NovelToon NovelToon
Balas Dendam Psikopat

Balas Dendam Psikopat

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Misteri / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Maurahayu

Cintia tumbuh di lingkungan yang penuh luka—bukan cinta yang ia kenal, melainkan pukulan, hinaan, dan pengkhianatan. Sejak kecil, hidupnya adalah derita tanpa akhir, membuatnya membangun dinding kebencian yang tebal. Saat dewasa, satu hal yang menjadi tujuannya: balas dendam.

Dengan cermat, ia merancang kehancuran bagi mereka yang pernah menyakitinya. Namun, semakin dalam ia melangkah, semakin ia terseret dalam kobaran api yang ia nyalakan sendiri. Apakah balas dendam akan menjadi kemenangan yang ia dambakan, atau justru menjadi neraka yang menelannya hidup-hidup?

Ketika masa lalu kembali menghantui dan batas antara korban serta pelaku mulai kabur, Cintia dihadapkan pada pilihan: terus membakar atau memadamkan api sebelum semuanya terlambat.
Ikuti terus kisah Cintia...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maurahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 1 AWAL MULA.

Angin kencang berhembus di pantai yang sunyi, mengiringi suara ombak yang samar-samar terdengar di kejauhan. Di sebuah rumah kecil yang sederhana dan usang, bau garam lembap tercium kuat, memenuhi ruangan yang sempit.

Di sudut ruangan, seorang anak kecil duduk meringkuk, menahan tangis yang menggoyangkan bahu kecilnya. Matanya merah dan berair, mencerminkan kesedihan dan kehilangan.

Cahaya senja yang lembut menerobos melalui jendela kecil, menerangi wajah polos anak itu, menambahkan kesan kesepian dan kerentanan. Suasana di rumah itu sunyi dan menyedihkan, seolah-olah angin dan ombak juga merasakan kesedihannya.

Plak! Suara keras terdengar ketika Adiman menampar Cintia, gadis kecil berusia 9 tahun yang menahan tangis.

"Dasar anak tidak tahu diuntung!" bentak Adiman dengan wajah merah padam. "Dengar tidak?!"

Cintia merasakan sakit yang sudah biasa dialaminya. Tendangan dan tamparan dari Ayahnya sudah menjadi rutinitas sejak ibunya meninggal ketika dia berusia satu tahun.

Sekarang, Cintia berusia 9 tahun dan masih terus merasakan siksaan itu.

"Maaf, ya..." ucap Cintia dengan suara tertahan dan bergetar.

Adiman marah lagi dan menendang Cintia sekali lagi.

"Makan!!" teriaknya dengan emosi yang membuncah.

Dengan susah payah, Cintia bangkit dan berjalan terhuyung-huyung menuju meja makan. Badannya penuh lebam dan sakit, tapi dia tetap berusaha untuk tetap positif.

"Ayah seperti ini karena Ayah sayang," batin Cintia. "Ayah tidak mau aku kelaparan."

Cintia memandang Ayahnya dengan mata yang berair, berharap ada sedikit kasih sayang di balik kekerasan itu.

Dengan lemah, Cintia duduk di meja makan dan memulai makanan sederhana yang telah dia masak sendiri. Sejak kecil, dia terbiasa mandiri, menghadapi kenyataan hidup yang pahit.

Semua ini berawal sejak ibunya meninggal. Adiman, ayahnya, berubah menjadi pribadi yang kasar dan kejam. Cintia harus belajar mengurus dirinya sendiri, termasuk memasak.

Masakan seafood menjadi menu utama mereka karena kedekatan rumah dengan pantai. Cintia terbiasa mengolah berbagai jenis seafood seperti ikan, udang, dan kerang.

Saat makan, Cintia tidak bisa menikmati masakannya. Dia terus memikirkan mengapa ayahnya bersikap kejam padanya.

Tangisnya tertahan, dan dia berusaha menelan makanan yang hambar itu. Namun bagaimanapun dia berusaha, dia tidak bisa memakan makanan itu.

