Perjodohan yang sudah berlangsung selama 8 tahun, akhirnya kini berakhir dengan sebuah pernikahan. Ya, Jamie Shaga Richardo akhirnya resmi telah menikahi Sheana Zaen Xavier, putri dari Levi dan Lucia. Namun, dibalik pernikahan itu siapa sangka Jamie menyembunyikan sebuah rahasia besar dari semua orang.
Bahkan tidak hanya rahasia itu yang harus Shea hadapi dalam kehidupan pernikahannya? Akan tetapi, pihak lain yang sudah lama mengincar keluarga Richardo dan banyaknya rahasia dalam keluarga itu akan menjadi jalan terjal bagi pernikahan Shea dan Jamie?
Apakah Shea akan mampu bertahan dengan pernikahannya? Lalu rahasia apakah yang Jamie dan keluarga Richardo sembunyikan? Sheana Zaen Xavier yang akan mengungkap semuanya satu persatu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phopo Nira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Keraguan Hati Rega
Pukul 2 dini hari, Rega akhirnya tiba di Mansion kediaman Richardo setelah pertemuannya dengan Cesar dan Frank. Suasana Mansion yang tampak sangat sepi membuat Rega berpikir bahwa orang-orang masih terlelap dalam tidurnya. Rega terus berjalan menuju ke kamarnya, hingga sebuah suara cukup mengejutkan Rega.
“Kau baru pulang, Rega?” Suara lembut itu berasal dari Mamah Tia yang sepertinya terbangun untuk mengambil air minum di dapur.
“Iya, Mah! Ada urusan penting di perusahaan yang membuatku harus segera menyelesaikannya,” jawab Rega yang jelas sepenuhnya adalah kebohongan.
“Mamah tahu kau memang pria yang pekerja keras, tapi pikirkan juga istrimu. Dia pasti kesepian menunggumu pulang dan jaga juga kesehatanmu, jangan sampai jatuh sakit dan membuat Jovita semakin khawatir,” ujar Mamah Tia sedikit memberikan nasehat baik yang membuat Rega hanya bisa terdiam.
“Sudahlah, kau pasti lelah! Cepat kembali ke kamarmu dan istirahatlah dengan nyaman,” sambung Mamah Tia seraya membelai wajah Rega penuh kasih sayang, dimana Rega sendiri bisa merasakan kasih sayang itu dengan sangat jelas.
Setelah itu, Mamah Tia pun berjalan kembali menuju kamarnya meninggalkan Rega yang masih mematung di tempatnya. Menatap kepergian wanita paruh baya itu dengan tatapan yang sulit di artikan. Hingga sekilas bayangan tentang pembicaraannya dengan Cesar kembali terlintas di ingatannya.
Flashback On …
...“Kita tidak boleh membuang waktu kita seperti ini lagi. Aku sudah merencanakan sebuah rencana yang mungkin kau juga akan menyukainya. Apakah kau tertarik?” ...
...“Katakanlah! Dan aku akan mempertimbangkannya lebih dulu,”...
“Bagaimana kalau kau mulai menguasai keluarga Richardo, terutama bisnis persenjataan dan penelitiannya?” Dengan santainya Cesar menawarkan hal tersebut, “Kau tenang saja, aku akan membantu menyingkirkan pewaris utama keluarga itu. Kau hanya perlu membuat mertuamu itu tidak berdaya dengan obat ini. Dan untuk istrimu, kau bisa menyerahkannya padaku karena daripada membunuhnya lebih baik dia kita gunakan sebaik mungkin, bukan?” lanjutnya.
“Apa katamu?” sentak Rega yang entah mengapa merasa tidak terima saat mendengar rencana gila saudara tirinya itu.
“Kenapa kau terlihat tidak senang dengan rencana itu, hmm? Bukankah kau tidak tertarik sama sekali dengan istrimu itu? Ditambah bukankah tujuanmu sejak awal memanfaatkan wanita itu untuk menguasai keluarga Richardo. Aku sedang berbaik hati dengan ingin membantumu sekarang? Tapi kenapa kau terlihat tidak menyukainya?” ujar Cesar seakan memprovokasi Rega untuk menyetujui rencananya.
“Benar, kenapa ada perasaan marah saat aku mendengar rencananya. Padahal sejak kecil aku sudah tahu persis sifatnya yang gila dan sangat kejam. Tapi mengapa aku merasa tidak ingin melakukannya? Ada apa sebenarnya denganku? Aku bahkan merasa sangat marah saat Cesar menginginkan Jovita?” Rega hanya bisa mengatakan hal itu di dalam hatinya.
“Rega, bukan saatnya kau ragu-ragu seperti itu. Kita harus harus bertindak cepat sebelum keluarga Xavier mulai menyadari apa yang terjadi di sini dan ikut campur dalam rencana kita selama ini. Akan sangat merepotkan jika keluarga itu ikut turun tangan.” Cesar kembali memprovokasi.
