"Putuskan anak saya sekarang juga! Saya sudah menyiapkan sosok laki-laki yang lebih pantas buat dia daripada kamu yang hanya seorang montir."
"Maaf Pak, tapi anak anda cintanya cuma saya."
Satya Biantara, seorang pria yang hanya bekerja sebagai montir tiba-tiba malah di buat jatuh cinta oleh seorang gadis dari keluarga kaya, dia lah Adhara Nayanika.
"Mas Bian, kita kawin lari aja yuk!"
"Nggak ah capek, enak sambil tiduran."
"Mas Biaaaaannn!!"
Follow IG : Atha_Jenn22
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Jenn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Dhara menjauhkan bibirnya dari bibir Bian, gadis itu menunduk merutuki apa yang barusan ia lakukan.
"Mas Bian, makasih udah nganter, hati-hati kalau balik," ucap Dhara lalu buru-buru berjalan meninggalkan Bian yang masih terdiam, baru beberapa langkah Dhara putar balik mengambil kunci mobilnya yang di pegang Bhumi.
"Bhum, kaki gue rasanya kayak jelly Bhum," ucap Bian yang masih dengan posisinya.
"Astaga, si Dhara bisa banget bikin anak orang lemes begini," Bhumi terkekeh melihat muka Bian yang pucat.
"Jangan bilang kalau tadi first kiss lu Sat?" tanya Bhumi penasaran.
Bian pun hanya diam, pria itu menetralkan detak jantungnya yang tak karuan itu. Dan memang benar itu tadi first kiss Bian, pria itu memang beberapa kali pacaran tapi dasarnya anaknya yang terlalu polos atau gimana sampai ciuman bibir aja tidak pernah Bian lakukan.
"Sepertinya emang bener ya Sat, ya ampun si Dhara harus tanggung jawab, anak orang udah ternoda," goda Bhumi, Bian sendiri hanya menoleh ke arah Bhumi jengah.
Pandangan keduanya lalu teralih pada sosok Raya yang menatap Bian dengan mata berkaca-kaca.
"Jiah, yang pakai piyama minji kalah sama yang berpakaian sopan," sindir Bhumi.
Bian mencubit pinggang Bhumi, "Awh, apaan sih Sat, cubit-cubit segala. Mentang-mentang udah merasakan bibir kenyal Dhara," ucap Bhumi sambil melirik ke arah Raya yang hanya diam saja.
"mbuh Bhum, lambemu jan njaluk di tapuk," Bian akan mengeluarkan bahasa jawanya jika sudah teramat kesal dengan Bhumi.
Bian langsung naik ke motornya tanpa menunggu Bhumi. Bian ingin memberi pelajaran Bhumi, bagaimana tingkah Raya sebelumnya tetap saja gadis itu punya perasaan, yang akan merasakan sakit hati jika terus-terus di sindir.
"Woii Sat, tega ya lu, kampret ya tuh orang, udah ngerepotin malah gue di tinggal gitu aja, bener-bener si Bang Sat!!!"
Bian sendiri terkekeh membayangkan Bhumi yang saat ini pasti sudah mencak-mencak tak karuan.
Sedangkan Dhara saat ini menelungkupkan wajahnya di atas meja. Gadis itu masih terus terbayang bibir lembut milik pria yang sudah resmi jadi kekasihnya itu. Sesekali Dhara menyentuh bibirnya sendiri sambil tersenyum malu-malu.
"Ra, lu kesambet ya? Gue perhatiin senyam senyum nggak jelas lu," ucap Aletta.
"Ta, gue kemasukan Mas Bian Ta," ucap Dhara ambigu.
"Hah, gimana-gimana berapa cm?"
Plakk!! Dhara langsung menampol kepala Aletta, Aletta sendiri tertawa terbahak, melihat respon Dhara.
"Lu duluan lho yang ambigu, kemasukan apa sih maksud lu?" tanya Aletta menegaskan.
"Gue beneran jatuh cinta sama dia Ta, pokoknya selain Mas Bian gue nggak mau titik."
Aletta menghela napasnya, "Ra, lu pasti tahu gimana bokap lu kan? Nggak bakal mudah kisah kalian tuh, gue yakin bokap lu akan mempersulit kisah cinta kalian. Gue harap kalian berdua sama-sama kuat buat ngadepin badai yang kapan aja bisa menerjang kalian berdua."
