Grace, kini harus menjadi anak yatim piatu setelah kedua orangtuanya di habisi secara keji oleh Chan Ryder, hanya karena kalah tender. Sejak kecil Grace di urus dan dibesarkan oleh orang yang telah membunuh kedua orang tuanya, bahkan kakaknya pun ikut menjadi korban. Bagaimana jadinya jika Grace tahu jika orang yang sudah merawatnya adalah orang yang sudah tega memisahkan ia dan keluarganya?
Penasaran sama kelanjutan ceritanya? Yuk langsung baca. Jangan lupa like, komen, vote, dan kasih ulasan terbaiknya. oke👌😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RD Junior, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Grace terus berjalan mundur tanpa memperhatikan situasi yang ada dibelakangnya, sehingga kakinya tersandung, tubuhnya pun terjatuh tepat di atas tempat tidur.
Glekk.
Delard menelan saliva susah payah melihat handuk yang di kenakan Grace hampir melorot. Dia pun menurunkan pandangannya kearah paha mulus Grace yang sangat molek, seketika jiwa lelakinya meronta-ronta dan ingin sekali menyentuh milik Grace yang paling berharga.
Saat Grace ingin bangkit, dengan cepat Delard menindih tubuh Grace dibawah Kungkungan nya.
"Kak Delard mau apa?" Grace membulatkan mata melototi kakak angkatnya yang mulai kurang ajar.
"Aku ingin membuat kesepakatan dengan mu," ucap Delard menatap lekat wajah cantik adiknya.
"Kesepakatan? kesepakatan apa yang kau maksud?" Grace tidak mengerti dengan apa yang di katakan oleh kakaknya.
"Aku berjanji tidak akan berbuat macam-macam lagi kepadamu, tapi dengan syarat!"
"Apa lagi? berhentilah berteka-teki!" decak Grace merasa geram, apalagi Delard terus menindih tubuhnya.
"Aku akan mengulangi perbuatan yang telah ku lakukan semalam kepadamu__"
"Kau gila, ya?! Aku tidak mau!" decaknya seraya membuang pandangan kearah lain.
"Diam lah. Aku belum selesai berbicara," cercahnya seraya meletakkan telunjuk tangan dibibir tipis adiknya. "Aku tidak akan pernah berbuat macam-macam lagi padamu, jika kau kuat menahan has*rat ketika aku membelai tubuhmu," lanjutnya.
Grace mengernyitkan dahi mendengar ucapan kakaknya. "Aku tidak mau!" sarkasnya dengan lantang.
"Berarti secara tidak langsung kau mengakui jika kau menikmati sentuhan yang ku berikan padamu semalam," desis Delard, "kalau begitu aku akan mengulanginya lagi dan lagi, agar kau mau mengakuinya," lanjutnya.
"Kak Delard!" bentak Grace karena geram mendengar ucapannya.
Delard kembali membungkam mulut adiknya. "Jangan pernah meneriaki namaku. Jawab saja, kau siap menerima tantangan ku atau tidak?" Dia pun melepas kembali tangannya agar Grace dapat menjawab.
"Kalaupun aku menolak tantangannya, bukankah kak Delard bilang dia akan terus mengulanginya, sampai aku mengakui jika aku memang menikmatinya," batin Grace. "Apa aku iyakan saja? Supaya dia berhenti berbuat kurang ajar padaku. Lagi pula aku yakin jika aku tidak akan terpancing olehnya," lanjutnya dalam hati.
"Jangan berpikir terlalu lama," tegur Delard yang sudah tidak sabar ingin melahap habis ranum bibir adiknya yang begitu sangat menggoda.
"Baik, tapi ini yang terakhir. Kalau sampai Kak Delard berani kurang ajar lagi padaku, maka aku tidak akan segan-segan mengadukan perbuatanmu pada mommy dan daddy. Aku yakin meskipun Kak Delard itu anak kandung mereka, tapi mereka tidak akan membenarkan perbuatan Kakak ini terhadapku," ungkap Grace panjang lebar.
Delard tersenyum menyeringai. "Ini memang akan menjadi yang terakhir, tapi itu berlaku jika kau memang tampak tak menikmatinya. Bahkan aku sendiri yang akan menghentikan aksiku," ucapnya, kemudian menyunggingkan senyuman.
"Oke, deal! Awas saja kalau kau bohong." Grace tampak percaya diri, dia yakin bisa lolos dari tantangan yang diberikan oleh kakak angkatnya tersebut.
Delard mendekatkan wajahnya kepada Grace lalu kemudian menciumnya. Tangannya mulai aktif meraba-raba dari leher, tangan, lalu berhenti di paha mulus Grace dan mengelus-elusnya. Dia terus melumat, menghisap, bahkan sesekali menggigit ujung bibirnya.
Setelah cukup lama Delard pun melepaskan ciumannya lalu menatap dalam-dalam wajah cantik adik angkatnya. "Bagaimana? apa kau menyukainya?" tanya Delard seraya menyunggingkan senyuman.
