Elard Deon Zephyr , sosok ketua dari geng Arthstar yang memiliki banyak misterius, laki-laki berhati dingin. Tidak di bantah, tidak boleh memerintah, tidak boleh ada yang merendahkannya apa lagi merendahkan gengnya.
Keinginan harus tercapai apapun akan dia lakukan demi berhasil merebut miliknya walaupun harus membunuh sekalipun akan Elard lakukan.
Hingga tiba-tiba di mana gadis bernama Calista Nediva Fabiolla Henley datang dalam kehidupan Elard, yang membuat jiwa psychopath Elard muncul.
WARNING!!!❎❎❎PLAGIAT DIHARAP MENJAUH DARI LAPAK INI!! ASLI KARYA SENDIRI DAN PEMIKIRAN!!
DIBACA BUKAN DI SALIN ULANG 😈😈
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dwinabila04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Possessive Psychopath Boyfriend | 16. Menghindari Elard
Calista duduk di sebelah Reyhan yang hanya diam saja saat Reyhan sedang bertanya.
"Ca, lo kenapa? Apa ada masalah?" tanya reyhan sedikit khawatir.
"Hah?"
"Lo kenapa? Kayak habis lihat hantu aja,"
"Oh, gue gak apa-apa kok," jawab calista.
Reyhan mengkerut keningnya karena tidak yakin akan jawaban Calista barusan. Pelajaran telah usai semua murid keluar untuk menuju ke aktifitas mereka masing-masing seperti yang di lakukan oleh Calista sekarang bersama dengan Reyhan mereka tengah menuju ke perpustakaan.
"Kenapa semalam lo gak masuk sekolah? Ya walaupun tidak ada pelajaran tapi tumben aja lo gak masuk sekolah," tanya Reyhan.
Calista diam sejenak sambil mencari buku yang ia cari, menghadap menatap ke arah Reyhan yang sedang menatapnya juga.
"Gue ingin menghindari Elard," jawab Calista.
"Menghindari Elard? Emang bisa?"
"Sebab itulah kenapa gue bolos sehari kemarin karena gue mau menghindari Elard tapi sepertinya gak semudah yang di bayangkan,"
"Memang tidak semudah yang lo bayangin dan sekarang ia ada di luar perpustakaan," ucap Reyhan.
Walaupun tidak melihat Calista bisa melihat dari sudut matanya, melihat di mana Elard sedang menunggunya di luar perpustakaan sambil menganggu wanita yang lewat di hadapannya.
"Terus apa yang harus gue lakuin sekarang? Apa lagi sekarang gue sudah di jadikan bahan taruhannya,"
Reyhan sebelumnya sudah mendengarkan cerita Calista di mana sahabatnya di jadikan bahan taruhan membuat Reyhan begitu marah tapi mau marah pun tidak bisa karena kekuasaan di sini lebih di utamakan dari pada sebuah aduan belakang.
"Gue mau bantuin lo tapi lo harus siap saat gue akan di hajar sama Elard,"
"Kenapa gitu? Mending gak usah aneh-aneh deh dari pada lo kenapa-kenapa karena gue aja, gue bisa nyelesain masalah gue sendiri," ucap Calista.
"Lo yakin?" Tanya Reyhan memastikan.
"Iya gue yakin,"
"Yuk kita ke kantin," ajak Reyhan.
Sebelum keluar Calista menahan tangan Reyhan. "Kenapa? Apa lo mau nerima usulan gue?" tanya Reyhan.
"Ishhh bukan itu, nanti semisal gue di tahan sama Elard mending lo langsung pergi oke,"
"Gue gak janji." Ucap Reyhan berlalu meninggalkan Callista.
Calista memandang kepergian Reyhan dengan perasaan takut karena takut jika Reyhan akan menjadi sasaran empuk Elard. Karena setelah kejadian yang menimpa Calista beberapa hari lalu Calista bertekad untuk menjauh dari Elard agar hidupnya kembali seperti semula walaupun itu kemungkinan tidak akan terwujud.
Benar apa yang di duga-duga oleh Calista sekarang tangan Elard menahan lengannya untuk tidak pergi. Reyhan yang paham dengan situasi sekarang ia memilih pergi seperti yang di katakan oleh Calista tadi karena ia tidak mau membuat Calista semakin sengsara.
"Apa mau mu sekarang?" tanya Calista.