“Sudah aku katakan bahwa aku akan mempertimbangkannya dulu, Cesar! Bukankah sejak awal aku sudah mengatakannya dengan jelas bahwa aku ingin memberikan sedikit waktu untuk menikmati kebahagiaan pengantin baru itu,” ujar Rega menegaskan.
Setelah mengatakan itu, Rega langsung beranjak dari tempat duduknya dan berjalan meninggalkan ruangan itu. Entah mengapa perasaannya semakin bertambah buruk setelah mendengarkan rencana gila Cesar, seakan hati dan pikiran Rega berada di pihak yang berbeda. Rega pergi begitu saja meninggalkan Frank dan Cesar tanpa mengatakan apapun lagi.
Flashback Off ….
Tak lama kemudian Rega tersadar dari lamunannya, saat mendengar suara pintu tertutup dari kamar mertuanya. Dengan perasaan yang tidak bisa dia utarakan dengan pasti, Rega kembali melangkahkan kakinya menuju kamar tidurnya. Tidak seperti biasanya, kali ini Rega membuka pintu kamarnya dengan sangat hati-hati seolah tidak ingin membangunkan penghuni lain di dalam kamarnya itu.
Rega sempat terpaku saat melihat tempat tidurnya yang terlihat kosong, dimana hal itu membuat perasaannya entah mengapa semakin tidak tenang. Rega coba mencari keberadaan sosok lain penghuni kamar itu dengan perasaan cemas, hingga pandangan matanya tertuju pada sofa panjang yang berada di dekat jendela.
Perasaan lega layaknya seperti angin sejuk yang menerpa hatinya saat melihat Jovita yang tengah tidur meringkuk di atas sofa sembari memeluk sebuah boneka beruang yang pernah Jamie berikan sebelum mereka menikah.
“Tunggu, sebenarnya ada apa denganku? Kenapa aku mulai mengkhawatirkan dirinya? Apakah perkataan Cesar cukup menggangguku, hingga aku merasakan hal yang tak biasa seperti ini kepadanya,” gumam Rega yang menyadari keanehan perasaannya.
“Atau karena kejadian malam itu …. Tidak, mungkin ini hanya perasaanku saja! Mana mungkin aku mulai tertarik padanya hanya karena pernah tidur dengannya satu kali. Tidak! Tidak, aku harus membuang perasaan ini secepatnya dan mengabaikan dia seperti biasanya.”
Rega segera menghentikan aksinya yang ingin berjalan menghampiri Jovita, dia terus berusaha menepis perasaan aneh yang perlahan muncul di dalam hatinya. Untuk menghilangkan pemikiran dan perasaan aneh itu, Rega memutuskan untuk mandi air dingin untuk menenangkan dan menjernihkan hatinya.
Cukup lama Rega membiarkan air dingin dari shower membasahi tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung kakinya. Namun, bukannya menghilang pikirannya dari Jovita malah semakin tidak teralihkan.
Bayangan perkataan Cesar dan tatapan penuh cinta yang Jovita berikan padanya selama ini saling tumpah tindih layaknya sebuah kaset yang terus berputar di dalam kepalanya.
“Sial, kenapa aku menjadi penuh keraguan seperti ini? Apa yang Cesar katakan memang benar, sejak awal inilah yang aku inginkan! Menguasasi bisnis persenjataan dan tempat penelitian milik keluarga Richardo. Hanya tinggal beberapa langkah lagi, aku bisa mencapai tujuan itu tapi kenapa aku harus merasa ragu sekarang?” umpat Rega sembari memukul dinding kamar mandi di sebelahnya untuk melampiaskan rasa frustasinya.
“Mengapa tatapan kesedihan yang dia tunjukkan membuatku merasa sangat tidak nyaman,” gumamnya lirih seraya membayangkan raut wajah penuh kesedihan yang Jovita tunjukkan saat hari itu, dimana mereka akhirnya bersatu layaknya suami istri pada umumnya.
Dinginnya air ternyata sama sekali tidak berguna iuntuk menyingkirkan perasaan aneh yang rega rasakan. Dia pun segera meraih bath robe nya, mengenakannya dan berjalan keluar menuju tempat tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya, berharap dengan tidur bisa menghilangkan perasaan dan pikirannya dari Jovita.
Namun, lagi-lagi pandangan mata Rega kembali tertuju pada sosok Jovita yang tengah menggeliat tidak nyaman dengan posisi tidurnya. Hati dan pikirannya terus berkata untuk tidak memperdulikannya, tapi tubuhnya malah bergerak sendiri berjalan menghampiri Jovita. Tidak hanya itu, Rega bahkan langsung menggendong tubuh Jovita dan memindahkannya di atas tempat tidur dengan penuh hati-hati.
“Sial, kau mulai membuatku gila, Jovita! Sebenarnya apa yang telah kau lakukan padaku pada malam itu, Hah?” ujar Rega lirih dengan jarak wajah yang sangat dekat dengan wajah Jovita yang masih terlelap.
Bersambung ….
lanjut kak❤️