Menceritakan Perjuangan Lisa dan teman-temannya untuk meruntuhkan kekuasaan para penghuni atas yang telah berkuasa terlalu lama, dengan usaha dan kerja keras mereka akankah mereka berhasil atau tidak dalam melawan para penghuni atas atau justru kalah dan hancur tanpa harapan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon XoXo18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22 ( Haram Menang )
•
•
•
•
Sementara Chiquita yang masih bingung atas apa yang terjadi pada panah yang dilesakkannya, kembali duduk bersama Ahyeon dan Ruka yang sedari tadi terkesan atas apa yang baru saja ia tunjukkan. Mereka bertiga duduk rapi untuk menonton pertunjukkan selanjutnya yang akan diperankan oleh Haram dan Rora.
"Tadi itu apaan, Chici?" tanya Ruka menyambut Chiquita yang duduk di sampingnya.
"Gak tau. Aku juga kaget." Jawab Chiquita datar.
"Kamu gak ngerasain yang aneh gitu, sewaktu ngelepasin anak panahnya?" sambung Ahyeon.
"Engga. Aku cuman ngerasa kesel aja sama Kak Rose. Terus tiba-tiba mata kiri Aku serasa panas. Dan begitu Aku lepasin anak panahnya... jadinya malah kebakaran." Jelas Chiquita.
"Terus tadi maksudnya Kak Rose bilang Phoenix, apa ya?" tanya Ruka.
"Mungkin bentuk api yang menyerupai burung tadi. Phoenix kan burung api." Jawab Ahyeon.
"Nah, hubungannya dengan Kak Lisa apa coba?" tambah Ruka
"Itu Aku juga masih bingung. Apa hubungannya Chiquita sama Kak Lisa. Apakah Kak Lisa juga punya Phoenix?" tanya Ahyeon balik.
Chiquita tidak lagi ikut dalam perbincangan mereka berdua. Ia hanya duduk tepat di samping Ruka sambil menatap Haram yang tengah mempersiapkan busurnya dengan tatapan kosong. Persiapan babak ketiga tahap pertama sudah selesai. Seperti biasa, Rose mempersilahkan juniornya duluan. Tanpa sungkan, Haram langsung mengambil ancang-ancang dan melepaskan anak panahnya.
WHOOSH!!
Bullseye. Tanpa kesulitan yang berarti mengingat belum ada rintangan yang menghalanginya, Haram berhasil memanah titik bullseye.
"Ooh, bagus. Tapi belum cukup membuatku terkesan." Ujar Rose yang melesakkan anak panahnya tanpa melepaskan pandangannya dari Haram.
Dan seperti yang telah diduga oleh mereka yang menonton, bullesye tempat mendarat anak panahnya.
"Sasaran yang tidak bergerak membuat kita bisa lebih fokus ke hal yang lain. Tidak hanya sasaran tersebut. Jadi tanpa menatapnya pun seharusnya kita bisa memanahnya tanpa kesulitan." Ujar Rose tenang.
Haram berusaha menjaga ketenangannya meski Ia terkejut melihat Rose yang berhasil memanah bullseye tanpa melihat sasarannya terlebih dahulu. Ia mengambil anak panah selanjutnya karena persiapan tahap 2 telah selesai. Balok-balok kayu berdiri menghalangi sasaran. Sama seperti sebelumnya.
"Kalau Ahyeon tadi melakukannya karena la berhasil memperhitungkan berat gravitasi dan kecepatan panahnya. Tapi bagaimana Kak Rose melakukannya? Apakah Ia memiliki kemampuan berhitung yang sama seperti Ahyeon?"
"Apa perlu ku beri contoh terlebih dahulu?" tanya Rose memecah pertanyaan yang Haram lontarkan dalam hati.
"Ah. Tidak. Yang pertama selalu mendapatkan keuntungan." Tolak Haram.
"Ingat. Angin dapat menggerakkan apa saja yang melayang." Ujar Rose pelan.
"Elemen auraku... Angin..." gumam Haram girang.
Ia bersiap melepaskan anak panahnya. Sambil mengingat apa yang dikatakan Rose, la lepaskan anak panahnya. Selagi panahnya melesak cepat, merasakan hembusan angin yang melewati dirinya, yang berada di sekitarnya. Dengan lembut, ia menggerakkan tangannya. Layaknya dirigen yang memimpin paduan suara, Ia membimbing panah tersebut menghindari rintangan-rintangan yang menghalanginya, dengan bantuan angin! Ya. Mengingat elemen auranya adalah angin, maka ia dengan mudah mengendalikan panah tersebut untuk menghindari rintangan tersebut dan berhasil mendaratkannya tepat di titik bullseye.
"Ternyata dia cepat belajar." Ujar Jisoo yang juga ikut menonton sebelum gamenya dimulai.
"Ngapain tuh tangan Haram?" tanya Chiquita.