"Ta, jujur sama gue! Siapa yang udah bikin lu jadi sedewasa ini? Yang gue tahu lu jomblo akut deh," tanya Dhara penasaran.
"Ada pokoknya nanti lu kalau tahu bakal syok deh, tapi gue udah selesai kok."
"Kenapa selesai? Tahu aja belum malah udah selesai aja."
"Padahal gue agak lama pacarannya lho, tapi hebat kan lu aja nggak tahu. Antara gue yang hebat atau emang dasarnya gue sama dia yang jarang banget jalan berdua."
"Siapa sih anjir, gue makin penasaran kan? Terus kenapa kalian putus?"
"Dia patuh dengan orangtuanya, gue yang hanya anak broken home bukan salah satu idaman dari keluarganya yang perfect itu. Lagian dia juga nggak ada niatan untuk memperjuangkan gue, jadi buat apa gue bertahan? Hidup gue terlalu sayang hanya untuk mencintai dan bertahan sendiri."
"Astaga Aletta, boleh nggak gue tampol tuh orang? Kurang ajar banget, bikin anak orang baper tapi dirinya sendiri nggak mau memperjuangkan cintanya, bener-bener nyebelin."
Aletta tersenyum mendengar Dhara yang ngomel, "Andai lu tahu pria pengecut itu adalah kakak lu Ra," batin Aletta.
***
Lagi-lagi hari ini Bian kedatangan para tamu tak di undang, pria dengan setelan kemeja dan celana kain yang terlihat rapi seperti orang kantoran itu kini sedang berhadapan langsung dengan Bian yang pakaian dan badannya sudah penuh dengan oli, nampak sekali perbandingan keduanya yang sangat mencolok.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Bian se sopan mungkin.
"Tolong jauhi Dhara!" ucap pria itu menatap serius ke arah Bian.
Bian langsung tersenyum miring, "Kenapa saya yang harus menjauh? Apa anda takut kalau saya yang bukan siapa-siapa ini nantinya yang akan menang."
Pria itu menertawakan perkataan Bian, "Wah kepercayaan diri anda patut di acungi jempol, tapi anda juga harus sadar Bung, setiap keluarga kaya pasti akan menikahkan anaknya dengan orang yang setara dengan mereka, pernikahan mereka bukan hanya pernikahan biasa tapi pernikahan bisnis yang mencakup masa jayanya dua perusahaan."
"Maka saya akan menjadi orang pertama yang akan tetap mempertahankan hubungan ini sampai kapanpun kecuali Dhara menyerah sendiri."
"Keras kepala juga kamu ini!"
"Kalau saya tidak keras kepala, saya tidak akan menjalin hubungan dengan Dhara yang sudah di pastikan penolakan keluarganya yang pertama."
"Saya hanya memberi tahu, kalau kamu masih sayang nyawa kamu, sekali lagi saya mohon mundur lah, " ucap Arsen, ya Arsen di minta untuk menemui langsung Bian oleh Dhanu Papa dari Dhara.
"Saya akan memperjuangkan nyawa saya dan juga Dhara," Bian tetap kekeh dengan keputusannya.
Baginya selama Dhara tidak meminta mundur, maka dia akan tetap berjuang sampai restu itu di dapat.
Arsen sendiri menarik napasnya dalam, baru kali ini dia berurusan dengan kalangan di bawahnya tapi mentalnya bisa menyainginya. Biasanya orang yang selalu di temuinya akan langsung menunduk sungkan tapi berbeda dengan Bian, pria itu bahkan berani menatap Arsen dengan tatapan tajamnya.
"Terserah kamulah, tugas saya hanya mengingatkan. Asal kamu tahu kalau saya adalah orang yang di jodohkan dengan saya," ucap Arsen dengan percaya diri.
"Dan asal kamu tahu juga, Dhara telah memberikan miliknya yang paling berharga hanya untuk saya," balas Bian.
"APAAA?!" respon Arsen begitu terkejut dengan apa yang di katakan Bian.
Bian langsung tersenyum, mangsanya berhasil masuk jebakan.
"Kamu pasti bohong kan?"
"Coba tanya aja sama Dhara, kemarin dia kan liburan di Jogja selama dua hari 1 malam, dan dia menginap di rumah saya, sudah tahu kan apa yang akan terjadi, di kala kita satu atap dan satu ruang bersama," ucap Bian santai, dia dapat melihat Arsen mengepalkan tangannya kuat-kuat.
"Salah cari lawan kau bro."
/Sob//Sob/