"Kamu menghindari ku?" tanya Elard balik
"Bukannya seharusnya itu yang harus aku lakukan? Menghindar dari kehidupanmu,"
Elard menggenggam tangan Calista yang membuat tubuh Calista menabrak ke tubuh Elard.
"Akan aku buat hidupmu makin menderita jika kamu melakukan itu,"
Calista menatap Elard. "Lakukan karena hidupku sudah sengsara sebelum kamu masuk ke dalam hidupku," ucap Calista.
Mencoba melepaskan tangan dari Elard tapi hasilnya nihil, kekuatan Elard jauh lebih besar dari pada dirinya.
"El, lepasin sakit!" pinta Calista.
"Bakalan aku lepaskan jika kamu tarik ucapanmu," jawab Elard.
Tidak ada pilihan lagi Calista menginjak kaki Elard yang membuatnya merintih kesakitan, saat tangan Calista terlepas dari genggaman Elard, Calista langsung pergi agar tidak tertangkap oleh Elard lagi.
Di kantin Calista duduk di depan Reyhan di mana Calista sedang mengatur nafasnya karena berlari tadi. Reyhan tidak heran dengan situasi yang di alami oleh Calista sekarang karena yang di alami Calista barusan karena menghindari Elard di mana Reyhan di beri tau oleh Calista.
"Nih minum dulu." Reyhan menyodorkan minuman yang ia pesan sebelumnya karena ia tau bahwa Calista akan seperti ini sekarang.
Calista menerima minum yang di berikan oleh Reyhan. "Terima kasih." ucap Calista yang masih mengatur nafasnya.
"Kenapa harus lari?" tanya Reyhan.
"Mungkin gue udah gak mau idup lagi di dunia ini,"
"Kenapa?" Tanya Reyhan heran.
"Karena pengen menghindari Elard gue tadi sengaja nginjek kaki dia,"
"Dan sekarang lo di samperin sama pelakunya," ucap Reyhan memberi kode Calista dengan dagunya.
Perlahan Calista menoleh kebelakang di mana Reyhan berkata jika Elard menghampirinya. Bener apa yang dikatakan oleh Reyhan, sekarang Elard sedang menuju ke kantin.
Jantung berdetak begitu kencang membuat badan Calista menjadi panas dingin. "Gimana dong sekarang? Apa dia mau bunuh gue?"
"Udah lo tenang aja kayaknya dia gak ke sini deh," kata Reyhan.
Calista menoleh kebelakang untuk memastikan ucapan Reyhan benar adanya. Di lihat memang benar Elard tidak menghampiri meja mereka tapi sekarang Elard menghampiri meja di mana Novi berada. Dengan mata terus memandang interaksi antara keduanya membuat Calista sedikit tenang.
"Bentar lagi lonceng nih kita masuk kelas aja yuk," ucap Calista.
"Ya udah ayo."
Reyhan dan juga Calista memutuskan untuk memasuki kelas, tapi belum mencapai pintu keluar tangan Calista sudah di gapai oleh Elard yang membuat semua melihat Calista dan juga Elard sekarang.
"Ikut aku," ucap Elard.
"Aku gak mau!" tolak Calista.
"Tapi kamu harus ikut aku,"
"Aku gak mau, El," kekeh Calista.
"Kalau orang gak mau ikut lo mending gak usah maksa deh," lerai Reyhan yang membuat Reyhan mendapatkan satu pukulan di wajahnya.
Elard kembali memberikan satu pukulan di wajah Reyhan. "Gue gak ada urusan sama lo jadi gak usah ikut campur," ujar Elard.
Elard kembali memberikan pukulan kepada Reyhan membuat Calista harus menghentikan perkelahian mereka. Calista mencoba memisahkan Elard yang terus memukul Reyhan tapi semua tidak berhasil.
Memeluk dari belakang membuat Elard menghentikan pukulannya kepada Reyhan.
"Ayo kita pergi," ucap Calista dengan nada gemetar.
Elard mengandeng tangan Calista untuk ikut dengannya. Calista melihat kearah belakang di mana Reyhan masih tergeletak di lantai dengan wajah yang banyak menerima pukulan dari Elard.
"Maaf karena gue lo jadi mengalami kejadian seperti ini," batin Calista dalam hati.
Elard membawa Calista menuju ke markas. Menahan tubuh Calista di dinding sambil menatap mata Calista yang sedikit berkaca-kaca karena memikirkan Reyhan.
"Kenapa kamu nangis? Mikirin cowok itu?"