Grace menggigit ibu jari tangannya. "Sepertinya aku telah memenangkan tantangan ini," ucap Grace dengan nafas yang tak beraturan.
"Ini baru permulaan, karena sebentar lagi aku akan membuatmu mengakuinya."
"Apa lagi yang ingin kau lakukan?" sinisnya.
Delard tak menjawab pertanyaan Grace. Dia langsung melahap habis pay*dara Grace setelah membuka sebagian handuk putih yang menutupi keindahan tubuhnya.
Grace hanya bisa pasrah melihat Kakak angkatnya bermain-main dengan kedua buah sintal miliknya, seperti layaknya anak kecil yang sedang menyusu.
Grace memejamkan mata, menikmati sentuhan hangat yang di berikan kakak angkatnya. Tanpa sadar dia melingkarkan kedua tangan di leher Delard.
Delard terus melahap hampir semua bagian tubuh Grace dengan cara mencium, menj*lat hingga meninggalkan beberapa jejak kepemilikan disana. Tak sampai disitu, dia menurunkan ciumannya tepat di area p*ngkal pahanya lalu menj*latnya.
"Ah,," tanpa sadar Grace pun mengeluarkan suara d*sahan nya sehingga membuat Delard tersenyum menyeringai.
Delard terus mencium area intinya, menj*lat dan menghisapnya hingga membuat aliran darah Grace seakan mendidih dan membuat tubuhnya menggelinjang hebat, karena tak kuat menahan kenikmatan yang teramat luar biasa menyerangnya.
"Ah, Kak Delard," Grace meremas-remas rambut Delard saat Delard menciumi area intinya, rasanya begitu hangat dan nikmat.
Delard menghentikan aksinya. Lagi-lagi dia tersenyum menyeringai ketika melihat ekspresi wajah Grace yang tampak sangat menyukai sentuhannya. "Apa kau menyerah?"
Kali ini Grace tidak dapat memungkirinya, karena pada kenyataannya dia memang sangat menyukai setiap sentuhan hangat yang diberikan oleh kakak angkatnya, sehingga membuat tubuhnya meremang.
"Aku menyerah! Tolong jangan pernah lakukan ini lagi kepadaku, kasihanilah aku, aku ini seorang pelajar, tolong jangan rusak masa depan ku," ucap Grace dengan nafas yang tersengal-sengal.
Delard memang belum berniat untuk merenggut mahkotanya sekarang, tapi nanti.
"Kau sudah kalah! Jadi mulai besok lakukanlah secara suka rela, tanpa melalui perdebatan yang tak penting terlebih dulu seperti tadi," ucap Delard secara tegas. Dia pun berdiri, kemudian pergi meninggalkannya.
"Akh sial! Kenapa aku malah menikmatinya." Grace merutuki dirinya sendiri.
Pagi harinya.
Hari ini adalah jadwal penerbangan pesawat yang akan di tumpangi Chan Ryder untuk melakukan perjalanan bisnis keluar negeri dengan di temani oleh sang istri dan beberapa pengawalnya.
Grace sempat merengek ketika Azura akan meninggalkannya, namun setelah di beri pengertian jika mereka hanya akan pergi selama beberapa minggu saja, akhirnya Grace pun merelakan kepergian mereka dengan sangat terpaksa.
"Mommy..." Grace memeluknya dengan sangat erat, karena jujur saja dia tidak siap jika harus ditinggalkan olehnya. "Tidak bisakah hanya daddy saja yang pergi? Kenapa Mommy harus ikut?" rengeknya.
"Kalau Mommy tidak ikut dengan daddy, lantas siapa yang akan melayani dan mengurus semua keperluannya selama disana?" tutur Azura begitu lembut.
"Kalau begitu tolong ajak aku juga, karena aku tidak bisa sendirian disini," rengeknya seperti anak kecil. Grace baru sadar, meskipun Azura dan Chan Ryder bukanlah orangtua kandungnya, tapi mereka sangat tulus menyayanginya.
"Mana bisa begitu. Kau itu harus sekolah," Azura melepas pelukannya lalu memegangi kedua pipi putri angkatnya. "Dan kau juga tidak sendirian, karena di sini ada Delard yang akan menjagamu."
Grace menoleh kearah Delard yang sedang memeluk daddy nya. "Dia itu bukan kakak yang baik, karena dia selalu saja mengganggu ku."
"Itu mungkin bentuk dari kasih sayangnya terhadapmu. Apa kau lupa, jika selama ini kau juga sering mengganggunya."
Grace tertegun sejenak dan berpikir, haruskah dia memberi tahu Azura tentang perbuatan yang dilakukan Delard semalam kepadanya. "Tapi Mommy..." Grace menggantung ucapannya di tenggorokan.
Azura menoleh kepada Delard. "Delard, jaga adikmu baik-baik selama Mommy dan daddy tidak ada," pintanya penuh penekanan.
Grace meneteskan air mata melihat kepergian Azura dan Chan Ryder menaiki pesawat yang akan mereka tumpangi.