Wilda Sugandi adalah seorang istri yang baik hati dan menurut pada sang suami, Arya Dwipangga. Mereka sudah menikah selama 5 tahun namun sayang sampai saat ini Wilda dan Arya belum dikaruniai keturunan. Hal mengejutkan sekaligus menyakitkan adalah saat Wilda mengetahui bahwa Arya dan sahabat baiknya, Agustine Wulandari memiliki hubungan spesial di belakangnya selama ini. Agustine membuat Arya menceraikan Wilda dan membuat Wilda hancur berkeping-keping, saat ia pikir dunianya sudah hancur, ia bertemu dengan Mikael Parovisk, seorang CEO dari negara Serbia yang jatuh cinta padanya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Soal Hamil
Wilda menyusuri rak demi rak di supermarket, matanya mencari barang-barang yang perlu dibeli. Sesekali ia melirik daftar belanja di tangannya, memastikan tidak ada yang terlewat. Saat ia berbelok di sebuah lorong, matanya menangkap sosok seorang ibu hamil yang sedang memilih buah-buahan. Ibu itu terlihat begitu bahagia, perutnya yang besar terlihat jelas di balik pakaiannya. Wilda tertegun, hatinya tiba-tiba dipenuhi rasa sedih yang mendalam. Bayangan masa lalu kembali hadir di benaknya, tentang kehamilan yang harus berakhir karena keguguran tiga tahun lalu.Ia masih ingat dengan jelas bagaimana bahagianya ia saat mengetahui dirinya hamil, bagaimana ia dan suaminya, mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kehadiran sang buah hati. Namun, kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Di usia kehamilan yang masih muda, Wilda mengalami keguguran. Dokter mengatakan bahwa janinnya tidak berkembang dengan baik. Wilda dan Arya sangat terpukul, mereka harus menerima kenyataan pahit bahwa mereka kehilangan calon anak mereka. Setelah kejadian itu, Wilda merasa trauma dan takut untuk hamil lagi. Wilda menghela napas panjang, berusaha mengusir pikiran yang menyakitkan itu. Ia tidak ingin terus terlarut dalam kesedihan. Ia harus kuat, ia harus bisa menerima kenyataan bahwa ia belum bisa memiliki anak lagi. Ia mencoba untuk fokus pada belanjaannya, namun bayangan ibu hamil itu masih terus tеrbayang di benaknya. Wilda merasa iri melihat kebahagiaan ibu itu, ia juga ingin merasakan hal yang sama. Tiba-tiba, ibu hamil itu menoleh dan tersenyum pada Wilda. Wilda terkejut, ia tidak menyangka ibu itu akan menyadari keberadaannya. Dengan gugup, Wilda membalas senyuman ibu itu.
"Selamat ya atas kehamilanmu," kata Wilda dengan suara sedikit bergetar.
Ibu itu tersenyum ramah, "Terima kasih banyak," jawabnya. "Ini adalah anak pertama saya, saya sangat bahagia dan tidak sabar ingin bertemu dengannya."
Wilda mengangguk, "Semoga semuanya berjalan lancar ya," ucapnya tulus.
"Terima kasih," balas ibu itu. "Kamu juga semoga segera diberi momongan ya."
Wilda hanya tersenyum tipis, ia tidak tahu harus menjawab apa. Kata-kata ibu itu membuatnya semakin sedih. Ia ingin sekali memiliki anak, namun ia belum tahu kapan keinginannya itu bisa terwujud.
Setelah berbincang sebentar, ibu hamil itu pergi meninggalkan Wilda. Wilda masih terdiam di tempatnya, menatap kepergian ibu itu dengan perasaan campur aduk. Ia merasa sedih, iri, dan juga sedikit bersalah karena telah merasa iri.
Wilda tahu, ia tidak seharusnya merasa iri pada ibu hamil itu. Setiap orang memiliki jalan hidupnya masing-masing. Mungkin saat ini ia belum bisa memiliki anak, tapi ia percaya bahwa suatu saat nanti ia juga akan merasakan kebahagiaan menjadi seorang ibu. Wilda memutuskan untuk melanjutkan belanjanya untuk tidak terlalu memikirkan hal yang menyakitkan itu. Ia ingin fokus pada masa depannya, ia ingin menjadi wanita yang kuat dan bahagia.
****
Selepas dari supermarket, Wilda memutuskan untuk pergi ke rumah adiknya, Juwita. Ia ingin menghabiskan waktu bersama keluarga adiknya, sekaligus mengalihkan pikirannya dari kesedihan yang ia rasakan. Rumah Juwita tidak terlalu jauh dari supermarket. Wilda mengendarai mobilnya dengan hati-hati, sambil sesekali melirik ke arah jalan. Pikirannya masih tеrbayang-bayang tentang kehamilan yang ia alami tiga tahun lalu.
