-lapisan yang selama ini ia sembunyikan.

“Dalian,” suara Pak Pandita memecah keheningan, berat dan dingin, seperti gemuruh badai di kejauhan.

Ia melangkah semakin dekat, tubuhnya tinggi menjulang membuat Dalian merasa kecil.

“Boleh kita bicara sebentar?”

Semua mata di kantin kini tertuju pada Dalian. Karel, Chelsey, yang juga menyadari ketegangan itu, meraih lengan Dalian dengan khawatir. “Dalian, Kalau lo nggak mau ngomong sama dia, bilang aja.”

Tapi Dalian tetap diam, tatapannya terkunci pada Pak Pandita. Ada sesuatu yang lebih dari sekadar intimidasi dalam kehadiran pria itu. Ada rasa penasaran yang membara di dalam dirinya, bercampur dengan rasa takut dan… kemarahan.

Akhirnya, Dalian berdiri, napasnya sedikit terengah. “Baik, Pak.” katanya, suaranya nyaris bergetar. “Tapi cuma sebentar.”

Pak Pandita tersenyum tipis, tetapi senyum itu tidak membawa kehangatan apa pun. “Tentu,” jawabnya sambil berbalik, memberi isyarat agar Dalian mengikutinya keluar dari kantin.

Saat Dalian melangkah pergi, Karel dan Chelsey memandangnya dengan penuh kekhawatiran. Karel bahkan hampir bangkit untuk mengikuti, tetapi Chelsey menahan lengannya. “Biarin dia dulu, Karel. Kalau kita ikut, suasana bisa tambah buruk.”

“Tenang aja. Gue cuma buntutin dari belakang. Gue khawatir Dalian kenapa-napa nanti,” balas Karel.

Chelsey menatap pintu kantin tempat Dalian dan Pak Pandita menghilang, hatinya dipenuhi perasaan tak tenang begitu juga saat Karel meninggalkannya.

Di luar kantin, di koridor yang sepi, Dalian berhenti berjalan. Ia memandang punggung Pak Pandita yang berdiri beberapa langkah di depannya, terlihat seperti bayangan gelap yang tak bisa ditembus.

“Apa yang ingin Bapak bicarakan pada saya?” tanya Dalian segera mengambil langkah.

Pak Pandita menoleh perlahan, senyumnya samar namun matanya penuh misteri. Telapak tangannya bergerak dan akan meraih dahi Dalian. Sontak membuat Dalian kaget.

"Jangan menghindar," pinta Pak Pandita. Entah kenapa raut wajah dan ekspresinya berubah lembut. Mengingatkan Dalian akan seseorang.

"Kaya?" Tanya Dalian.

Jemari Pak Pandita berhasil menyentuh poni rambut Dalian dan menyisirnya lembut. Sedikit menyingkap untuk melihat apa yang ada dibaliknya.

Sambil bertanya, "Di hutan inner child, kenapa kamu tidak memakai kekuatanmu?"

"Ma- maksud bapak?"

"Mata ini, harus bisa dibuka. Aku harus bisa merusak segel yang dibuat oleh Orion, "Kata Pak Pandita seraya mengelus lembut dahi Dalian menggunakan jemarinya.

Tapi, Dalian malah tersentak kesakitan. "Sa- sakit pak."

Tanpa menunggu lebih lama, Karel yang melihat dari belakang langsung mencegah Pak Pandita. Dia begitu cepat hingga tiba-tiba sudah mencengkeram kerah baju Pak Pandita.

"Jangan-sentuh-Dalian!!" Gertak Karel.

"Oh?" Kata Pak Pandita begitu tenangnya.

"Gue nggak akan memberi Anda toleransi jika Anda berani menyentuh Dalian. Sebaliknya, gue akan memberi Anda kesempatan untuk memakai tubuh itu sebelum gue merebutnya dengan paksa!"

Pak Pandita hanya mengangkat alis, tanpa sedikit pun terlihat terintimidasi oleh gertakan Karel. "Kau terlalu cepat mengambil kesimpulan, anak muda," katanya dengan nada datar.

Ia menggenggam pergelangan tangan Karel untuk melepaskannya dari kerah bajunya. Sejenak Karel meringis kesakitan karena sentuhan Pak Pandita begitu membakar pergelangan tangannya.

"Aku tidak berniat menyakiti Dalian." Kata Pak Pandita dengan nada santai.

Karel tidak bergeming. Matanya menyipit, penuh kecurigaan. "Tindakan Anda tidak terlihat seperti niat baik," jawabnya dingin.

Dalian, yang masih memegang dahinya, mencoba memproses apa yang baru saja terjadi. Sensasi dingin dan rasa sakit yang tiba-tiba itu terasa nyata, namun anehnya, ia juga merasa sesuatu dalam dirinya berdenyut, seakan ada yang sedang dibangkitkan.

Dalian menatap Pak Pandita dengan campuran kebingungan dan ketakutan. "Siapa diri saya sebenarnya? Maksud Bapak apa?"

Pak Pandita menyilangkan tangan di depan dada, matanya tajam namun tidak mengancam. "Ada alasan mengapa kau bisa melewati hutan itu, Dalian. Dan ada alasan mengapa kau tidak menggunakan kekuatanmu saat di sana. Kau menahan dirimu sendiri, bahkan tanpa kau sadari. Jika kau terus seperti ini, kau hanya akan menjadi beban bagi mereka yang mencoba melindungimu."

Kata-kata itu menghantam Dalian seperti pukulan. Beban? Apa benar ia selama ini menjadi beban?

