"Aku hamil."
Savanna yang mendengar sahabatnya hamil pun terkejut, dia menatap sahabatnya dengan tatapan tak percaya.
"Dengan Darren , maaf Savanna."
"Nadia, kalian ...." Savanna membekap mulutnya sendiri, rasanya dunianya runtuh saat itu juga. Dimana Darren merupakan kekasihnya sekaligus calon suaminya telah menghamili sahabatnya.
***
"Pergi, nikahi dia. Anggap saja kita gak pernah kenal, aku ... anggap aku gak pernah ada di hidup kalian."
Sejak saat itu, Savanna memilih pergi keluar kota. Hingga, 6 tahun kemudian Savanna kembali lagi ke kota kelahirannya dan dia bertemu dengan seorang bocah yang duduk di pinggir jalan sedang menangis sambil mengoceh.
"Daddy lupa maca cama dedek hiks ... dedek di tindal, nda betul itu hiks ..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Onty tukang ketling
"Halo anak ganteng, gimana keadaan kamu?"
Gibran menatap sinis wanita yang menghampiri nya dengan membawa rantang makanan, sedari tadi mulutnya sudah gatal ingin mengatakan sesuatu.
Nadira membawa sarapan sehat untuk Gibran, hobinya adalah memasak. Untuk itu, pagi ini dia membuatkan makanan sehat spesial untuk Gibran.
"Tadina mau cembuh, tapi gala-gala onty datang. Jadi cakit lagi jadina," ujar Gibran dengan ketus.
"Gibran." Tegur Darren, bukan dia ingin membela Nadira. Namun, dia tak ingin putranya berlaku tidak sopan pada yang lebih tua.
"Gak papa Darren, mungkin Gibran lagi sensi aja. Oh ya, tante bawakan sarapan. Pasti kalian semua pada belum sarapan kan!"
Nadira bersikap selayaknya istri dan seorang ibu yang baik kali ini, padahal dirinya tidak di terima oleh Darren maupun anak-anaknya.
Dia menaruh rantang yang dirinya bawa di meja brankar dan membuka isinya, Gabriel melirik sejenak kegiatan Nadira dan kembali fokus pada bukunya.
"Pelacaan onty ini celing bawa lantang, mau jadi tukang ketling yah?"
"HUFPPSSS." Gabriel menahan tawanya, begitu pula dengab Darren yang menahan tawa. Namun, dirinya berpura-pura menegur putranya.
"Gibran, gak boleh gitu. Gak baik." Tegur Darren.
"Loh, calahna dedek dimana? dedek kan cuman bikang tukang ketling, bukan campah," ujar Gibran dengan polosnya.
Tampak wajah Nadira memerah, di hatinya timbul rasa ingin menjewer mulut anak dari pria yang dia sukai. Namun, dia harus menjaga sikapnya karena sedang di hadapan Darren.
Cklek!!
Delia juga turut menjenguk cucunya bersama dengan sang suami, dengan senyum yang mengembang di bibirnya. Dia menghampiri anak serta cucunya.
"Morning kesayanganku!!! walah, Nadira pagi-pagi udah disini aja. Baik banget lagi bawakan sarapan buat Gibran, memang ibu ...,"
"Ketling yang baik kan oma?" Sela Gibran membuat Delia melotot ke arahnya.
"Gibran! gak boleh ngomong gitu! Tante Nadira itu tantemu, dan sebentar lagi akan menjadi ibu kamu!" Marah Delia.
Darren menghela nafas kasar, ibunya masih saja mendorongnya untuk bersama Nadira. Padahal, sudah jelas kedua putra kembarnya tak begitu dekat dengan Nadira. Bahkan, Gibran secara terang-terangan menatapnya tidak suka.
"Tidak apa-apa tante, oh ya ... kemarin tante dengar dari nenekmu jika kemarin malam kalian berebut puding. Tante juga bawa puding loh!" Sery Nadira dengan semangat. Mungkin Darren cerita pada Delia, sehingga wanita itu memberi tahu pada Nadira guna menarik perhatian Darren.
Nadira mengambil bungkusan di atas nakas, dia membukanya dan tampaklah sekotak puding coklat. Lekas, dia membukanya dan memberikannya pada Gibran yang menatapnya tak minat.
"Ayo cobain, siapa tahu Gibran mau makan puding," ujar Nadira.
"Jam 16.00-16.30 adalah waktu yang tepat untuk menikmati camilan. Menikmati camilan sebelum makan malam disarankan dengan tujuan mencegah makan malam yang berlebihan. Selain itu, pada jam ini gula darah pada tubuh menurun sehingga perlu tambahan energi. Sekarang masih pukul 7 pagi, kau harus menunggu beberapa jam lagi untuk menawarkan kami cemilan,"
Semua orang menatap Gabriel dengan tatapan terkejut sekaligus melongo, kecuali Gibran. Bocah itu sudah kenyang dengan ceramah sang kembaran, dan hampir setiap saat sang kembaran selalu mengatur kegiatannya berdasarkan buku yang Gabriel baca.
Sedangkan yang di tatap, hanya cuek saja dengan netra yang tak lepas dari buku. Beginilah kalau sering membaca, ingatan bocah itu menjadi kuat.
"Kalau sesendok gak papa, ayo Gibran tante suapi." Bujuk Nadira tak menyerah.
Gibran menutup mulutnya, dia tak mau memakan puding buatan Nadira. Delia yang melihat itu menjadi kesal, dia menarik tangan Gibran yang menutup mulutnya dan mengambil alih sendok untuk menyuapi Gibran.
"UHUK!! UHUK!!
"MOM!"
Darren segera mendekati putranya, dia mengambil minum dan membantu Gibran untuk minum. Dia menepuk pelan bahu kecil putranya yang masih bergetar akibat paksaan dari Delia.
