NovelToon NovelToon
GAIRAH CINTA CEO DAN BALLERINA

GAIRAH CINTA CEO DAN BALLERINA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Single Mom / Nikah Kontrak / Beda Usia / Sugar daddy
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Aksara_dee

Novel ini adalah Sequel dari Novel ANTARA LETNAN TAMVAN DAN CEO GANTENG, cinta segitiga yang tiada akhir antara Cindra, Hafiz dan Marcelino.

Cinta Marcel pada Cindra boleh dikatakan cinta mati, namum cintanya harus terhempas karena kekuatan Cinta Cindra dan Hafiz. Akhirnya Marcel mengaku kalah dan mundur dalam permainan cinta segitiga tersebut.

Karena memenuhi keinginan anak-anaknya, Marcel dijodohkan dengan Namira (Mira) yang berprofesi sebagai Ballerina dan pengajar bahasa Francis.
Kehidupan Namira penuh misteri, dia yang berprofesi sebagai Ballerina namun hidup serba kekurangan dan tinggal di sebuah pemukiman kumuh dan di kolong jembatan, rumahnya pun terbuat dari triplek dan asbes bekas. Namira yang berusia 28 tahun sudah memiliki dua orang anak.

Apakah akan ada cinta yang tumbuh di hati Marcel untuk Namira, atau Namira hanya dijadikan pelampias gairahnya saja?
Yuk, ikuti kisah Cinta Marcel dan Namira.

Jangan lupa untuk Like, share, komen dan subscribe ya..Happy Reading🩷🩷

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17. Hukuman

Selesai meredakan detak jantungnya di toilet, Namira mendekati Marcel yang masih duduk di sofa sambil mengetik sesuatu di ponselnya.

"Tu-tuan, aku pulang dulu" Cicit Mira

Marcel menepuk sofa, agar Namira duduk di sampingnya. Dengan langkah ragu Namira mendekati Marcel dan perlahan duduk di samping Marcel dengan menjaga jarak, karena degup jantungnya sedang tidak beraturan.

"Oke, atur saja bagaimana baiknya kamu, Ren" suara Marcel mengakhir panggilan di ponselnya.

Marcel menggeser posisinya hingga mereka duduk begitu dekat.

"Terima kasih makan siangnya, sayang. Setelah ini apa kegiatanmu?" Marcel menarik tangan Mira dan mengecup punggung tangan wanita itu.

"A-aku mau pulang setelah itu mengecek kebutuhan di sanggar seperti yang anda perintahkan tadi pagi" Ucap Mira

"Besok akan banyak tamu, kamu ada usul mau konsepnya seperti apa? besok mama juga datang"

"M-mama? Lalu bagaimana kalau mama tahu aku tinggal di sana, apa yang harus aku jawab?" Namira tergugu

"Jawab seperti yang aku bilang kemarin"

"Engga.." Belum selesai Mira menjawab, tiba-tiba ponsel Mira berdering. Tertera nama Bram di layarnya, Marcel langsung merebutnya.

Pria itu langsung mematikan panggilan Bram, bunyi panggilan berdering lagi dengan penelpon yang sama. Marcel langsung melempar ponsel Mira.

"Tuan!" mata Namira terbelalak.

Marcel mendekatkan wajahnya pada Namira, menarik pinggang wanita itu hingga tidak berjarak dengannya.

"Aku tidak suka diganggu di saat seperti ini" Suara dan tatapan dingin mendominasi. Mira terkejut dengan perubahan sikap Marcel yang tiba-tiba seperti seorang yang kejam. Baru beberapa menit lalu dia merasakan kehangatan seorang Marcel, sekarang pria di depannya ini seolah siap menerkamnya hidup-hidup tanpa ampun.

Marcel menaikan dagu Namira dengan jarinya, menatap wajah Namira begitu lekat, matanya, hidungnya dan mata Marcel turun pada bibir ranum gadis di depannya. Lama Marcel menatap bibir nan menggoda itu, dia ingin melakukan sesuatu di sana, tapi dia menahan diri sekuat tenaga.

"Jangan pernah menerima teleponnya lagi" Aroma mint dari mulut Marcel mengganggu kesadaran Namira

"Kenapa tidak boleh" jawab Namira menantang dan berani

"Aku tidak suka" suara Marcel sedikit berat dan dingin

"Aku ada urusan dengannya" pertahanan Marcel runtuh, akhirnya dia melumat bibir ranum di depannya, menuntut dan lama.

Mata Namira terbelalak, tangannya reflek memukul dan mendorong dada Marcel. Namun lelaki itu sudah kesetanan, bukannya melepaskan malah lebih menuntut. Namira merasa helpless, karena Marcel mengunci tubuhnya.

Ceklek ! "Marcel, aku kira.." Suara seseorang yang baru saja masuk menghentikan tindakannya pada bibir Namira, kesempatan Namira mendorong dada Marcel dengan kuat.

