NovelToon NovelToon
Ijinkan Aku Menjauh Sersan!

Ijinkan Aku Menjauh Sersan!

Status: tamat
Genre:Tamat / Kehidupan Tentara
Popularitas:312k
Nilai: 4.8
Nama Author: Hasna_Ramarta

Pernikahannya dengan Serka Dilmar Prasetya baru saja seminggu yang lalu digelar. Namun, sikap suaminya justru terasa dingin.

Vanya menduga, semua hanya karena Satgas. Kali ini suaminya harus menjalankan Satgas ke wilayah perbatasan Papua dan Timor Leste, setelah beberapa bulan yang lalu ia baru saja kembali dari Kongo.

"Van, apakah kamu tidak tahu kalau suami kamu rela menerima Satgas kembali hanya demi seorang mantan kekasih?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3 Suara Perempuan di Ujung Telpon

     Sebulan kemudian. Dilmar belum ada menghubungi Vanya seperti yang pernah ia katakan sebulan yang lalu. Vanya semakin dilanda resah dan gelisah. Tapi, atas bujukan sang mama mertua, akhirnya Vanya bisa bersikap tenang dan tidak terlalu berpikiran yang tidak-tidak tentang Dilmar di sana.

     "Doakan saja suamimu selamat di sana. Mama rasa di sana sinyalnya memang buruk. Jadi, kalau mau menghubungi menunggu sinyal bagus dan di jam-jam tertentu."

     Vanya hanya mengangguk apa yang dikatakan mama mertuanya. Dia pun tidak mau berpikiran yang tidak-tidak tentang Dilmar.

     Sore pun tiba, saatnya pulang. Hari ini Vanya merasa ingin pulang ke rumah ibunya. Jarak tempuh ke rumah ibunya hanya setengah jam. Tapi sebelum memutuskan, Vanya harus ijin dulu sama Bu Sonia. Karena selama ini Vanya memang tinggal bersama mertuanya.

     "Ma, bolehkan Vanya hari ini pulang ke rumah ibu? Vanya sudah kangen sama ibu," ijinnya ragu.

     Bu Sonia menoleh ke arah Vanya, "Boleh. Pulanglah dulu ke rumah ibumu. Tapi, tunggu sebentar. Mama ke toko samping dulu, mama mau beli oleh-oleh untuk ibumu. Kamu tunggu saja di toko dan selesaikan tugas terakhirmu," ujar Bu Sonia sembari berlalu.

     Vanya senang mendengar mama mertuanya mengijinkan ia pulang ke rumah ibunya. Karena sudah sebulan Vanya tidak pulang ke rumah ibunya yang kini sudah menjadi janda ditinggalkan wafat oleh suaminya, dua tahun yang lalu. Kini sang ibu tinggal bertiga dengan adik laki-laki dan perempuan Vanya yang masih duduk di bangku SMA. Sedangkan adik laki-laki yang merupakan adik pertama Vanya, sudah keluar dari SMK, lalu bekerja di salah satu bengkel mobil di kotanya.

     Beberapa saat kemudian, Bu Sonia datang dengan membawa dua kantong kresek yang isinya tentu saja makanan. "Nah, ini bawa untuk ibu dan adik-adikmu. Titip salam mama untuk ibu dan adik-adikmu," ucap Bu Sonia seraya memberikan dua kantong itu ke tangan Vanya.

     "Ma, banyak sekali." Vanya sempat terkesima melihat dua kantong kresek yang diberikan mama mertuanya yang isinya banyak. Kantong pertama kue bolu dan kue-kue kering, dan kantong kresek yang kedua merupakan buah-buahan.

      "Sudah, bawa saja. Kamu segera pulang, mama takut kena macet kalau jam segini masih di sini. Hati-hati di jalan, ya," ujar Bu Sonia seraya menyuruh Vanya segera pergi karena di jam segini memang sering padat karena bertepatan dengan kepulangan orang-orang dari tempat kerjanya masing-masing.

     "Iya, Ma. Vanya pamit dulu. Assalamualaikum." Vanya mencium tangan Bu Sonia sebelum ia bergegas menuju motornya di depan toko.

     Motor Vanya segera melaju menuju jalan yang menghubungkan ke alamat rumah ibunya.