"Jangan kasar mom!" Tegur Recky.
"Dia itu gak bisa di manjain terus! lama-lama ngelunjak!" Sarkas Delia.
"Dia masih kecil!! jangan segala sesuatu kita paksa, gak baik! dan kamu Nadira, jika cucu saya tidak mau maka jangan kamu paksa! Gibran belum sarapan dan kamu sudah menyodorkan puding padanya!" Geram Recky.
Nadira tertunduk takut, dia menatap nanar sekotak puding yang berada di pelukannya. Delia yang melihat itu segera mengelus bahu Nadira, dia tak ingin Nadira merasa sedih atas ucapan Recky.
"Hiks uhuk!!! OMA JAHAT!! MAIN CODOK AJA!! KECELEK TAU NDA!! NDA BETUL!!" Isak Gibran.
"Maafin oma, habisnya Gibran keras kepala kalau di bilangin." Ujar Delia sambil mengelus rambut cucunya.
"Udah cana oma pulang caja!!! Luangan dedek jadi gelah kalau ada oma!!"
"APA?! KAU!!" Pekik Delia.
Gabriel yang melihat wajah sang adik yang sudah memerah pun mengambil alih keadaan, dia menutup bukunya dan turun dari sofa. Dirinya berjalan dengan santai ke arah brankar Gibran tepat dimana semua orang berkumpul.
"Oma lebih baik bawa tante pulang, kondisi Gibran belum membaik. Jika dia tidak mau melanjutkan terapinya, aku akan menyalahkan oma atas apa yang terjadi."
"Kamu ....!!!"
"Delia! kamu dan Nadira pulang sekarang, atau aku akan memblokir kartumu?" Ancam Recky.
Delia berdecak kesal, dia menghentakkan kakinya dan menatap sinis Gibran yang kini sudah berada di gendongan Darren.
"Delia!!!"
"ISSSHH!!! IYA!!!!"
Delia akhirnya terpaksa pulang bersama supir, dia mengajak Nadira turut pulang dengannya. Bisa bahaya jika Recky memblokir kartunya, dia tidak akan bisa belanja dan bertemu teman-teman sosialitanya.
"Darren, maafkan mommy mu. Dia hanya ingin si kembar dapat ibu pengganti, tetapi putranya tampak tak menyukai pilihannya. Maka dari itu dia kesal," ujar Recky.
"Tak apa dad, aku tahu sifat mommy. Tapi, tolong bujuk mommy. Aku tak menyukai Nadira, jangan paksa aku untuk mencintainya," ujar Darren dengan sendu.
"Apa kau masih memiliki perasaan dengan wanita 6 tahun lalu?" Tanya Recky penuh selidik.
Darren mengangguk kan kepalanya, dia mengusap bahu putranya. Tampaknya Gibran sudah tenang dan akan tertidur kembali karena di timang sang daddy.
"Bagaimana bisa aku melupakan nya begitu saja, dia cinta pertamaku. Bahkan, kami sama-sama memutuskan untuk bersama saat aku lulus nanti. Setelah lulus, aku melamarnya. Dia pun menerimanya, tetapi ... Nadia menghancurkan segalanya." Lirih Darren.
"Apa kamu menyesal punya mereka?" Tanya Recky dengan menatap mata sang anak dengan sorot yang tajam.
Darren tersenyum, tangannya membelai kepala putranya yang baru dia ketahui ternyata Gibran tertidur akibat timangannya.
"Tentu saja tidak, dia bagian dariku. Bagaimana bisa aku menyalahkan mereka atas kesalahan kami?" ujar Darren.
Recky mengembangkan senyumnya, jawaban Darren membuatnya tenang. Jujur saja, Recky takut putranya menyalahkan si kembar atas kesalahan di masa lalu. Namun, tampaknya Darren mempunyai pola pikir yang baik.
***
Singkat nya, Gibran di perbolehkan pulang. Setelah dirinya membuat drama yang menyebabkan Darren memutuskan untuk pulang.
Darren memutuskan untuk rawat jalan, Dimas yang akan mengurus waktu terapi anak sahabatnya itu.
"Becok dedek pokokna mau ikut acalana! dady halus ikut pokokna! anak daddy itu dedek cama abang, bukan kotak itu!" Ketus Gibran memberi sindiran pada Darren yang sedang mengerjakan pekerjaannya di laptop.
"Kalau daddy gak kerja, kamu memangnya mau gak minum susu huh? ganti air beras mau?"
"Ya-ya nda bica lah cucu dedek di ganggu dugat! pokokna becok daddy halus ikut! kalau daddy nda ikut dedek .... mogok makan catu bulan!"
"Eh janan deh, ental lapel dedek. Catu hali! pokokna, awas aja daddy ingkal plomis!". Celoteh Gibran meralat ancamannya sendiri.
Gabriel memutar bola mata malas setelah mendengar perkataan adiknya itu, sedangkan Darren terkekeh gemas.
"Iya, yang serba pokoknya deh," ujar Darren.
______
Authornya kemana nih kemarin gak up😂😂😂, maaf yah kemarin ada acara pulang udah jam 11 malem sudah ngantuk saya💆♀️💆♀️.
Jadi sebagai gantinya hari ini triple up oke🥳🥳🥳.
Oh ya, author mau kasih tau kabar. Entah gembira atau membingungkan.
Masa yah, karya author yang I'm coming daddy di jadiin AUDIOBOOK dong😭😭😭.
Author sempet mikir, gimana kalau ada scene si Revin sama si Reynan. Apa perlu anak kecil atau gimana😭😭😭
Kalian yang sering denger audiobook, mau tanya nih. itu satu orang apa banyak orang yang bersuara😭😭