NOVEL NUANSA BARAT‼️
"Jodoh putriku ada diantara kedua putramu." Itu kalimat terakhir yang dikatakan Verharg kepada Johan sebelum meninggal.
Leah Gracella, setelah kematian kedua orang tuanya ia diangkat menjadi bagian dari keluarga bangsawan Royce. Johan meyakini apa yang dikatakan Verharg, sehingga setelah Leah dewasa ia menjodohkan nya dengan putra sulung yaitu Austin Royce.
Johan sudah yakin pilihannya tepat. Namun tanpa sepengetahuannya suatu hal besar telah terjadi, Leah terlibat one night stand dan diam-diam tengah mengandung anak dari putra kedua Johan yaitu Alister Royce.
Lalu bagaimana anak itu? bagaimana hubungan mereka?
.
SIMAK KISAH SELENGKAPNYA>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24
Austin segera mengenakan pakaiannya, tak peduli lagi dengan Cassie atau apapun, yang ada dipikirannya kini hanya Leah. Menyusul wanita itu.
"Kau akan meninggalkan rapat penting? beberapa menit lagi akan dimulai." Ujar Alister.
"Minggir!." Austin melewati tubuh adiknya, pria itu melangkah pergi menuju lift untuk menyusul Leah. Jantung Austin tak karuan, ia panik juga cemas.
Chris yang menyaksikan kejadian barusan menghela nafas berat. Walaupun ia sudah tahu duluan tetap saja ini begitu mengejutkan. "Huh! Hatiku jadi berat begini, apa Leah akan baik-baik saja?."
Alister tak menjawab, ini yang diinginkannya dari jauh hari. Membiarkan Leah mengetahui tindakan kotor kakaknya dengan mata kepala sendiri. Hancurnya hubungan yang ia dambakan telah tiba, namun membayangkan bagaimana suasana hati Leah saat ini cukup menikam hati Alister seolah digerogoti luka memar yang dalam.
"Suruh Han untuk memantau Leah." Lirih Ali.
"Baiklah." Chris menghubungi Han untuk menjalankan tugas baru.
Saat ini Austin tidak mungkin bisa memimpin rapat, Ali melihat sekeliling ruangan itu. Kedatangannya ke sini adalah untuk mengambil berkas penting yang akan dibawanya ke istana kenegaraan, tidak mungkin Alister menggantikannya juga. "Tsk, merepotkan!."
"Willy sekretarisnya akan segera tiba, aku sudah menghubunginya. Jadi tuan tidak perlu repot-repot mengurus rapat." Gercep Chris.
"Baiklah." Alister mengambil berkas yang telah disiapkan, setelah itu ia melangkah untuk pergi menyelesaikan urusannya di istana kenegaraan.
Setibanya di parkiran, Austin mencari-cari mobil Leah. Ia tak mempedulikan orang-orang yang melihat dan bertanya keadaannya. Austin semakin frustasi saat mobil Leah sudah tak ada di sana.
Pria itu terus menghubungi Leah yang tak menjawabnya sama sekali. "Tolong angkat Leah!."
"Leah.."
Banyaknya panggilan tak diangkat sama sekali, bahkan kini handphone Leah tak aktif.
"Aaarrgh, sial!!."
Kemungkinan besar Leah masih tak jauh dari perusahaan, Austin segera masuk mobil untuk mencari dan menyusulnya dengan kecepatan tinggi.
Sementara itu.
Setelah menonaktifkan handphone, Leah menghentikan mobilnya di pinggir jalan sepi yang menghadap pada pantai. Ia ingin sendiri tanpa diganggu siapapun.
Tatapan Leah kosong menatap jauh ke depan. Setelah melihat pengkhianatan yang dilakukan Austin cukup membuat dirinya terkejut syok sampai tak bisa berkata apa-apa.
Walaupun Leah belum sepenuhnya menaruh hati pada pria itu tetap saja Leah menyayangi Austin karena sudah akrab dari kecil. Kepercayaan, kebersamaan, kenangan yang telah dibangun semuanya terasa runtuh.
Itulah yang membuat Leah hancur.
Hatinya berat bak ditikam pisau, namun anehnya air mata Leah tak keluar sedikitpun. Ia masih berharap ini mimpi tapi itu tidak mungkin semuanya kenyataan.
"Kenapa harus melakukan ini Austin? jika kau menyukai Cassie kenapa tidak bilang dari awal!." Leah marah, kesal, tak paham, semuanya campur aduk. Sedangkan empat hari lagi pesta pertunangan mereka diadakan.
"Ah apa yang harus ku lakukan? aku tak mau pulang ke rumah." Leah menunduk menyenderkan kepalanya pada stir mobil. Kepalanya pusing, hatinya berat, ingin menangis pun air matanya tak keluar. Sangat menyiksa tertahan di leher.
Kotak putih yang berisi berkas dari ketua Jay masih ada di sampingnya. Saking syoknya, bukannya meletakkan kotak itu, Leah malah membawanya kembali. Menyadari itu rasanya Leah ingin berteriak. "Aaarrgh! kau bodoh sekali Leah? terus ini gimana? aku tak mau bertemu Austin."
Jika tahu begini padahal tadi berikan saja pada Chris atau Alister, berkas itu katanya penting juga untuk dibawa ke istana kenegaraan.
Leah meremas kuat rambutnya. Berurusan dengan mereka rasanya benar-benar menyiksa.
Leah terdiam, jika saat ini ia tak mau bertemu Austin hanya satu orang yang bisa ia andalkan untuk menerima berkas. "Alister.."
"Aku butuh minum untuk tenang, aku cukup malu bertemu dengan direktur Ali. Pasti pria arogan itu menertawakan nasibku setelah ikut menyaksikan kejadian yang memalukan seperti tadi."
iseng2 krna bosen aku coba buka lg eh ktmu novel author yg ares sm naomy kok bagus akhirnya aku liat2 karyanya dan untuk bacaan yg ke 2 aku pilih yg leah alister ini, emg dasarnya aku sk novel dg latar LN ah sprtinya aku bklan candu untuk bc karya author yg lain
semangat thor salam kenal kau pantas dpt 🎁