     Tiga puluh menit kemudian, motor Vanya sudah tiba di depan rumah sang ibu. Kebetulan Bu Fatma baru saja menutup warung makannya yang berdiri di samping rumahnya. Bu Fatma adalah ibunya Vanya. Sejak suaminya masih ada, Bu Fatma sudah berjualan di samping rumah. Barang yang dijualnya bahan-bahan pokok dan masakan yang sudah jadi.

     "Assalamu'alaikum. Ibu."

     Vanya memarkirkan motornya dengan betul sebelum ia turun, lalu menghampiri ibunya yang sudah sebulan ini tidak ia jumpai.

     "Waalaikumsalam. Teh Vanya." Bu Fatma menyambut sang anak sulung dengan pelukan hangat penuh kerinduan, lalu diciumnya kepala Vanya. Walau sudah menikah, tapi Bu Fatma masih memperlakukan Vanya layaknya anak kecilnya.

     Bu Fatma memanggil Vanya dengan sebutan Teteh, karena Vanya memang anak pertama dan sebutan itu untuk membiasakan kedua adiknya memanggil Vanya Teteh juga sebagai penghormatan kepada sang kakak perempuan.

     "Ayo, Bu, masuk. Vanya punya oleh-oleh dari mama mertua buat ibu dan adik-adik. Ngomong-ngomong, ke mana Vela dan Vero, apakah mereka belum pulang?" heran Vanya seraya menoleh ke dalam rumah yang terlihat sepi, mencari kedua adiknya.

     "Mereka ada di dalam, mungkin saja baru selesai sholat Ashar." Baru saja Bu Fatma menjawab, Vela dan Vero muncul dan menghampiri keluar lalu menyambut Vanya.

     "Wah, ada Teh Vanya. Velaaa, Teh Vanya datang, bawa oleh-oleh banyak," pekik Vero adik laki-laki Vanya girang, seraya meraih kantong oleh-oleh yang dibawa Vanya dan membawanya ke dalam.

     "Teh Vanya? Lama banget Teteh nggak ke sini setelah nikah," sambung Vela yang mengikuti kakaknya dari belakang, sembari meraih tangan Vanya lalu menciumnya.

     "Ayo, masuklah." Bu Fatma menggiring ketiga anaknya yang masih berkumpul di teras depan menyambut kedatangan Vanya yang lama ditunggunya.

     "Oleh-olehnya banyak banget. Ini boleh dibuka, kan, Teh?" seru Vero sedikit ragu.

     "Buka saja, itu dikasih mama Sonia untuk ibu dan kalian," ujar Vanya membuat Vela dan Vero senang.

     "Asikkkk."

     Vanya terharu melihat tingkah kegirangan kedua adiknya. Vanya paham dengan sikap kedua adiknya itu, karena selama ini mereka jarang membeli buah-buahan di rumah. Cukup makan sama telur dan ikan asin atau tahu tempe saja sudah bersyukur, karena mereka hanyalah keluarga sederhana.

     Walau demikian Bu Fatma sangat bersyukur, almarhum suaminya Pak Fadil merupakan seorang ASN di sebuah instansi pemerintahan. Meskipun suaminya sudah meninggal, Bu Fatma masih bisa mendapatkan uang pensiun dari almarhum suaminya dan tunjangan buat kedua anaknya karena masih di bawah 21 tahun, meskipun tunjangan dari pemerintah yang dibayarkan tiap bulan itu tidak banyak, tapi Bu Fatma bersyukur setidaknya masih bisa menyekolahkan anak-anaknya minimal SMA atau SMK.

    "Bagaimana kabar suaminya Teh, sudah ada menghubungi?" singgung Bu Fatma.

     Vanya menghela nafas sejenak sebelum menjawab, "Bang Dilmar sudah bisa dihubungi seminggu setelah berada di perbatasan. Tapi, saat ini kami masih belum ada komunikasi lagi, berhubung sinyal di sana buruk." Vanya menjawab seadanya. Tapi, Vanya tidak bercerita tentang apa yang dikatakan Dilmar atau seperti apa sikap Dilmar di telpon kala itu.

