NovelToon NovelToon
MELINTASI DUA DUNIA

MELINTASI DUA DUNIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Cinta Beda Dunia / Iblis / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:474
Nilai: 5
Nama Author: Putri Karlina

Hai..
Namaku Ziqiesa. kalian bisa memanggilku dengan sebutan,Zi. Aku seorang gadis cantik yang masih erat kasih sayang dari Ayah dan Ibuku. suatu hari aku tersesat ke dunia yang tidak aku ketahui. dan kasih-sayang itu masih sama adanya, tapi seakan terputus karena jarak kami yang tidak dapat di ketahui.

Aku,ingin mengajak kalian untuk ikut menemani perjalanan ini, sampai kembali pada pangkuan Ayah,dan Ibuku. bagaimana? kalian mau kan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17.Ruangan Asing

Selesai makan Zi mencoba duduk di kursi yang di duduki oleh Muchen sebelumnya. Sambil mengingat posisi pintu rahasia yang bisa mengantarkan Zi pada Raja tersebut.

"Nah,itu dia!" Pekik Zi saat menemukan pintu rahasia tersebut. Zi, segera berdiri dari duduknya dengan senyuman manis mengambang dengan baik.

Melangkah lebar menuju bingkai pintu rahasia yang berada di sebelah kiri dari sisi Barat dan segera masuk ke dalam saat pintu otomatis itu terbuka lebar untuknya.

Berjalan sambil memegang sudut gaun. Zi, celingukan ke kiri dan ke kanan,takut akan ada sosok menyeramkan yang muncul begitu saja, seperti sosok dua iblis yang tadi di lihatnya.

Sebenarnya bukan itu alasan utama gadis itu celingukan. Tapi,di sepanjang lorong yang panjangnya ber mil-mil itu, terpampang pajangan bunga indah, ornamen mewah seperti teko-teko kecil yang terbuat dari kaca yang berkilauan,ada juga tulisan-tulisan kuno yang kurang Zi pahami,dan masih banyak lagi hiasan yang bergelantungan di sisi kiri dan kanan yang menyambut kedatangan Zi. Itu,baru di lorong dan belum sampai ke ruangan Muchen,jika sudah sampai pasti akan jauh lebih mewah lagi dari pada ini.

"Persis seperti cerita dongeng yang Ayah bacakan untukku. Keindahannya, kemewahannya, keajaiban yang benar-benar terjadi,dan ini bukan lagi dongeng yang Ayah bacakan, tapi ini kenyataan,dan aku merasakannya sendiri." Batin Zi terus melangkah maju, menyusuri lorong panjang tersebut.

Setelah berjalan cukup lama dan entah berapa jam lamanya. Akhirnya Zi sampai di sebuah pintu yang di berukir klasik kuno,dan itu sungguh luar biasa cantik di mata,Zi. Sama seperti pintu lainnya, pintu yang menjulang tinggi ini juga terbuka lebar dengan sendirinya.

Zi,masuk secara perlahan,dan Zi menelan ludahnya dengan susah payah, tenggorokannya terasa tercekat oleh kawat berduri, hampir sama rasanya saat akar tumbuhan berduri milik Algeria membelit tubuhnya saat itu.

"Kuatkan langkah,zi! Mereka semua adalah makhluk hidup dan sama sepertimu! Hanya saja mereka tidak sempurna dan secantik dirimu" Zi, tersenyum saat menyebut dirinya lebih cantik, lalu ia menarik napas dalam-dalam kemudian membuangnya secara perlahan, mengulangi perbuatan seperti itu beberapa kali sambil mengusap lembut dadanya.

Matanya tidak di buka lebar,dan kepalanya sedikit menunduk, berjalan menuju meja Muchen yang jauh di ujung sana. Makhluk seperti paus berwarna putih, matanya keemasan, mereka mempunyai tanduk emas tidak terlalu besar dan panjang, tanduk itu membuat kepala mereka seolah-olah mempunyai rambut dan tidak botak, apalagi gundul!

Gerakan lambat Zi di perhatikan oleh Muchen dari tempat duduknya. Tubuh Zi yang kecil berjalan seperti balita yang tengah menghampiri Ayahnya dengan malu-malu.

"Perhatikan langkah kakimu,nak!" teriak Muchen menggelegar saat Zi tersandung karpet merah yang menjadi jalur perjalanannya.

Makhluk-makhluk yang melayang itu, menghampiri Zi dan membantu dirinya untuk bangun. "Oh, Tuhan?!" Zi,menahan napasnya saat tangan pendek dan lembut mahluk itu menyentuh kulit tangannya,ada juga yang menarik kerah gaunnya dengan lembut, Zi, diangkat ke udara. Tidak lama, kemudian mereka menjatuhkan tubuhnya dengan sangat perlahan hingga kini Zi sudah berdiri di hadapan Muchen dengan kedua kakinya menatap kokoh di lantai.

"Yang mulia Raja." Zi, lakukan penghormatan terhadap Muchen.

"Saya terbang barusan, yang mulia?" kekeh Zi menghilangkan rasa kecanggungan yang mungkin saja akan terjadi jika dirinya tidak berbicara.