Dua orang Lelaki itu membeku saat tatapan tajam dan dingin Marcel mengintimidasi mereka.

Namira bergegas beranjak dari duduknya dan memunguti ponselnya yang berantakan. Tanpa pamit Namira berlari keluar dari ruangan Marcel

"Kemana etika kalian, tidak bisakah mengetuk pintu dulu?" tanya Marcel pada kedua orang sahabatnya.

"S-siapa dia?" Tanya Edward

"Apa wanita itu yang membuatmu tersipu tadi pagi?" tanya Abraham

"Sorry bro, kami menganggu waktu spesial kalian. Aku pikir kamu hanya sendiri" ucap Edward

"Apa sekretarisku tidak bilang, aku sedang tidak bisa di ganggu?" Wajah Marcel terlihat kesal, dalam hatinya dia gelisah khawatir Namira semakin menjauhinya.

"Sekretarismu? Bro ini jam istirahat mungkin dia sedang makan siang. Jangan marahi dia" Abraham menenangkan hati sahabatnya.

Tanpa diminta mereka sudah duduk di depan Marcel dengan tatapan dan senyuman menggoda.

"Kenapa dia langsung pergi, kenapa tidak kamu kenalkan dengan kami?" Tanya Edward

"Aku sedang memberinya hukuman" Lirih Marcel nyaris tidak terdengar.

"Siapa dia, Cel. Aku tidak pernah melihat dia berada di sekitar kamu selama ini?" tanya Abraham

"Kalian ke sini tujuan apa, kalau untuk membahas masalah pribadiku lebih baik kalian keluar!" Jawab Marcel tegas.

Entah apa perasaan Marcel saat ini, dia merasakan jantungnya berdebar kencang saat berdekatan dengan Namira, tapi pikirannya denial. 'Mungkinkah aku bisa jatuh cinta lagi?' tanya Marcel dalam hati.

Di dalam taksi online Namira melamun, matanya menunduk ke bawah, jemarinya dia remas, batinnya bergejolak, antara mengakui dan menepis perasaanya.

"Bibirku gemetar gugup tak menentu, saat jemarimu mengangkat daguku, bibirmu menghapus nada protesku tanpa ampun, tak berjeda. Aku pasrah, pikiranku tersesat dalam tanda tanya, mengapa kupu-kupu menari di atas perutku, jantungku pun kembali berdegup tak beraturan menahan gejolak dari dalam, apa ini yang dinamakan jatuh cinta? " Namira bermonolog dalam diam.

Saat memasuki gerbang rumahnya, Namira dikejutkan dengan suara wanita yang memiliki outlet peralatan Ballet bermerk, dia Reni.

"Namira, maaf aku tidak tahu nomer ponselmu. Jadi aku langsung ke sini tanpa memberitahumu" Ucapnya dengan suara renyah

"M-maaf ka Reni aku baru habis dari luar, ada yang bisa aku bantu ka Reni?" jawab Namira terbata dan sopan. Jika tidak ada tamu, Sebenarnya Namira ingin ke kamar meredakan perasaanya yang bergejolak.

"Iya aku perlu bantuan mu untuk acara besok, pembukaan sanggar balletmu" jawab Reni sambil memperhatikan bibir Namira yang bengkak.

"Apa kamu baru saja dapat hukuman dari sepupuku, Namira?" tanya Reni lagi.

"Hah?! Apa ka?" Namira kaget dan bingung

"Ahh sudahlah, maaf jika dia sedikit kasar. Tapi dia sangat baik" Reni menarik pergelangan Namira sambil berjalan menuju gedung di sebelah rumahnya Marcel

"Jadi ini toh sanggarnya, sangat luas. Kukira cukup untuk murid 50 orang per pertemuan" mata Reni mengelilingi ruangan yang sudah diisi dengan peralatan ballet dan pole dance.

Namira tercengang, karena baru hari ini dia masuk ke ruangan ini. Ruangan yang mirip aula awalnya. Dia tidak menyangka kalau Marcel begitu serius mempersiapkan sanggar untuknya.

"Ka Reni, kurasa ini terlalu berlebihan. Karena muridku hanya tiga orang. Jadi ruangan seluas ini lebih cocok untuk balai pertemuan" Namira berusaha jujur apa adanya.

"Siapa bilang muridmu hanya tiga orang, anak-anak relasiku akan berlatih di sini juga. Kamu akan memiliki murid yang banyak Namira" Jawab Reni

Namira kaget dan wajahnya tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "M-maksud Kaka?"

"Aku sudah membuat iklan akan dibuka sanggar di sini, dan ternyata antusias murid-muridku sangat baik. Mereka mau bergabung di sini"

"Apa tuan Marcel tahu?"

"Dia sudah tahu, dan dia menyerahkan semuanya padaku, dia minta aku membimbingmu, Namira" Jawabnya antuasias

"B-baik ka Reni" terpaksa Namira mengiyakan.