     Bu Fatma mengangguk-angguk sebelum berkata, "Kamu harus banyak bersabar, Teh. Doakan saja suami kamu supaya selamat dan sehat di sana," harap Bu Fatma tidak bertanya lagi.

     Setelah beberapa saat bercengkrama bersama keluarga kecilnya sembari menikmati bolu pemberian mama mertuanya, Vanya berpamitan untuk masuk ke kamar. Karena ia pun saat ini harus segera membersihkan diri untuk sholat Maghrib.

     Kedua adik Vanya pun mengikuti jejak sang kaka, mereka masuk ke kamarnya masing-masing untuk melaksanakan sholat Maghrib. Tapi Vero keluar kamar lagi dan bergegas keluar untuk sholat di mesjid.

     Vanya membaringkan tubuhnya setelah ia melaksanakan sholat Maghrib. Suara dering telpon tiba-tiba terdengar. Vanya segera meraih Hp nya. Alangkah bahagianya Vanya sebab yang menghubunginya adalah Dilmar sang suami yang selama ini dirindukannya.

     "Assalamualaikum, Abang," sambutnya girang.

     "Waalaikumsalam. Kamu lagi di mana? Oh ya, Aku saat ini sehat-sehat saja. Jadi, kamu jangan khawatir di sana, ya. Terus kalau aku tidak menghubungi, kamu jangan hubungi aku dulu. Baiklah, hanya itu yang ingin aku sampaikan. Salam buat mama." Dilmar bicara tanpa henti dan belum sempat dijawab Vanya, seakan waktunya terbatas.

     "Abang, tunggu sebentar." Vanya menahan Dilmar supaya jangan dulu menutup telponnya.

     "Siapa itu Kak?" Sebelum panggilan itu ditutup, terdengar sebuah suara perempuan yang lembut didekat suaminya. Vanya tersentak, batinnya bertanya-tanya siapakah gerangan suara perempuan barusan yang terdengar dari ujung telpon sana?

1
Ayla Anindiyafarisa
aku udah selesai bacanya y thor
Nasir: Alhamdulillah. Terimakasih byk. Lanjut ke karya lain ya bila berkenan.
total 1 replies
Ayla Anindiyafarisa
mantan pacarku tu bang sidik😅😅
Ayla Anindiyafarisa
kalau g sadar juga kasi sianida aja van🤭
Nasir: Waduhhh
total 1 replies
Ayla Anindiyafarisa
bagus kena bogem dari bapaknya biar kapok si dilmar
Ayla Anindiyafarisa
aku mampir thor
Nasir: Makasih byk Kak. Semoga betah n suka.
total 1 replies
꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂
idih amit amit sebel sama si dilmar😤
꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂
Luar biasa
Nasir: Terimakasih byk...🥰🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Rosmina Sumang
Kecewa
Rosmina Sumang
Buruk
Dewi Oktavia
sabar,belum di kasih rezeki jika dikasih anak
Dewi Oktavia
wkwkwk,darah muda selalu bergoyang ingat yang halal y bukan haram👍
Nasir: Hehhee.... apanya yg bergoyang nih?
total 1 replies
Dewi Oktavia
nah Lo,,,,suami jarang pulang bisa habis badan istri jika suami suka pulang selalu di goyang bisa lemas😂🤣
retiijmg retiijmg
Luar biasa
Nasir: Makasih Kak...
total 1 replies
Dewi Oktavia
jodoh, rezeki, maut tentukan tuhan,secinta apapun jika tidak akan bersama sangat sulit tapi jika kita berjodoh alangkah senangnya rumah tangga.
Dewi Oktavia
itu lah laki jika jalan sama istri y,tak mau ribut dan berakhir tak dapat jatah di malam hari🤣
Dewi Oktavia
wkwkwkwkw,laki tak bisa tahan jika na minta harus dapat jika di tolak pasti marah🤣😂
Nasir: Betul betul. betul... 😄😄😄
total 1 replies
Dewi Oktavia
menegangkan
Dewi Oktavia
cemburu
Dewi Oktavia
susah juga y suami yang salah tetap juga istri yang salah
Nasir: Iya betul Kak...
total 1 replies
Dewi Oktavia
aneh tapi nyata
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!