Muchen, tiba-tiba tersenyum mendengar ucapan asal dari Ziqiesa. "Apakah kamu menyukainya,nak?" suara Muchen begitu lembut di dengar, wajah tampannya juga berseri dapati,Zi, tertawa kecil melihat ke arahnya. Hati Muchen terasa menghangat!

"Te-tentu saja,yang mulia. Saya sangat senang, apakah mereka akan menyakiti saya yang mulia?" Zi, menatap ragu makhluk-makhluk itu yang kini tersenyum tipis menatap ke arahnya.

Muchen, terkekeh. Tangannya seperti menarik tubuh salah satu makhluk miliknya, hingga kini bertengger di pundaknya. "Tentu saja tidak. Mereka semua berada di bawah kendaliku, mereka juga yang membantu untuk menjaga keamanan di menara kastil ini." Sahut Muchen tanpa ragu. Suaranya tidak terdengar datar seperti saat Zi pertama kali bertemu di ruangan Graysen. Kini terdengar rendah, tegas,namun cukup lembut!

"Duduklah,nak! Apa yang kamu ingin katakan kepadaku? Sehingga kamu tidak memeriksa dua pintu ruangan yang sudah aku serahkan kepadamu dengan sepenuhnya?" Kini, Muchen berdiri dari duduknya dan melangkah ringan mendekati jendela,tirai jendela terbuka secara perlahan dan menampilkan pemandangan angkasa yang sangat luar biasa indahnya.

"I-itu, yang mulia Raja. Saya harus kembali ke rumah kaca, karena Graysen pasti akan salah paham kepada,Jusy." Ucap Zi mengungkapkan keinginannya tanpa adanya keraguan sedikitpun.

Munchen, mengerutkan dahinya, lalu menatap ke arah,Zi. "Siapa Jusy?" tanya Muchen masih dengan dahi yang berlipat.

Zi, terkesiap saat melihat ekspresi wajah Muchen yang seakan tidak tau siapa yang di sebutkan namanya. "Ah, pelayan yang mengurus kebutuhan Saya di rumah kaca, yang mulia." Ulas Zi, setelah berpikir sejenak.

"Hem. Setahuku anak itu tidak memiliki pelayan wanita. Tapi tidak apa-apa mungkin yang di katakan oleh anak ini adalah prajurit yang mungkin saja menyamar demi melindunginya." Batin Muchen.

"Oh, itu. Baiklah kamu bisa mengambil arah jalan ke pintu bagian sana. Tapi jika kamu ingin kembali ke ruangan tadi, kamu tinggal pejamkan mata kemudian berseru untuk ingin datang ke ruangan itu. Maka otomatis tubuhmu akan tersedot secara perlahan." Ucap, Muchen, menunjukkan arah jalan kembali ke rumah kaca.

"Terima kasih, yang mulia Raja. kalau begitu saya permisi, selamat malam." Zi lakukan penghormatan terlebih dahulu sebelum mengambil langkah untuk meninggalkan ruangan pribadi milik,Muchen.

Muchen, mengangguk. "Silahkan! Jaga langkahmu dengan baik,agar tidak kembali tersandung karpet dan terjatuh." Perhatian Muchen saat Zi hendak membalikkan tubuhnya menghadap ke arah pintu yang membawanya kembali ke kediaman Graysen.

"Baik, yang mulia Raja." Zi, menoleh ke arah Muchen sesaat, kemudian kembali fokus pada langkahnya yang kian menjauh dari meja,Raja, dari istana kerajaan Aestherlyn.

Saat pintu itu menutup secara perlahan, Zi, sempatkan untuk menoleh sekali lagi, namun ia tidak lagi menemukan apapun selain dari pintu yang bergerak perlahan dan menutup sepenuhnya. "Benar-benar ajaib. Ayah? Kalau saja Ayah berada disini pasti akan lebih seru,dan kita bisa berteriak bersama." Zi, tertawa mengingat Alger. "Setelah itu Ibu akan berteriak,'Zi,Ayah? Jangan tertawa lama-lama nanti sakit perut,' atau Ibu akan berteriak,'Zi, Ayah? Jangan ribut, mengganggu kesehatan telinga Ibu saja!' akan selalu seperti itu setiap kami melakukan tindakan yang membuat Ibu terganggu." Lirih Zi,masih tertawa kecil, sebelum tubuhnya terasa di sedot secara perlahan.

Zi, terdiam sejenak." Tunggu. Aku mendarat dimana? Ini bukan rumah kaca yang kemarin aku tempati." Zi, celingukan mengingat kembali terakhir kali ia meninggalkan ruangan rumah kaca. "Apa, Graysen, sengaja menggantinya agar tidak seperti itu-itu saja?" Batin Zi,dan ia mengangguk setuju.

Di depan mata Zi sudah terpampang bingkai pintu yang tingginya hampir sama dengan di ruangan Muchen, hanya saja interiornya cukup berbeda,jauh di bawah yang berada di menara kastil milik Raja itu.

Zi, melangkah ringan, mengangkat gaunnya agar kakinya tidak tersandung pakaiannya sendiri. Berbeda dari pintu Muchen, Zi, harus mendorongnya sedikit bertenaga agar pintu itu terbuka. Saat pintu terbuka Zi masuk secara perlahan,dan penuh kehati-hatian.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!