Sejak berusia enam tahun, Zakia Angelina Axeline tidak pernah merasakan bahagia Sejak sang ibu pergi untuk selamanya. Tak pernah di anggap ada oleh ayah dan ketiga kakak laki-lakinya. Di tuduh sebagai pembunuh dan pembawa sial.
Selain itu, Karena sebuah kesalahpahaman. Zakia harus menikah dengan Maxime Roberto, Pria yang ia kira sebagai pelindung justru menjadi penambah luka.
Namun siapa sangka, Tekatnya untuk pergi mempertemukan Zakia dengan Akbar RafasyaMaulana, Cucu seorang kyai besar.
Perbedaan agama sempat menjadi penghalang. Lalu? Akankah Zakia bisa hidup bahagia bersama Gus Rafa? Atau justru sebaliknya??
"Aku mencintaimu sejak pada pandangan pertama, Sejak delapan tahun yang lalu. Aku ingin kamu menjadi milikku. Maka dari itu, Bolehkah aku egois? Izinkan aku merebutmu dari Tuhanmu, Zakia..."Akbar Rafasya Maulana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekecewaan Amara
Noah membuka matanya, Pria paruh baya itu kaget begitu sadar sedang berada di tempat yang asing. Sangat asing, Bahkan Noah belum pernah datang ke tempat ini sebelumnya.
Noah bangkit, Kaki panjangnya melangkah perlahan. Matanya melihat kesana kemari tak ada orang disana. Sepi, Jika di pikir-pikir mungkin hanya ada dia saja.
"Tempat apa ini? Kenapa tiba-tiba aku ada disini?" Gumam Noah merasa bingung dan bertanya-tanya. Sebenarnya tempat apa ini? Kenapa tidak ada satu orang pun disini?
Namun, Satu hal. Tempat ini sangat indah, Rumput hijau, Berbagai bunga tertanam rapi. Aroma wangi menyerbak di indra penciumannya.
Noah terus melangkah, Mengapa ada tempat yang sepi yang Indah seperti ini. Noah merasa tempat ini sangat sejuk, nyaman dan tentram. Ia seolah tidak ingin pergi dari sini dan masih ingin tetap di tempat ini lebih lama lagi.
"Siapa itu?" Noah semakin bertanya sendiri. Ternyata bukan hanya ada dirinya saja yang berada disini. Tapi ada penghuni lain juga.
Langkah Noah semakin mendekat ke arah orang yang tak lain adalah seorang wanita. Wanita itu berdiri membelakanginya. Pakaian dress putih dengan rambut hitam lurus. Angin yang bertiup sepoi-sepoi membuat surai hitam itu ikut melambai.
Deg!!
Langkah kaki Noah terhenti begitu saja. Ia hafal tubuh wanita yang berdiri membelakanginya ini. Dari postur tubuhnya, Rambutnya yang melambai ia masih sangat ingat. Ya, Mana mungkin Noah akan melupakan wanita itu. Cinta pertamanya, Wanita yang namanya selalu terukir di hatinya dari dulu sejak pertama kali bertemu hingga sampai sekarang.
"A..Amara..
"Hiks hiks hiks..."Terdengar suara tangisan keluar dari bibirnya. Noah kembali melangkah, Mendekat dan semakin dekat hingga sebelah tangannya terangkat menepuk pelan pundak wanita itu.
Tangisnya mereda, Wanita itu berbalik badan dan..
Deg!!
Jantung Noah seakan hendak keluar dari tempatnya. Mata Noah berkaca-kaca, Setetes air mata mengalir di pipinya.
Wanita ini? Di hadapannya ini? Adalah wanita yang selalu ia cintai selama lamanya. Wanita cinta pertamanya yang telah pergi dan selalu ia cintai hingga sekarang.
"A..Amara.. Ini benar-benar kamu?" Wanita itu mengangguk.
"Iya, Ini aku Noah...Ini aku. Apakah kamu tidak merindukanku?
Tanpa mengatakan apapun. Noah langsung memeluk Amara dengan eratnya. Pria itu menangis, Ia rindu dan sangat rindu kepada sang istri. Setelah sekian tahun mereka berpisah, Kenapa baru sekarang mereka bertemu.
"Aku merindukanmu Amara?Sangat merindukanmu mu sayang.. Kenapa kau tidak mengajakku saja untuk ikut bersamamu.. Kenapa?" Noah selalu berharap Tuhan segera memanggilnya agar bisa ikut dan bersatu dengan wanita yang dia cintai.
Dan sekarang? Rasa rindunya telah terobati. Andai ini mimpi, Noah tidak ingin bangun dari mimpi ini. Noah ingin terus berada disini agar selalu bisa bersama sang istri selamanya. Noah tidak ingin berpisah lagi.
"Aku juga sangat merindukanmu Noah.. Sangat. Tapi aku kecewa padamu.. "Pelukan itu terlepas perlahan. Noah menatap dalam mata Amara yang menangis. Apa katanya tadi? Dia kecewa?
"Kenapa? Apa aku melakukan kesalahan?" Amara mengangguk pelan. Apakah pria ini tidak sadar dengan kesalahannya selama ini? Mengapa harus bertanya?
"Noah, Aku sangat rindu padamu.. Aku rindu pria yang menjadi cinta pertamaku. Aku rindu pria yang mencintai ku sedalam ini.. Aku rindu ayah dari anak-anakku.. Tapi aku kecewa, Sangat kecewa padamu..Kenapa kamu melakukan ini?
