Seyra Adlina, wanita muda 23 tahun dengan paras cantik, menjalani kehidupan ganda yang menarik. Di siang hari dia bekerja sebagai pelayan di sebuah kafe kecil dan di malam hari bertransformasi menjadi pelayan di sebuah club malam. Hubungannya dengan sang pacar harus berakhir karena pengkhianatan yang ia saksikan sendiri. Perasaan patah hati dan marah, membuatnya melakukan tindakan tidak masuk akal dalam keadaan mabuk
Takdir kemudian mempertemukannya dengan seorang CEO yang mengetahui identitas dan latar belakangnya yang selama ini disembunyikan. Situasi tak terduga memaksa mereka untuk menikah kontrak dengan tujuan masing-masing.
Mampukah benih-benih asmara tumbuh diantara mereka setelah melewati berbagai tantangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon maisaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alergi
Seseorang yang berdiri di sana adalah Binar. Ya, entah bagaimana dia bisa tahu kode sandi pintu apartemen Virsha. Binar melemparkan senyumnya kepada Virsha, sama sekali tidak melirik ke Seyra. Sedangkan Seyra, masih sibuk sendiri menggaruk bagian badannya yang terasa gatal dan panas.
"Bi, kok lo bisa tau kode sandi apartemen gue?" tanya Virsha, mengangkat sebelah alisnya, merasa curiga karena dia sama sekali tidak pernah memberi tahu kode sandi apartemennya kepada siapapun kecuali Agung
Binar tidak menjawab pertanyaan Virsha, namun ia melangkahkan kakinya berjalan menghampiri Virsha di meja makan.
Wajah Seyra kini sudah dipenuhi dengan bintik-bintik merah yang terlihat matang. Wajah dan badannya seperti lebam kemerahan, namun ia sama sekali tidak berkomentar. Dengan tidak sengaja, matanya tertuju pada nasi goreng yang baru saja ia santap. Di sana ia melihat beberapa udang yang telah di potong-potong. Tiba-tiba ia teringat sesuatu, kalau dia dari kecil alergi dengan udang.
"Virsha" teriak Seyra, bangkit dari duduknya sambil menutup pipinya yang sudah memerah dengan kedua tangannya
Mendengar teriakan itu, Virsha langsung menoleh ke Seyra, pupil matanya membesar melihat Seyra yang kini wajah hingga badannya yang putih berubah menjadi kemerahan.
"Sey, kamu kenapa?" tanya Virsha, dengan nada panik langsung menghampiri Seyra
Melihat itu, Binar langsung tertegun menghentikan langkahnya.
"Ini udang?" tanya Seyra, mengambil sepotong udang yang tidak berbentuk seperti udang itu dan menunjukkannya ke Virsha
"I-iya" jawab Virsha dengan ragu
"Astaga" ujar Seyra menepuk dahinya dengan sebelah tangan
"Kamu alergi udang?" tanya Virsha, menuangkan air putih ke dalam gelas untuk diberikan ke Seyra
Seyra tidak menjawab, matanya ikut memerah akibat reaksi dari memakan udang itu. Seyra tidak tahu kalau yang dia makan tadi adalah udang, karena sudah lama ia tidak merasakan rasanya udang, bisa dibilang kalau ia lupa rasanya.
Virsha menyodorkan gelas yang berisi air itu kepada Seyra. Saat Seyra hendak mengambil gelas itu dari tangan Virsha, ia merasa perutnya mual seprti ingin mengeluarkan semua makanan yang telah diolah dalam lambungnya.
Karena tidak tahan dengan rasa mual yang menyapa perutnya, ia langsung menutup mulut dengan sebelah tangannya dan langsung berlari cepat ke arah wastafel untuk mengeluarkan semuanya.
Binar yang melihat tingkah aneh Seyra, langsung mengerutkan dahinya, merasa heran dengan Seyra yang terlihat mual-mual.
"Apa dia hamil?" batin Binar, bertanya kepada dirinya sendiri
"Sey... Seyra" panggil Virsha, bergegas berjalan menghampiri Seyra yang kini sudah menunduk ke dalam wastafel untuk mengeluarkan sesuatu dalam perutnya
"U okay?" tanya Virsha, menaruh gelas yang tadi ia pegang diatas meja dapur dekat wastafel, sambil mengelus punggung Seyra untuk membantunya mengeluarkan semuanya
Setelah Seyra merasa semuanya sudah keluar, ia langsung menegakkan badannya. Matanya terlihat sayu, tubunya sudah terlihat sempoyongan lemas tak berdaya. Ia menatap mata Virsha, seperti meminta pertolongan.
Tidak lama dari itu, matanya tertutup pelan, ia kehilangan keseimbangan tubunya, membuat ia hampir tersungkur ke belakang. Namun, dengan sigap, Virsha langsung menahan Seya yang kini sudah lemas tak bersaya, pingsan.