"Ah, dia memanfaatkan elemennya untuk menggerakkan panahnya agar tidak terlahangi rintangan itu." Jawab Ahyeon.
"Elemen auranya?" tambah Chiquita.
"Ah, kamu gak tau ya? Haram kan elemennya angin." Jawab Ahyeon.
"Kalau kamu?" tanya Chiquita balik.
"Aku air." Jawab Ahyeon.
"Kalau kamu, Ruka?" tambah Chiquita
"Aku tanah." Jawab Ruka.
"Berarti hanya Aku disini yang belum tahu tipe elemen dari auraku?! Arrrgghh!!" geram Chiquita.
"Bukan cuma Kamu kok. Rora juga belum tau tipe elemen auranya apa. Tapi Aku rasa dia setipe dengan Kak Jisoo." Ujar Ahyeon.
"Hah?! Kok bisa?" tanya Ruka kaget.
"Sedari tadi Rora bilang bahwa ia melihat percikan listrik saat Kak Jisoo menembak. Sementara kita tidak melihat apapun. Mungkin itu ada hubungannya dengan tipe auranya." Jelas Ahyeon.
"Kau belajar cepat, Haram." Ujar Rose kagum.
"Tapi gerakan tanganmu terlalu mencolok. Jika kau berlatih keras, maka mengendalikan angin dapat dilakukan hanya dengan gerakan jari saja." Tambah Rose yang kemudian melesakkan anak panahnya.
Selagi anak panahnya melayang, Haram memperhatikan lengan Rose. Hanya jari-jarinya saja yang bergerak layaknya seorang puppet master yang menggerakkan marionette. Seperti yang ia katakan sebelumnya, Ia menggerakan angin untuk membantu anak panahnya menghindari rintangan-rintangan tersebut hanya dengan gerakan jari saja. Dan hal itu tidak mencolok. Buktinya mereka yang menonton tidak menyadari bahwa jari Rose bergerak membimbing anak panah. tersebut.
"Begitu lebih baik. Tidak disadari
musuh." Ujar Rose tenang.
"Musuh?" tanya Haram dalam hati. Haram bersiap menembakkan anak panah untuk tahap ketiganya. Rintangan-rintangan sudah dipersiapkan dan mereka
bergelantungan menghalangi sasaran.
"Kali ini akan sulit bagiku mengendalikan anak panah dengan angin, mengingat rintangan kali ini bergerak. Tidak seperti balok tadi.... Ah!" seperti yang terlah mendapatkan ide lain, Haram langsung menarik busurnya. Meletakkan anak panah di tali busurnya dan mulai membidik Bullseye.
Ia menunggu saat yang tepat untuk melepaskan anak panahnya. Menunggu saat dimana rintangan-rintangan yang bergelantungan tersebut membuat jalur kosong sehingga anak panahnya bisa melewatinya tanpa harus dikendalikan oleh angin. Dan saat yang la tunggu pun tiba. Rintangan tersebut bergoyang ke samping. Membuat jalur kosong dan Haram pun tidak melewatkan kesempatan itu. Ia lesakkan anak panahnya dengan bantuan angin sehingga kecepatannya meningkat jauh lebih cepat dari panah biasa. Bahkan lebih cepat dari peluru.
WHOOSH!!!
Anak panahnya berhasil menembus bullseye dan menancap cukup dalam di pohon yang berdiri tepat di belakang sasaran tersebut yang berjarak sekitar 10 meter.
"Ooh, luar biasa. Dia bisa melakukan hal itu? Padahal yang ditunjukkan Rose baru mengendalikan angin saja." Ujar
Jisoo terkesan.
"Wow! Ternyata begitu rupanya. Luar biasa. Menambahkan kecepatan laju panah dengan bantuan angin. Aku pun tidak berpikiran sampai kesitu." Ujar Rose yang juga telah melesakkan anak panahnya sambil mengendalikannya.
"Kak, Kakak tahu kan, kalau tidak ada pertandingan yang bersih. Setiap pertandingan selalu ada kecurangan. Kecuali catur." Ujar Haram nyengir sambil menghembuskan angin sehingga panah ketiga yang dilesakkan Rose melenceng. Meski tidak mengenai titik bullseye, panah tersebut masih mendarat di sasaran tengah.
"Eheeyy, gitu yaa." Ujar Rose sambil tersenyum kecut dengan raut wajah yang sedikit kecewa.
"Wohoo!!! Menang!" seru Haram girang sambil berlari menuju Ahyeon, Chiquita dan Ruka yang juga ikut senang atas kemenangannya.
"Waw, Rose. Kau lengah." Ujar Jisoo.
"Haha. Tidak juga. Aku sudah merasakan hembusan anginnya. Tapi Aku tidak menghentikannya. Mungkin dengan kemenangan ini memacu dia untuk berlatih lebih untuk menguasai angin. Dan bukan tidak mungkin, sidewinder akan bertambah satu orang." Ujar Rose sambil tersenyum.
•
•
•
•