Daddy Morgan Untuk Saka

Daddy Morgan Untuk Saka

Bab I

Emily dan Morgan, dua jiwa yang disatukan karena perjanjian bisnis. 1,5 tahun pernikahan mereka berjalan layaknya mesin yang berputar tanpa pelumas. Kesibukan masing-masing membuat rumah tangga mereka terasa kosong.

Morgan baru saja selesai rapat ketika ayahnya memanggilnya ke ruang kerja. Dengan perasaan tidak enak, ia menuju ke sana. "Morgan, ada hal yang ingin Ayah bicarakan denganmu," ujar ayahnya memulai. Morgan mengangguk, menebak bahwa ini pasti ada hubungannya dengan bisnis. Namun, ia tidak menyangka ayahnya akan menyebutkan nama seseorang perempuan yang sangat asing ditelinganya dan tentang perjodohan.

Morgan masih tetap pada posisi duduk mnya yang mulai nampak gelisah. Pikirannya melayang dengan apa yang ayahnya ucapkan. Ia merasa terjebak dalam sebuah permainan yang tidak pernah ia inginkan. Namun, ia juga tidak tega untuk mengecewakan ayahnya yang telah banyak berkorban untuknya.

Ditempat lain seorang wanita yang juga sama terkejutnya mendapat kabar yang kurang enak, Ayah mengatakan ini demi kebahagiaan keluarganya, tapi apakah aku siap menerima kehidupan yang penuh ketidakpastian? Detak jantungku semakin cepat, membayangkan sosok yang akan menjadi suamiku. Apakah dia baik? Apakah dia akan mencintai aku? Semua pertanyaan itu menghantui pikiranku, saat aku mempersiapkan diri untuk memulai kehidupan baru." batin Emily

Aku membayangkan sosok yang akan menjadi suamiku, seseorang yang belum pernah kulihat, belum pernah kubicarakan. Apakah dia baik? Apakah dia akan mencintai aku? Semua pertanyaan itu menghantui pikiranku, membuatku merasa tak tenang.

Bukan tanpa sebab, Emily dan juga Morgan sebelumnya tak pernah saling mengenal bahkan belum pernah bertemu. Namun lagi-lagi desakan urusan bisnis Ayah Morgan sehingga pernikahan mereka harus dilangsungkan secepatnya seolah tanpa persiapan dari kedua mempelai.

Emily mengambil napas dalam-dalam, mencoba untuk meyakinkan diri sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tapi, bagaimana cara dia memulai kehidupan baru dengan seseorang yang asing? Bagaimana caranya dia mendapatkan kebahagian.

...**FLASHBACK**...

Pukul 23.45 Morgan baru saja tiba dirumahnya dan langsung masuk menuju kamarnya.

Ini bukan kali pertama Morgan pulang selarut ini, berkas-berkas dalam ruangan kantornya seoalah lebih penting dari apapun sehingga terkadang dia sering memilih untuk lembur. Jika tak ingat dirinya beberapa kali ditegur oleh istrinya mungkin ia tidak akan ingat masih mempunyai rumah.

Kesibukan Emily sebagai kepala dokter di Rumah sakit dan juga proyek-proyek Morgan dikantor semakin memperkuat dinding keasingan seolah tak ada waktu bagi keduanya untuk saling mengenal. Namun bagaimanapun Rumah tangga mereka, Emily selalu berusaha untuk menjaganya.

Pernikahan mereka, yang sejak awal dilandasi perhitungan bisnis, penuh warna bak lukisan abstrak yang tak kunjung selesai.

Emily sering bertanya-tanya, apa yang sebenarnya ada di balik sikap dingin Morgan? Apakah ia membencinya? Atau mungkin ia hanya belum bisa menerima pernikahan ini? Sama seperti Morgan dia juga korban dalam hubungan ini. Ia ingin sekali memahami suaminya, begitupun sebaliknya ia juga ingin mendapatkan pengertian dari suaminya namun ego dan kesibukan masing-masing seakan menjadi penghalang.

Lagi-lagi Emily tidak mempermasalahkan hal itu, baginya mereka hanya kurang waktu untuk sampai bisa memahami dan menerima satu sama lain. Selama dalam hubungan rumah tangga mereka tidak ada orang lain, sejauh itu ia akan tetap mempertahankan rumah tangganya.

...***Flasbak Off***...

