My Psycho Man

" Maafkan aku"

" Maafkan aku"

Berulang kali kalimat tersebut terucap, namun belum bisa menenangkan tangis wanita cantik dihadapannya. Kekecewaan yang Erina rasakan sungguh membuatnya sakit hati.

Yerkhan yang kali ini sudah membebaskannya pun masih merasa bersalah atas tindakan kasar yang ia lakukan terhadap kekasihnya.

" Zhanim, i'm sorry" ucap Yerkhan menghapus buliran air mata yang mengalir di kedua pipi Erina.

Namun wanita cantik berhidung mungil itu tetap tak bergeming. Ia masih terus menangis membuat Yerkhan semakin merasa bersalah.

" Aku menyesal mengatakan itu padamu" ucap Yerkhan menggenggam jemari lentik kekasihnya

" Asal kau tahu, hiks.. walaupun kami pernah bersama selama 4 tahun, hiks..aku tidak pernah melakukan itu dengannya" ujar Erina sesenggukan.

Yerkhan yang sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi, memeluk wanita cantik tersebut, berharap membuatnya tenang.

' Apa yang sudah kulakukan?! benar-benar bodoh!' batin Yerkhan merutuki diri sendiri.

Kedua netra coklatnya terpejam, mengingat apa yang barusan ia lakukan pada Erina. Entah mengapa hanya karena perkataan Andra yang sembarangan, ia sampai bertindak seperti orang yang kesetanan. Rasa kesal, cemburu, serta kecewa yang tiba-tiba datang padanya, telah ia lampiaskan pada Erina yang belum tentu pernah melakukan hal tersebut.

Kini rasa kepercayaan satu sama lain yang secara perlahan mereka bangun sejak sedari awal keduanya menjalani hubungan, seakan makin terkikis.

...----------------...

Hingga pada keesokan harinya Erina meminta izin pada Jovita untuk tidak masuk bekerja. Ia beralasan jika sedang terserang demam. Namun pada kenyataannya, bagian tubuh wanita cantik tersebut mulai muncul ruam kebiruan.

Erina mulai menyadarinya ketika sedang bercermin, pada bagian kedua lengannya tampak kebiruan. Mengingat cengkeraman Yerkhan yang terlalu kencang menekan, ketika ia menolak perlakuan kasarnya malam kemarin.

Tatapannya tampak sayu dengan kedua netra yang masih terlihat sembab setelah menangis cukup lama. Tak hanya perasaannya saja yang terluka, pria tampan tersebut juga mulai melukai fisiknya.

" Zhanim, mengapa belum bersiap? kau tidak berangkat bekerja hari ini?"

Suara Yerkhan yang tiba-tiba menegurnya, membuat Erina cepat-cepat merapikan kembali long cardigan longgar yang ia kenakan. Entah mengapa wanita cantik itu menyembunyikan ruam tersebut pada sang kekasih.

" Aku izin libur hari ini" jawab Erina yang mulai menyisir rambutnya

" Mengapa tiba-tiba? apa kau sakit?" Yerkhan kembali bertanya dengan raut wajah yang mulai khawatir

" Tidak, aku hanya sedang merasa malas" timpal Erina, tanpa menoleh sedikitpun.

Melihat tingkah Erina yang tak seperti biasanya, membuat pria tampan tersebut mulai mendekat. Dengan perlahan dipeluknya tubuh Erina dari arah belakang. Merasakan pelukan yang tiba-tiba, membuat ruam kebiruan terasa tertekan kembali, menimbulkan rasa nyeri pada kedua lengannya.

" Akh!"

Mendengar suara tertahan, dengan pantulan wajah Erina yang terlihat meringis kesakitan, membuat Yerkhan menyadari sesuatu. Terlebih jemari lentik kekasihnya tersebut menggenggam dengan erat kedua lengan Yerkhan yang melingkari tubuhnya.

" Bagian mana yang sakit, aku ingin melihatnya" ujar Yerkhan melepaskan rengkuhan tangannya

" Tidak perlu, hanya luka kecil" sahut Erina kembali melanjutkan menyisir rambut

" Apa di bagian ini?" Yerkhan bertanya sembari menekan salah satu lengan Erina, membuat raut wajah cantik itu kembali mengernyit, menahan rasa nyeri.

Tanpa meminta persetujuan dari kekasihnya, pria tampan tersebut secara tiba-tiba melepaskan long cardigan longgar yang Erina kenakan, hingga memperlihatkan kedua lengannya yang tampak kebiruan. Erina yang semula terkejut pun kembali terdiam, tanpa menolak sedikitpun yang kekasihnya lakukan.

Mendapati jika perlakuannya kasarnya kemarin menimbulkan dampak buruk terhadap kekasihnya, membuat pria tampan tersebut semakin diliputi oleh rasa bersalah.