Tak terasa, mobil Wilda sudah sampai di depan rumah Juwita. Rumah itu terlihat asri dengan taman kecil di halaman depannya. Wilda memarkirkan mobilnya di garasi, lalu keluar dari mobil dengan langkah berat. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya sebelum bertemu dengan Juwita. Ia tidak ingin terlihat sedih di depan adiknya. Ia ingin terlihat kuat dan tegar. Wilda berjalan menuju pintu rumah Juwita, lalu mengetuknya perlahan. Tak lama kemudian, pintu rumah terbuka dan muncul Juwita dengan senyum lebar di wajahnya.
"Mbak Wilda, ayo masuk!" sapa Juwita dengan ramah.
Wilda membalas senyuman Juwita, lalu masuk ke dalam rumah. Rumah itu terlihat asri dan hangat. Wilda bisa merasakan kebahagiaan yang terpancar dari keluarga Juwita.
"Mana anakmu?" tanya Wilda sambil mencari-cari keberadaan keponakannya.
"Ada di kamar, lagi tidur," jawab Juwita. "Mbak mau lihat?"
Wilda mengangguk dengan semangat. Ia sudah tidak sabar ingin menggendong keponakannya yang baru berusia tiga bulan itu. Juwita mengajak Wilda ke kamar anaknya. Di sana, Wilda melihat keponakannya sedang tidur pulas di dalam box bayi. Wajahnya terlihat sangat tenang dan damai. Wilda terdiam menatap wajah keponakannya. Hatinya tiba-tiba dipenuhi rasa haru dan bahagia. Ia sangat menyayangi keponakannya itu. Ia ingin sekali memiliki anak seperti Juwita. Namun, ia masih trauma tentang keguguran yang ia alami kembali hadir di benaknya. Ia merasa sedih dan iri melihat kebahagiaan Juwita. Ia juga ingin merasakan hal yang sama. Juwita yang menyadari perubahan ekspresi wajah Wilda, ia pun menghampirinya. Ia tahu bahwa kakaknya masih терluka karena kejadian tiga tahun lalu.
"Mbak, jangan sedih ya," ucap Juwita dengan lembut. "Aku yakin Mbak juga pasti akan segera diberi momongan."
Wilda hanya tersenyum tipis mendengar ucapan Juwita. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia hanya berharap, suatu saat nanti ia juga bisa merasakan kebahagiaan menjadi seorang ibu.
****
Setelah mengunjungi rumah Juwita, Wilda kembali ke rumahnya dengan perasaan yang masih campur aduk. Ia merasa lelah dan ingin segera beristirahat. Sesampainya di rumah, Wilda langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu, ia berwudhu dan melaksanakan salat dzuhur. Saat salat, Wilda berdoa kepada Tuhan, memohon agar diberikan keturunan. Ia sangat ingin memiliki anak, namun ia belum tahu kapan keinginannya itu bisa terwujud.
"Ya Allah, berikanlah aku seorang anak," doa Wilda dengan suara lirih. "Aku ingin merasakan kebahagiaan menjadi seorang ibu. Aku ingin memberikan yang terbaik untuk anakku nanti."
Setelah salat, Wilda duduk терdiam di atas sajadahnya. Ia merenungkan apa yang telah terjadi hari ini. Ia menyadari bahwa ia tidak boleh terus terlarut dalam kesedihan. Ia harus bangkit dan melanjutkan hidupnya.
Wilda percaya bahwa Tuhan memiliki rencana yang indah untuknya. Ia yakin bahwa suatu saat nanti ia pasti akan diberikan seorang anak.
Wilda memutuskan untuk tidak menyerah. Ia akan terus berusaha dan berdoa. Ia juga akan terus belajar dan mempersiapkan diri untuk menjadi seorang ibu yang baik.
Wilda ingin menjadi wanita yang kuat dan bahagia. Ia ingin membuktikan bahwa ia bisa meraih semua impiannya, termasuk menjadi seorang ibu.
****
Ketika Wilda tengah melipat sajadah dan peralatan salatnya, tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar. Wilda sedikit terkejut, ia tidak menyangka ada seseorang yang akan datang ke rumahnya sore ini. Dengan sedikit tergesa-gesa, Wilda mеletakkan sajadah dan peralatannya di tempatnya. Ia merapikan rambutnya yang berantakan dan mengenakan hijabnya sebelum ia membukakan pintu untuk tamunya yang datang.