"Apa Kau kecewa karena aku akan menikah lagi? Maafkan aku sayang.. Aku tidak punya niatan apapun. Aku berdosa dan maaf karena telah mengkhianatimu.. Saat itu aku tidak sadar.. Aku..
"Sssstttt...
Amara menutup bibir Noah dengan jari telunjuknya. Ia menggelengkan kepalanya.
"Ya, Aku kecewa karena kau telah mengkhianatiku.. Dari sekian banyak wanita? Kenapa harus dia yang hendak kau nikahi Noah! Kenapa! Dia wanita yang telah memisahkan kita! Tapi aku lebih kecewa karena kau menelantarkan Zakia, Putriku. Apa salah putriku mengapa kamu begitu tega menyakitinya? Mana janjimu yang dulu yang ingin menjaganya? Mana janjimu dulu yang katanya ingin menjadi pahlawan untuknya? Cinta pertamanya adalah dirimu? Harusnya kamulah yang menjadi garda terdepan saat dia terluka?. Aku percaya padamu Noah, Tapi mengapa justru kaulah orang pertama yang menyakitinya? Aku kecewa padamu Noah.. Aku kecewa.!!"Teriak Amara dengan emosinya yang menggebu. Kakinya perlahan melangkah mundur. Air matanya mengalir deras.
"Demi Tuhan, Aku tidak rela kau menikah dengan Pembu-nuh itu! Sungguh aku tidak Rela!!!
"Tidak! Jangan pergi Amara! Aku mohon.." Noah menggelengkan kepalanya cepat, Dapat pria itu lihat sorot mata kecewa dan benci dari wanita yang dia cintai ini. Ia tidak mau Amara nya pergi lagi.
"Aku kecewa, Kembalilah.. Lanjutkan pernikahanmu.. Jangan pikirkan aku.. Aku pamit.."Amara berjalan mundur dan perlahan hilang dari pandangan Noah detik itu juga.
"Jangan pergi Amara! Kembalilah padaku.. Amara! AMARAAA!!
.
.
.
"AMARAAA!!
Noah terbangun dari tidurnya dengan nafas yang terengah-engah. Keringat sebiji jagung mengalir dari pelipisnya. Noah melihat jam dinding, Masih jam tiga pagi.
"Amara..."Lirih Noah meraih foto cantik sang istri yang selalu ia letakkan di atas nakas.
Foto itu adalah foto Amara ketika wanita itu masih berusia dua puluh tahun. Sangat cantik walaupun tanpa polesan make UP. Wanita pemilik hati yang lembut, baik hati dan ramah. Noah usap kaca bingkai foto tersebut. Matanya mulai berkaca-kaca mengingat pertemuannya dengan sang istri di alam mimpi tadi.
"Apa sekecewa itu dirimu padaku? Apa selama ini aku salah karena telah membenci Zakia? Tapi karena dia kamu pergi Amara.. "Noah menangis, Masih Noah ingat tatapan kebencian dari istrinya. Selama mereka bersama, Amara selalu tersenyum dan tak pernah marah. Jangankan membentak, Meninggikan suaranya pun tidak pernah. Tapi dalam mimpinya, Amara marah padanya.
"Maafkan aku..
****
Siang ini, Derline sudah berada di dalam gere-ja. Dengan gaun pengantin yang mewah wanita itu sudah tidak sabar. Karena sebentar lagi dirinya akan menjadi istri dari Noah Lucas Axel.
"Apa pengantin pria belum berangkat?" Tanya sang pen-deta bertanya. Derline tersenyum, Ia juga heran kemana Noah. Ini sudah hampir satu jam Derline menunggu tapi pria itu belum datang juga.
Para saksi pun sudah datang semua. Akan tetapi pengantin pria nya kemana?
"Kita tunggu sebentar lagi ya Pende-ta..."Pendeta pun mengangguk. Derline mulai gelisah, Begitupun dengan Jessika yang sibuk menelfon William.
"Gak ada yang di angkat Mom.."Derline berdecak kesal. Jangan bilang kalau pernikahan ini gagal total? Bisa mati berdiri dia. Ini adalah momen yang di tunggu-tunggu selama hidup Derline.
Di tengah kegelisahannya, Derline tersenyum lebar. Pernikahan mereka akan terjadi, Bukti jika Noah benar-benar datang bersama dua putranya.
Pria yang masih terlihat tampan walaupun di usianya tak lagi muda. Tubuhnya masih gagah perkasa. Derline sudah sangat tidak sabar.
"Maaf saya telat" Kata Noah dengan sikap dinginnya, Kedatangan Amara terus mengganggu pikirannya hingga membuatnya dilema.
"Bisa kita mulai sekarang?" Tanya sang pen-deta.
"Bi..bisa..
Acara janji suci hendak di laksanakan namun tiba-tiba..
Ting
Ting
Ting
Ting
Ting
Ting
Ponsel para saksi yang hadir berbunyi bertanda masuknya notifikasi. Bukan hanya para saksi, Pesan tersebut juga masuk ke dalam ponsel Noah, William dan Andre. Jessika dan Derline juga mendapatkan pesan berupa video yang sama.
Semua orang terkejut melihat video itu. Begitupun juga Noah dan kedua putranya. Tangannya terkepal dengan dada naik turun menahan amarah.
"Apa ini maksudmu datang padaku sayang..." Batin Noah mengingat ucapan Amara dalam mimpinya.
.
.
.
TBC