" Pasti terasa sakit, tidak apa jika kau masih merasa marah padaku tapi, izinkan aku untuk mengobatinya" ujar Yerkhan menatap teduh wajah cantik dihadapannya

Erina hanya mengangguk tanpa mengeluarkan kata sedikitpun. Wanita cantik itu membalas tatapan kekasihnya dengan senyum tipis yang tak dapat diartikan.

...----------------...

Menyadari jika dalam kotak obat milik Erina tidak ada gel pereda nyeri, membuat pria tampan tersebut langsung tancap gas menuju apotik terdekat.

Sementara itu, Erina yang bukan seorang wanita manja pun mulai menyalakan vacum cleaner atau mesin penyedot debu untuk membersihkan area kamarnya.

Seperti biasa, mesin tersebut ia arahkan ke segala sisi ruang kamar yang beralaskan karpet tersebut. Hingga tak sampai beberapa menit lamanya, ia pun mematikan mesin tersebut. Kemudian memeriksa kantung debu untuk dibuangnya.

Namun sewaktu ia melepaskan kantung debu tersebut, tampak sebuah benda asing berwarna putih berukuran tak sampai 2 centimeter. Erina yang merasa penasaran pun segera mengambil benda asing tersebut. Dilihatnya secara seksama, sembari ia bersihkan menggunakan tissu.

Setelah lebih bersih, tampak jelas jika benda tersebut merupakan obat berbentuk kapsul. Wanita tersebut tampak keheranan, karena merasa tidak pernah memiliki obat semacam itu.

Tanpa banyak berpikir lebih jauh, wanita cantik tersebut segera mengambil ponselnya untuk mengetahui jenis kapsul yang tengah dipegangnya.

Dengan cepat ia memotret kapsul tersebut, hingga beberapa detik kemudian, muncul sebuah penjelasan mengenai kapsul tersebut. Dalam ponsel miliknya, dikatakan jika kapsul tersebut merupakan obat anti-depresan dosis tinggi yang berfungsi untuk mengatasi gangguan kecemasan serta sulit tidur.

Erina yang telah mengetahui jika kapsul yang ia pegang merupakan obat anti-depresan, kembali keheranan. Pasalnya selama ia tinggal rumah tersebut, baru kali ini ia menemukan sejenis obat yang sama sekali tak pernah dikonsumsinya.

Hingga pikirannya teringat pada seseorang, yang mungkin saja pemilik sebenarnya obat tersebut.

Entah mengapa ia mulai mencurigai kekasihnya sendiri yang terkadang bersikap aneh.

" Zhanim, apa kau didalam?"

Teguran Yerkhan yang berasal dari luar kamar, membuat wanita cantik yang tengah fokus dengan penemuannya itu menjadi terkesiap. Dengan cepat ia menyelipkan kapsul tersebut kedalam kantung celananya.

" Maaf membuatmu menunggu lama, ada sedikit kendala karena salju, aku harus menunggu mobil pembersih untuk bisa melewatinya" jelas Yerkhan dengan wajah yang tampak khawatir

" Tidak masalah, apa kau mendapatkan nya?" tanya Erina sembari menyandarkan mesin penyedot debu di sudut ruang kamarnya

" Tentu saja, kemarilah".

Mereka pun duduk berdampingan di sofa ruang tamu. Secara perlahan dan penuh kehati-hatian, Yerkhan mulai mengoleskan gel pereda nyeri pada salah satu lengan Erina.

Ditengah sentuhan jemari Yerkhan yang terasa hangat itu, Erina mulai menyadari jika jemari yang menempel pada kulitnya terasa bergetar. Tak hanya itu, wajah Yerkhan yang tampak tenang pun terlihat pucat.

" Apa terasa nyaman?" tanya Yerkhan menghentikan sentuhannya

" Ya, terasa lebih baik" jawab Erina mengenakan kembali long cardigan longgarnya

" Syukurlah, apa kau lapar? mau ku buatkan sesuatu?" Yerkhan kembali bertanya sembari menutup kembali gel pereda nyeri yang ia pegang.

Melihat Erina yang hanya terdiam sembari menggelengkan kepala, membuat pria tampan tersebut memberikan pertanyaan kembali.

" Bagaimana jika setelah kau sembuh, kita pergi bermain ice skating dan bermain ski? kau suka bermain ski?" tanya Yerkhan seolah sedang membujuk kekasihnya

" Yerkhan"

Teguran Erina seketika menghentikan ocehan pria tampan tersebut.

" Sungguh aku tidak apa-apa, jangan terlalu khawatir" ujar Erina menggenggam hangat jemari kekasihnya. Membuat Yerkhan yang merasa dimaafkan pun bisa sedikit bernapas lega.