Dentingan sendok beradu dengan piring porselen menemani keheningan diantara pasangan suami & istri tersebut. Emily dan Morgan duduk berhadapan, namun jarak di antara mereka terasa begitu jauh. Tatapan mereka kosong, masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri. Setelah beberapa saat, Morgan meletakkan sendoknya dan menatap Emily, " Aku akan pergi ke Jerman untuk urusan bisnis selama seminggu."

Emily menatap Morgan, mencoba mendengarkan apa yang suaminya sampaikan. Setelah mendengar itu Emily merasa sedikit sedih namun tetap berusaha menyembunyikan perasaannya.

"Emily menggangguk pelan sambil tersenyum, pertanda setuju & final."

"Satu lagi, ucap morgan belum selesai.

"Emm sebelum aku kembali, aku ingin kamu menyusul juga. Aku ingin kamu menemaniku, David sahabatku akan menikah, dia mengundang kita dan sangat berharap untuk kita bisa hadir."

Mendengar itu Emily mencoba mencerna pasalnya akhir-akhir ini dia banyak mendapatkan jadwal Operasi belum lagi mengurus uji coba rumah sakit yang baru saja ia resmikan.

"Apa kamu tidak keberatan?" Tanya Morgan sekali lagi

"Tentu tidak, kabari saja aku secepatnya kapan acaranya dan kapan aku harus kesana."

"Baiklah. Aku sudah selesai" Setelah itu Morgan langsung berdiri mengambil tas dan juga kunci mobil bersiap untuk pergi ke kantor, "Terimakasih untuk sarapannya, Aku pergi dulu." Ucap Morgan sebelum keluar meninggalkan Emily dan juga Bi Hana yang masih berkutat dipantry dan meja makan mansion mewah itu.

Mendengar itu Emily menunduk sambil tersenyum bersamaan dengan itu ia menggelengkan kepalanya melihat tingkah dingin suaminya namun begitu manis.

Setiap pagi, Emily selalu menyiapkan sarapan untuk Morgan, dibantu oleh Maidnya.

"Nyonya, apakah tidak ada niatan rencana bulan madu dengan Tuan Morgan?" Ucap Maid yang mendekat ke arah Emily.

"Kalau sudah waktunya, secepatnya pasti akan ada jalannya bi." Ucap Emily tersenyum sambil beranjak dari kursi makan membantu Bi Hanan membereskan meja makan

Bukan tanpa alasan Bi hana berucap seperti itu, pasalnya ia tau betul bagaimana rumah tangga Tuan & Nyonya dirumah ini, dia adalah Maid yang Morgan & Emily sudah anggap seperti orang tua.

Bi Hana sebelumnya bekerja dirumah orang tua Morgan jauh sebelum Morgan lahir, yup!. Saat masuk kuliah morgan memutuskan untuk pindah ke indonesia dan melanjutkan pendidikannya di Indonesia dan tinggal sendiri. Sedangkan kedua orang tua, kakak, serta adik perempuannya menetap tinggal diBelanda, merasa khawatir dengan keputusan final anaknya Kedua org tuanya menerima pilihan Morgan untuk menetap di Indonesia dengan syarat Bi Hana harus ikut tinggal bersama dengannya.

Saat ini Emily memilih untuk menyiapkan perlengkapan suaminya untuk dibawa ke Jerman, sebelum ia harus bersiap ke proyek pembangunan rumah sakit.

Morgan akan berangkat ke jerman jam 1 siang itu artinya ia harus segera kembali sebelum Morgan berada di rumah.

"Halo Mah?" ucap Emily menerima sambungan telepon sambil mengemasi barang-barang Morgan.

"Gimana kabarnya Nak, apa kamu sehat?" Tanya Mama Emily di negara seberang.

"Tentu Mah," ucap Emily Lembut "Mama sama papa gimana?" tanya Emily memastikan kedua org tuanya dalam keadaan sehat.

"Mama sama Papa disini baik-baik aja, sehat-sehat."

10 menit bertukar kabar, sebelum sambungan telepon itu mati mama Emily melanjutkan kembali obrolan dengan putri semata wayangnya .

"Emily..bukan maksud ingin mencampuri rumah tangga kalian. Cuma kalau bisa secepatnya kalian punya momongan, sudah 1,5 loh mama pengen banget momong cucu." ucap Mama Emily lembut

"Iya Mamaku sayang, Aku sama mas Morgan juga masih berusaha lagi namanya juga rejeki kalo belum waktunya belum dikasih." Jawab Emily menenangkan Mamanya.

"Yaudah, Mama tutup dulu teleponnya."

...***...

.

.

.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!