Meskipun hidup di pesisir pantai, Cintia menyimpan rahasia pahit. Setiap kali mengonsumsi olahan laut seperti udang, ikan atau kepiting, kulitnya bereaksi secara ekstrem.

Gatal yang tak tertahankan, rasa sakit yang menghantam dan bintik-bintik merah yang menjalar, menambah penderitaan Cintia.

Siksaan fisik dan emosional yang dialaminya semakin memburuk karena ayahnya, Adiman, terus melakukan kekerasan.

Cintia merasa terjebak dalam kesengsaraan yang tak berakhir. Dia hanya bisa menerima nasib dengan pasrah, tanpa kekuatan untuk melawan atau membela diri.

Kehidupan Cintia terasa seperti beban berat yang tak terangkat.

"Masih tidak mau dimakan?!" teriak Adiman, emosinya membuncah. Tendangan bertubi-tubi membuat Cintia tersungkur jauh ke lantai, piring dan lauk berserakan.

"Kalau kamu seperti ini, saya tidak akan membawa hasil laut lagi!" Adiman mengancam.

Cintia kecil menangis, kondisinya memilukan. "Maaf, yah..."

Adiman mengusap wajahnya, kenangan pahit muncul. Istri tercintanya, Irma, meninggal dalam kecelakaan di bukit jurang dekat rumah mereka. Mereka sedang berhiking bersama Cintia yang baru berusia satu tahun.

Irma terjatuh saat menyelamatkan Cintia yang merangkak terlalu dekat dengan tepian jurang. Kenangan itu terus menghantui Adiman.

"Hah! Hanya maaf yang kamu ucapkan, tapi kamu selalu seperti ini! Saya benci kamu! Kamu bukan anak saya!" Adiman meledak.

Cintia terguncang, air matanya mengalir deras. Dia tidak mengerti mengapa ayahnya membencinya.

Sejak saat itu, Adiman benar-benar membenci Cintia. Rasa kesal dan dendam menghantui hatinya. Meskipun Cintia adalah darah dagingnya sendiri, Adiman tidak bisa memaafkan anaknya karena merasa bahwa kehadiran Cintia adalah penyebab utama kematian Irma, istri tercintanya.

Rasa bersalah dan kesedihan yang mendalam membuat Adiman menyalahkan Cintia atas kejadian tragis itu. Dia tidak bisa melihat Cintia tanpa merasa sakit hati dan marah.

Kebencian Adiman terhadap Cintia semakin mendalam seiring waktu, membuat hubungan ayah-anak mereka semakin retak.

"Maaf yah hiks.." ucap Cintia masih dengan kondisi yang memilukan Cintia berusaha untuk mendekat ke arah sang Ayah mengesot-ngesot dilantai dingin. Badan yang terus bergetar.

Cintia berusaha menggenggam tangan sang Ayah, bentuk pengampunan dia karena sudah membuat sang ayah marah.

BUGH!

Tendang Adiman pada akhirnya, membuat tubuh Cintia mental kebelakang.

"Semakin kamu seperti ini, semakin saya benci kamu!!" ucap Adiman masih tersulut emosi.

BRAK! Suara pintu yang terbanting kencang, membuat rumah ikutan bergetar. Adiman keluar, dia sudah tidak tahan melihat Cintia darah dagingnya.

Seperginya Adiman, Cintia tergletak dilantai masih dengan kondisi yang memilukan. Darah yang berkecucuran dari telinga dan hidung, kulit badan yang sudah keluar bintik-bintik merah. Dan rumah kecil yang seperti kapal pecah.

Kondisi yang seperti itu sudah sering terjadi, setiap hari dan pada akhirnya Adiman yang keluar dari rumah, dan kondisi Cintia yang terbaring pingsan dilantai yang dingin dan lembab.

Tapi sebelum pingsan Cintia selalu berharap akan semua hal baik terjadi mendatang.

"Cintia harap ayah sayang sama Cintia." ucapnya mengingat perlakuan yang Adiman lakukan.

"Cintia sayang ayah."

"Cintia juga rindu ibu."

"Cintia ingin menyusul ibu yang sudah bahagia dilangit, tapi Cintia juga sayang sama ayah, Cintia tidak mau ninggalin ayah sendirian."