Karel, yang sudah tidak sabar, mendekatkan wajahnya ke Pak Pandita, matanya membara. "Jangan merasa Anda tahu segalanya. Dalian, akulah yang akan menjaganya."

Pak Pandita tertawa kecil, tetapi bukan tawa mengejek. "Kau sangat protektif, Karel. Itu hal yang baik. Tetapi ada hal-hal yang hanya bisa dipahami ketika waktunya tiba."

Sebelum Karel sempat merespons, suara langkah kaki terdengar dari arah koridor. Chelsey muncul dengan tergesa, wajahnya penuh kekhawatiran. "Dalian! Karel! Apa yang terjadi di sini?"

Dalian menggeleng pelan, meskipun pikirannya masih kacau. "Aku… nggak tahu. Dia bilang ada sesuatu dalam diriku, tapi aku nggak ngerti apa maksudnya."

Pak Pandita melangkah mundur, memberi ruang pada mereka bertiga. "Waktunya sudah habis untuk hari ini. Dalian, pikirkan baik-baik apa yang kukatakan. Jika kau ingin tahu lebih banyak, kau tahu di mana mencariku."

Tanpa menunggu jawaban, ia berbalik dan berjalan menjauh, langkahnya bergema di koridor yang sepi. Dalian menatap punggung Pak Pandita yang menghilang di tikungan, rasa penasaran bercampur dengan kecemasan.

Apa sebenarnya yang ia maksud? Dan mengapa rasanya seperti ada sesuatu yang sedang menunggu untuk dilepaskan dalam dirinya?

Karel mendengus, menyilangkan tangan di dada. "Orang itu nggak bisa dipercaya. Jangan dengerin dia, Dalian."

Chelsey mengangguk, menatap Dalian dengan serius. "Karel benar. Kita harus hati-hati. Orang seperti dia biasanya punya agenda tersembunyi."

Namun, Dalian hanya diam, tenggelam dalam pikirannya. Sesuatu yang dikatakan Pak Pandita tadi terus terngiang di benaknya. "Ada sesuatu dalam dirimu."

Chelsey melihat Karel yang sedikit meringis seolah menahan kesakitan, "elo kenapa, Karel?"

Karel pun sadar. "Ah, nggak papa. Sepertinya tangan gue terluka, gue ke UKS dulu."

"Apa itu ulah Pak Pandita?" Tanya Dalian cemas.

"Udahlah. Kalian berdua kembalilah ke kelas. Gue akan mengurus luka ini sendiri."

Namun, Dalian malah menolak. "Nggak. Gue nggak akan ngebiarin elo ngurus luka elo sendirian. Elo udah nolongin gue dan gue nggak mau gue jadi berhutang budi sama elo nantinya."

Lalu, menoleh ke arah Chelsey. "Sorry, Chelsey. Elo duluan aja, gue mau ke UKS sama Karel."

1
Afi Afifah
Ya ampun Thoorr,, penisirin guwe!!
Lanjut besok ya,, batere we low 😪
Afi Afifah
Nah, ini mah bisa jadi meme! 🤣🤣
Afi Afifah
Duh, Pak Pandita siapa lagi nih...
Lanjoet Thorrr 🔥🔥
Afi Afifah
Dalian lagi dilema psikologis 😭😭
Afi Afifah
reaksi lu klasik banget Chelsey
Afi Afifah
Stereotip ibu-ibu yang ngasih solusi herbal buat masalah hidup, tapi malah bingung dan nggak ngerti masalahnya. Hahaha, relatable banget! 👍👍
Afi Afifah
"Rambut panjangnya yang hitam keunguan berkilau lembut diterpa cahaya mentari."

Duh~ gini lebih keren Thorr 🔥🔥
Afi Afifah
Plot twist banget ini Thor bab nya, bikin guwe rada-rada bingung plus mikir 🔥🔥


like seiklan2nya !!!
Afi Afifah
Apa itu cinta, kagum, atau cuma efek dari kejadian aneh yang Dalian alami?

Bakal galau nih ketemu cogan gini 😍😍
Afi Afifah
Wah!! Guwe terkejut Thor!!! 😱😱
Kaya ini apa, sih? Makhluk apa dia sebenarnya?
Afi Afifah
Guwe jadi mikir dua kali soal Kaya 😒😒
Afi Afifah
Kaya kayak nggak 100% jujur sama Chelsey, Kenapa Kaya nggak mau cerita lebih banyak tentang niat sebenarnya?

Tapi aku tau kok niatnya, emang ya 😤😤
Afi Afifah
Ini bikin guwe langsung mikir, siapa sih Orion? Kenapa dia bisa jadi ancaman besar? Kenapa Kaya kelihatan panik gitu? 🤔🤔
Afi Afifah
Idiihh~ mulai terpesona ya sama Kaya. Bingung sendiri khann~ 🤣🤣 lucu banget kamu Dal
Afi Afifah
Bener-bener reaksi yang relatable banget sih. Kadang kita semua pasti pernah merasa overwhelmed sama hal aneh dan jadi pengen kabur. Kesien Dalian 🥲🥲
Afi Afifah
Dalian overreact banget! 🤣🤣 lucuk~
Afi Afifah
Ini sih motivasi toxic disguised as horor 😱😱
Afi Afifah
Tuh si Setan kurang oli tuh rantainya! 😨😨
Afi Afifah
Bawa satu tumbal, dapet satu keselamatan gratis! Gak bahaya toh 😭😭
Afi Afifah
adoohh~ bikin gue galau nih Orion siapa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!