Calista menatap Elard. "Apa aku salah memikirkan sahabatku yang selalu ingin kamu bunuh? Kenapa kamu harus melibatkan orang lain? Reyhan tidak punya salah apa-apa denganmu kenapa dia juga jadi korban?" tanya Calista.
"Apa katamu? Dia tidak terlibat? Dia sudah ikut campur urusan kita jadi itu sudah bisa di bilang ikut campur sampai di sini paham?" ucap Elard
"Minggir aku mau ke kelas," ucap Calista.
"Tidak semudah itu kamu keluar dari sini,"
"Apa? Kamu mau nahan aku di sini sampai kelas selesai? Aku mohon El jangan bertingkah seperti ini, bukannya kamu murid yang tergolong pintar lalu kenapa kamu suka tidak masuk kelas? Jadi biarkan aku pergi,"
"Baiklah aku akan lepasin kamu, tapi dengan satu syarat,"
"Apa?" tanya Calista.
"Nanti pulang sekolah kamu harus nungguin aku, kita pulang sama-sama karena kamu juga harus kerja di rumahku bukan? Jadi nanti kamu harus nungguin aku," kata Elard.
Calista menarik nafas panjang dan menatap Elard. "Oke kita nanti pulang bersama," balas Calista.
"Oke kamu boleh pergi."
Setelah di lepaskan oleh Elard, Calista langsung berlari menuju ke kelas takut jika ada guru yang sudah masuk kelas. Nafas terengah-engah karena berlari dari markas Elard menuju ke kelas yang cukup jauh. Di buka perlahan pintu kelas memastikan tidak ada guru di kelas.
Calista bernafas lega saat tidak ada guru di dalam kelas, tapi mata semua tertuju kepada Calista yang membuatnya sedikit tidak nyaman. Tujuan pertama Calista adalah Reyhan, karena ulahnya Rayhan menjadi korban Elard.
"Lo gak apa-apa?" tanya Calista saat sudah duduk bersama dengan Reyhan.
"Gue gak apa-apa kok, lagian dia mukulnya gak kenceng kok," jawab Reyhan
"Gak mukul keras gimana sih? Nih lo sampai mau bonyok kek gini kok di bilang gak keras sih mukulnya," omel Calista.
"Beneran gue gak apa-apa toh aku juga masih idup."
Calista menatap malas kearah Reyhan, dan Reyhan hanya tertawa pelan. Tak berselang lama Calista di kelas guru masuk ke dalam kelas dan memulai pelajaran.
Calista masih senantiasa menatap Reyhan, begitu banyak bekas pukulan di wajahnya membuat Calista merasa bersalah, karena dirinya Reyhan mendapatkan luka di wajahnya.
"Kenapa? Lo suka sama gue?" ucap Reyhan yang membuat Calista terkejut.
"Dih mana ada gue suka sama lo," kata Calista.
"Terus kenapa diam-diam ngelihatin gue kek gitu?"
"Masih mikirin luka di wajah lo,"
Reyhan menatap Calista lalu tersenyum kepadanya. "Gue beneran gak apa-apa lo tenang aja." Reyhan meyakinkan Calista agar tidak mengkhawatirkan dirinya.
Anggukan kepala Calista menandakan ia percaya apa yang di ucapkan oleh Reyhan.
...•••...
Kelas telah usai dan semua murid pun pulang menuju ke rumah mereka masing-masing, begitu juga dengan Calista ia menunggu Elard di parkiran mobil. Ketika menunggu Elard ia melihat jika Elard sedang merangkul Novi sambil tertawa begitu puas. Melihat itu Calista langsung pergi dan memutuskan untuk naik bus seperti biasanya.
Sesampainya di rumah Elard, Calista langsung berganti baju yang memang sudah ia bawa dari rumah. Setelah berganti baju dengan seragam kerjanya Calista menuju ke kamar Elard untuk membersihkan kamarnya. Di buka kamar Elard yang begitu berantakan membuat Calista menghela nafas panjang.
Tanpa menunggu lama Calista langsung membersihkan kamar Elard. Ketika sedang membereskan buku-buku di meja pintu kamar terbuka menampilkan Elard yang sudah menenteng tasnya di belakang punggungnya.
"Kenapa kamu tidak nungguin aku tadi?"
"Kamu terlalu lama keluar jadi aku langsung ke sini," ucap Calista bohong.
"Setelah beres membersihkan kamar tolong buatkan aku makan," kata Elard.
"Iya," jawab Calista singkat.