"Ibu, saya Aini dari Nusantara event organizer. Permintaan Tuan Marcel untuk mendekor hari ini. Bisa kami mulai ibu?" Ucap Aini

"Ok, Aini silahkan di dekor ruangan dan taman di sana ya!" Jawab Reni.

Namira segera memutar otaknya agar bisa membantu untuk acara besok, dia ingat-ingat lagi pelajaran yang pernah diberikan Mamy Hellen jika terlibat dalam pesta besar para konglomerat.

"Ka Reni, bisa minta rundown acaranya? Agar aku tahu apa saja yang dibutuhkan" Tanya Namira

"Oh iya ada, sebentar" jawab Reni

Namira membaca kertas yang baru saja diberikan Reni, dia langsung bergerak mengatur ini dan itu bersama team EO.

Reni memperhatikannya dari jauh. Segala yang diatur dan pemilihan dekorasi yang Namira pilih, peralatan makan mewah yang dipilihnya, semua dengan detail Mira pastikan yang terbaik, dan Reni memperhatikan itu.

"Marcel, kali ini wanitamu sangat tepat untuk keluarga kita" Reni bergumam dengan senyum bahagia.

Waktu sudah menjelang malam saat semua dekorasi sudah tertata indah. Spinning pole dan static pole juga sudah di dekorasi dengan indah.

Reni mengagumi semua penataan yang diinginkan Namira, sangat cocok dengan seleranya bahkan selera keluarga besarnya.

"Ok, Namira sudah malam, aku puas dengan pekerjaanmu hari ini. Tidur awal ya sayang, besok pagi sekali ada MUA untuk meriasmu" Reni masuk ke mobil mewahnya dengan mengemudikannya sendiri.

"Baik ka Reni, terima kasih untuk hari ini" Namira melambaikan tangannya saat mobil Reni mulai berjalan.

Namira memasuki kediamannya dengan tubuh lelah, dia sampai belum melihat anak-anaknya hari ini.

Namira masuk ke kamar anaknya satu persatu, memberikan kecupan hangat dan merapihkan selimut Ilyas yang tidurnya tidak bisa diam.

"Nyonya, tadi tuan telepon menanyakan kabar Nyonya, dan ada kiriman baju untuk nyonya dan anak-anak"

"Baik mba Idah, terima kasih informasinya" Namira sudah lelah tidak ada tenaga lagi untuk ngobrol.

Namira masuk ke kamarnya, di atas kasurnya tergeletak kotak besar berwarna pink dengan pita berwarna maroon. Dengan penasaran Namira membukanya.

Sebuah baju pesta indah seperti gaun Cinderella dengan tali spageti tipis untuk menghias bahunya. Namira membayangkan jika baju itu akan membuat penampilannya indah.

Setelah membersihkan diri, Namira segera pergi tidur, hari ini begitu sepi tanpa pesan singkat dari Marcel maupun Romeo karena ponselnya Namira mati total. Wanita itu langsung terlelap.

Jam sepuluh malam Marcel baru pulang dari kantornya, saat dia masuk kamar Namira sudah tidur. Namun wanita itu tidak lupa menyiapkan baju tidur suaminya dan juga ramuan herbal di dalam mug termos dengan di tempeli sticky note.

"Sebelum tidur minum teh camomile ini dulu tuan, agar tidur anda lebih nyenyak"

Marcel mendekatkan wajahnya ke wajah istrinya, dan mengelus lembut bibir yang membengkak karena ulahnya tadi siang, "Terima kasih sayang atas perhatianmu padaku"

1
Aksara_Dee
,💔💔
Yuningsih
🥹🥹
Aksara_Dee
Cemburu kayaknya 😁
Su Narti
kenapa Kalila jadi anak yg egois
Dian Hasanah
bagus ceritanya
Aksara_Dee: terima kasih like nya ka 🩷
total 1 replies
Mega Labaru
semakin menarik
Aksara_Dee: semangat ka, terima kasih sudah mampir
total 1 replies
Mega Labaru
menarik
Mega Labaru
ikutan baper
Mega Labaru
semakin menarik
Mega Labaru
menyentuh
Mega Labaru
muli
Mega Labaru
mulai
Mega Labaru
lanjutkan
Aksara_Dee: Siap Kaka
total 1 replies
Mega Labaru
bagus
Yuningsih
🥲 kasian Namira
Yuningsih
😂😂 udah tahu bau,pake di cium segala mir, segera lah mandi biar wangi
Aksara_Dee: wkakaka
total 1 replies
Aksara_Dee
terima kasih ka
Aksara_Dee
berbunga-bunga ka..hahaha
Yuningsih
Hahaha, kamu lucu thor,Tapi, aku rasa cinta tidak bisa diukur dengan riba atau tidak. Cinta adalah sesuatu yang murni dan tulus ☺️
Yuningsih
hahaha,aku ngakak baca nya😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!