Dengan sigap, Virsha langsung menggendong Seyra, membawanya ke dalam kamar. Ia tidak bisa membawa Serya ke rumah sakit dengan pakaiannya yang hanya mengenakan handuk baju. Oleh sebab itu, ia memutuskan untuk memanggil dokter pribadinya untuk memeriksa keadaan Seyra.
"Bi, bantuin gue" teriak panik Virsha kepada Binar yang hanya terpaku di sana
Binar langsung tersadar dari lamunannya dan langsung berjalan menuju kamar Seyra dan Virsha.
Kini, Virsha merebahkan tubuh Seyra di atas kasur, tepat di posisi dia tertidur tadi malam.
Tanpa sengaja, mata Binar melihat noda darah yang terlihat di dekat Seyra. Ia menelan kasar salivanya, sepertinya dia berpikir kalau tadi malam pasti Seyra dan Virsha pernah melakukan hubungan suami istri.
Sementara Virsha, dengan cepat mengambil ponselnya di atas meja dekat tempat tidurnya. Ia menelpon dokter pribadi sekaligus dokter kepercayaannya.
"Sorry ya, Bi" ucap Virsha setelah menutup telpon
"Lo tenang, Sha... Seyra pasti baik-baik aja kok" ujar Binar, duduk di sebelah Seyra, melemparkan senyuman manisnya
Beberapa menit kemudian, bel apartemen Virsha berbunyi. Mendengar hal itu, Virsha langsung bergegas dengan cepat untuk membuka pintu.
"Bentar Bi" tegas Virsha, dengan nada panik dan tetap berjalan keluar kamar
Binar hanya mengangguk mengerti dengan kepanikan Virsha. Setelah bayangan Virsha menghilang, bola matanya kini melihat Seyra.
"Kamu sangat beruntung dicintai oleh Virsha" ujarnya dengan suara lembut dan pelan, sambil mengelus rambut basah Seyra ke yang sebelumnya dililit handuk namun terlepas saat ia jatuh pingsan.
Pintu terbuka, Virsha masuk bersama dokter pribadinya, dokter Naya. Virsha mempersilahkan Naya untuk segera memeriksa Seyra. Binar pun langsung berdiri, membiarkan Naya duduk di posisinya yang tadi.
Beberapa menit berlalu, pemeriksaan terhadap Seyra sudah selesai.
"Bagaimana dok?" tanya Virsha, yang kini berdiri di samping ranjang
"Setelah saya melakukan pemeriksaan, saya menemukan bahwa Istri Anda mengalami reaksi alergi yang parah terhadap makanan tertentu" jelas dokter Naya
"Gejala-gejala yang dialami Istri Anda, seperti muntah dan pingsan, adalah tanda-tanda bahwa tubuhnya sedang bereaksi sangat kuat terhadap alergen tersebut. Kondisi ini dikenal sebagai anafilaksis " sambungnya lagi
Virsha melirik dengan perasaan iba ke Seyra. Ia tidak tahu, ternyata wanita yang ia kenal kuat dan tangguh, memiliki alergi terhadap udang, yang sewaktu-waktu dapat mengancam nyawanya saat tidak sengaja memakan udang.
"Saya telah memberikan obat-obatan untuk mengurangi reaksi alergi dan memantau kondisi Istri anda dengan sangat ketat. Namun, saya juga ingin menekankan bahwa anafilaksis adalah kondisi yang sangat serius dan memerlukan perawatan yang cepat dan tepat." jelas Naya lagi
"Terus bagaimana dok?" tanya Virsha
"Saya sarankan agar Istri Anda segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang lebih lanjut dan memantau kondisinya dengan lebih ketat" jawab Naya
Virsha menghela napasnya panjang. Ia merasa bersalah karena telah memasak nasi goreng udang dan membiarkan Seyra memakannya.
"Baik, kalau begitu saya pergi dulu" ucap Naya, berdiri dari duduknya dan sudah bersiap untuk keluar dari ruangan itu, sambil menenteng tas medisnya
"Saya anter dok" tegas Virsha
"Tidak perlu Sha... Biar gue aja" tegas Binar, mengentikan Virsha yang hendak melangkah mempersilahkan Naya
"Lo temenin Seyra aja di sini. Gue juga ada urusan mendadak. Sorry gak bisa nemenin buat jaga Seyra ya" jelas Binar kepada Virsha
"Sorry ya Bi, gue gak tau kalau bakal ada kejadian seperti ini" ujar Virsha
"Gak apa apa" jawab Binar, menaikkan kedua sudut bibirnya
"Mari dok" Binar mempersilahkan dokter Naya, dan mengekor dibelakangnya
Di dalam ruang kamar itu, hanya tersisa Seyrs dan Virsha. Virsha duduk di samping Seyra, mengelus lembut rambut hitam Seyra. Ia menikmati pemandangan wajah Seyra yang walupun kini terlihat kemerahan, namun masih tetap terlihat cantik.
Suara dering ponsel miliknya, membuat Virsha mengalihkan pandangannya.