"Bu, apakah boleh Cintia berharap. Suatu saat nanti ayah bisa sayang ke Cintia, ayah yang menyaingi putrinya bu. Ayah yang jadi garda terdepan Cintia suatu saat nanti."

BERSAMBUNG.

Next episode.

Cintia terbangun dari pingsan nya, ntah sudah berapa lama Cintia tertidur dilantai yang dingin kotor, lembab.

Hal pertama yang dia lakukan ialah, keluar memotong lidah buaya yang ada diteras rumah. Kenapa lidah buaya ? Karena cuma itu yang bisa Cintia lakukan ketika kondisi dia seperti sekarang ini, kulit yang masih gatal, badan yang masih sakit-sakit penuh luka dan darah.

Disaat Cintia sedang fokus mengobati luka demi luka, dan dengan susah payah ia meraih bagian belakang punggung yang itu memang amat sangat susah untuk tangan semungil Cintia.

Shhh...

"Sedikit lagi," ucap Cintia masih berusaha meraih bagian belakang.

1
Apin🐦🚬
done mampir tante
𝐫𝐚.: Thanks Alvin.
total 1 replies
MissHalu🐌🐢
bisa gak Cintia kamu jangan ngejar dendam, aku takut kamu terluka dan luka itu lebih besar dari luka yg pernah kamu rasakan sebelumnya 😔
MissHalu🐌🐢
tidak ada kata terlambat untuk lebih baik dari kemarin
Jeje
Balas dendammmmm
MissHalu🐌🐢
Cintia.. kamu sibuk dengan rencana balas dendam mu,tanpa kamu pikirkan bagaimana masa depan mu🥺
𝐫𝐚.: Cintia bilang "Masa depanku, balas dendam ku." 💃🔥
total 1 replies
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
kq serem ya, kira kira siapa yg di balik pesan anonim it
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
wajarlah Cintia berfikiran begitu ttg Luna, Krn dya yg SDH membully Cintia, pasti berbelas di hati dan ingatannya Cintia.
tetel semangat ya Cintia
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩: terbawa ke novel author 🤣
𝐫𝐚.: Tetep semangat untuk Kak Sakura, semoga jantung aman sampe tamat 🙏🥲😂
total 2 replies
MissHalu🐌🐢
Cintia 😔

jadi Mak yg merasa takut tauuu
🌸 Yaya Gea ʕっ•ᴥ•ʔっ✿࿐
aku mampir Thor 😊
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
Cintia berusaha iklas it lebih baik, kl km bales sama aja km sprti dya.
ambil hikmah dari kejadian dlu. it yg membuat km bertahan smpe skg
MissHalu🐌🐢: ya setuju... karna perasaan dendam sebenarnya akan mencelakakan diri sendiri
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩: aq terbawa suasana dalam novel author 🤣
total 3 replies
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
knp g berdamai dengan keadaan aja Cintia, hilang dendammu walaupun sakit bgt
MissHalu🐌🐢
ternyata mimpi..
sebenarnya Cintia mimpi mu adakah gambaran yg terjadi kelak,rasa luka yg membawa dendam dan rasa dendam yg akan membawa celaka
MissHalu🐌🐢
cuma bisa menghela napas atas sikap Cintia 😔
MissHalu🐌🐢
lanjutkan /Determined//Determined//Determined/
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
Cintia berdamai dengan keadaan ya biar hidupmu tenang
MissHalu🐌🐢
hahh makin di pendam rasa dendam mu makin terdorong kamu buat kelakukan yg tak seharusnya kamu lakukan Cintia 😔 aku tau masalalu mu teramat sakit tapi dengan begini pun akan menambah rasa sakit mu🥺
MissHalu🐌🐢
bingung mau komen apa, ini menurut Mak nih ya.. kalo Cintia kaya gitu terus yg ada kamu hanya nyakitin diri kamu sendiri
MissHalu🐌🐢
🥺
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
ada apa dgn Araf?
apa sakit thor
marrydiana
keren, semangat thorr
mampir juga ya di cerita aku
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!