Impian Yang Pupus

Sekitar 40 menit mereka dalam perjalanan ke kampung Dirman. Sebelum tiba di kampungnya, Dirman sempat menelfon saat di mobil.

"Halo, jemput nah bawa dua motor." ucapnya tegas lalu ditutup teleponnya sepihak oleh Dirman.

"Siapa ya? Keluarganya kali ya?" batin Nurul melirik Dirman sekilas. Usai Dirman menelfon Nurul berbisik. "Jangan kasar-kasar dong!" peringatnya. Dirman hanya tersenyum saja menanggapi komentar Nurul.

"Kiri depan pak." ucap Dirman, mobil pun berhenti lalu Nurul dan Dirman turun. "Terima kasih pak." Dirman membayar ongkos mobilnya dan juga Nurul.

"Ayo." ajak Dirman karena melihat Nurul bengong saja.

"Ish, dia ini gak ngerti perasaan aku yang grogi." batin Nurul menggerutu. Dia ikuti Dirman di belakang untuk mendekat pada kemenakan Dirman yang baru datang dengan membawa dua motor.

"Cieeee Om bawa calon isteri." ledek kemenakannya sambil menyerahkan kunci motor sambil berlalu pergi sebelum kena semprot dari Omnya.

"Da Om." ledek kemanakan Dirman yang satu lagi. Dirman memposisikan diri untuk membawa kendaraan roda duanya.

"Naiklah." ajaknya pada Nurul, dia pun mengikut untuk naik diboncengan Dirman. "Pegangan, jalanan jelek." peringatnya. Mau tidak mau Nurul berpegangan pada ujung baju kaos Dirman yang dia kenakan.

"Pegangan perut sayang biar romantis." ucap Dirman lagi.

"Ish, kapan jalannya." gerutu Nurul dalam hati. "Gak apa gini saja." jawabnya lirih.

"Gak terima penolakan." sahut Dirman cepat. Nurul menurut meski dia hanya berpegangan pada baju Dirman bagian depan tanpa menyentuh perut rata Dirman yang rajin berlari.

"Deg deg banget nih, semoga keluarganya baik." batin Nurul sambil pegangan baju Dirman, berhubung jalanan beneran jelek! Tiba-tiba direm mendadak oleh Dirman.

"Aw." teriak Nurul spontan, bahkan dia berpegangan erat pada Dirman. Saat sadar dia langsung melepas pelukan dari belakang, lalu mundur teratur.

"Berisik juga kamu!" ujar Dirman, dia memperbaiki posisinya. Memang tidak terjatuh, hanya karena jelek makanya Nurul sampai kaget hingga duduknya maju hingga menempel pada Dirman. "Kan sudah saya bilang, jalanan jelek." ujarnya lagi.

"Kenapa dia diam saja ya." batin Dirman bermonolog lalu menjalankan roda duanya menuju rumahnya. Karena perjalanan jelek maka memakan waktu sekitar tiga puluh menit untuk tiba di tujuan.

Jika perjalanan sudah bagus atau di aspal, maka dapat ditempuh dengab waktu sepuluh menit atau lima belas menit saja. Sesampainya di rumah Dirman, sudah ramai dengan warga yang membantu memeriahkan pesta.

"Ramai kak, aku malu!" bisik Nurul sebelum turun dari boncengan.

"Kamu gak mau turun? Dilihatin orang tuh." tegur Dirman. Perlahan Nurul turun dari boncengan dengan malu-malu.

"Wajar sih ramai orang, emang mau pesta." gerutu Nurul dalam hati, dia menyalahkan dirinya karena berkomentar yang salah.

"Masuk yuk, ini kah adik iparku?" tanya ipar perempuan Dirman. Nurul senyum malu-malu diajak masuk oleh ipar kekasihnya. "Gak usah malu-malu. Masuk yuk, nanti diperkenalkan sama yang lain." ajaknya menuntuk Nurul masuk ke dalam rumah.

Nurul hanya tersenyum dan mengangguk, dia dibawa masuk dan disambut baik keluarga.

"Perhatian semua, ini ada calon isterinya Dirman." ujar kakak Ipar Dirman agak lantang, semua orang yang sibuk pun memusatkan perhatiannya pada suara.

"Nama kamu siapa de?" bisiknya.

"Nurul kak, Nurul Latifah." jawab Nurul berbisik pula.

"Namanya Nurul, calon isterinya Dirman. Nama saya Asni, ini adik saya Ammi." ujarnya. Dia ajak Nurul mendekat pada keluarga yang tengah sibuk untuk diperkenalkan satu persatu.

"Saya itu iparnya Dirman, nah ini kakak kandung Dirman yang mau nikah. Namanya Darma, dan itu adik bungsunya namanya Dinda." jelas kak Asni menjelaskan.

Usai dikenalkan pada beberapa keluarganya, Nurul membantu persiapan pengantin. "Ayo makan dulu sudah siang." ajak kak Darma calon pengantin. Nurul mengangguk setuju.

"Dirman, belum makan pacarmu. Sana ajak makan." panggil kak Darma pada sang adik. Dirman mendekat lalu mengajak Nurul makan di rumah sebelah, rumah sang kakak kedua namanya Alma.

Dirman tujuh bersaudara, dia anak ke enam. Yang belum menikah tinggal Dirman dan Dinda yang sudah tamat sekolah hanya belum kuliah.

...----------------...

Othor akan perkenalkan nama-nama keluarga Dirman. Ayahnya Abdullah, ibunya almarhumah Nurbaya. Anak pertama Salma Setia, kedua Alma Wati, ketiga Jasmin Abdul, keempat Rudi Ahmad dan isterinya bernama Asni Tamrin, kelima Darmawati, keenam Dirman Fathir, dan terakhir Dinda Karina.