NovelToon NovelToon
Hasrat Terlarang Istri Yang Diceraikan

Hasrat Terlarang Istri Yang Diceraikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / One Night Stand / Selingkuh / Cerai / Romansa / Penyesalan Suami
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dark Vanilla

"perceraian ini hanya sementara Eve?" itulah yang Mason Zanella katakan padanya untuk menjaga nama baiknya demi mencalonkan diri sebagai gubernur untuk negara bagian Penssylvania.

Everly yang memiliki ayah seorang pembunuh dan Ibu seorang pecandu obat terlarang tidak punya pilihan lain selain menyetujui ide itu.

Untuk kedua kalinya ia kembali berkorban dalam pernikahannya. Namun ditengah perpisahan sementara itu, hadir seorang pemuda yang lebih muda 7 tahun darinya bernama Christopher J.V yang mengejar dan terang-terangan menyukainya sejak cinta satu malam terjadi di antara mereka. Bahkan meski pemuda itu mengetahui Everly adalah istri orang dia tetap mengejarnya, menggodanya hingga keduanya jatuh di dalam hubungan yang lebih intim, saling mengobati kesakitannya tanpa tahu bahwa rahasia masing-masing dari mereka semakin terkuak ke permukaan. Everly mencintai Chris namun Mason adalah rumah pertama baginya. Apakah Everly akan kembali pada Mason? atau lebih memilih Christopher

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dark Vanilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ibu tirinya

Matahari mulai tenggelam ketika mobil mustang Christopher memasuki perkarangan sebuah rumah besar bergaya American Classic dengan halaman cukup luas dan air mancur di tengahnya.

Dia harus menempuh perjalan beberapa jam untuk mencapai Harrisburg dimana sang ayah tinggal di pusat kota Penssylvania.

Pemuda itu berjalan lurus ke dalam rumah dimana seorang butler menyambutnya.

"Tuan besar meminta anda menunggu di ruang santai terlebih dahulu tuan." ujar pria itu ketika menyambut mantel Christopher.

"Mana Travis?"

"Ada di ruangan itu juga."

tepat setelah itu seorang pria berambut blonde dengan setelan jas berwarna abu tua muncul dari dalam rumah. Pria itu sekilas menatapnya dengan mata olive nya, sebelum melewati Christopher begitu saja.

Tak mau ambil pusing dengan tamu sang ayah, Christopher segera menuju ruangan yang di tunjuk sang butler tadi.

Tidak menemukan Travis atau siapapun di sana, Christopher kemudian duduk di sofa yang ada di ruangan itu.

"Oh, Christopher, kau datang?" sapa seorang wanita yang tiba-tiba muncul di belakang tubuhnya.

Christopher merasa tak perlu berbalik untuk mengetahui siapa itu, Lantas mengambil cangkir teh yang telah di siapkan pelayan, dan meneguk isinya dengan santai.

"Bagaimana kabarmu, Chris?" tanya wanita itu lembut.

"Hubungan kita tidak sebaik itu untuk saling menanyakan kabar, Nora." wanita yang mengenakan gaun hitam tak berlengan hingga menampilkan gundukan dadanya, mengulum senyum.

Nora melangkah lebih dekat, duduk di sofa di seberang Christopher dengan gerakan anggun yang tampaknya disengaja untuk menarik perhatian. Senyum tipis masih menghiasi wajahnya, seperti seorang aktor yang tahu betul memainkan perannya.

"Aku tahu kau tak pernah menyukaiku. Tapi tidak kah kau lelah bersikap dingin seperti itu?"

Christopher menurunkan cangkir tehnya ke meja. Tatapannya datar namun sengit ke wajah wanita itu. "Aku tidak bersikap dingin, Nora. Aku hanya tidak ingin membuang waktu dengan percakapan yang tidak ada gunanya."

Nora terkekeh, rambut pendeknya berwarna karamel itu bergerak mengikuti gerakan kepalanya ketika menunduk untuk tertawa pelan. "Sikapmu ini menjelaskan bahwa kau masih belum move on dari masa lalu yang terjadi di antara kita kan, Christopher? Kau tak bisa membuang ingatan tentang kakak cantikmu ini."

"Inilah salah satu alasan aku tidak menyukaimu, Nora. Selain jalang, kau juga terlalu percaya diri hingga membuatku ingin muntah." Nora menegang, mendengar desisan Christopher dengan wajah tak terganggunya.

"Dan apa kau bilang tadi? Keluarga? Kau lupa, aku sudah lama keluar dari kartu keluarga ayahku. Kau pikir aku sudi menganggapmu bagian dari keluarga ini?" tambah Christopher dengan seringaian angkuhnya.

"Setidak sukanya kau padaku, aku tetap bagian keluarga ini, dan tak ada yang bisa kau lakukan dengan kenyataan itu." kini Nora yang berdecih dan menarik sudut bibirnya santai.

"Yeah, bukankah itu memang obsesimu sejak dulu?"

Air muka Nora menggelap, dia mulai terpancing emosi berbicara dengan Christopher.

"Aku mengerti jika kau patah hati padaku. Tapi kenyataan bahwa aku sekarang adalah ibu tirimu tidak dapat kau abaikan, Christopher. Dan akui saja itu membuatmu sesak, kan? tempat dimana seharusnya ibumu berada kini diisi olehku? Jangan salahkan aku Chris. Karena kau yang membuat ibumu terbunuh."

Nora bahkan tak sempat menutup mulutnya ketika menyadari cengkraman dingin yang entah bagaimana telah melingkari lehernya.

Christopher dengan tataan gelap penuh amarah, berdiri di hadapannya, Urat-urat di pelipisnya menonjol dan rahang mengetat, pria itu memancarkan aura berbahaya yang menyesakan.

"Kau banyak sekali bicara ya!" desis Christopher dengan suara rendah penuh amarah. Membuat Nora tanpa sadar menelan ludah, meski berusaha tetap tenang.

"Hei, hei, hei ... makan malam belum dimulai dan kalian sudah mau saling membunuh saja." Suara Travis terdengar santai masuk dengan langkah ringan. Memegang gelas sampanye yang hampir kosong. Menatap kedua orang itu malas.

"Lepaskan dia Chris." Travis berujar kembali seraya meletakan gelas kosongnya ke meja.

"Aku ingin merobek mulutnya ini." desis Chris kini mencengkram mulut Nora. Sementara wanita itu mulai gemetar meski dia coba menyembunyikannya.

"Percayalah, aku pun inginnya begitu." Travis mendengus. "Namun saat itu terlalu cepat untuk membuat dirimu ditendang dari rumah ini, Christopher. Toh dia hanya kucing hitam tanpa taring dan cakar."

Wanita itu tak memiliki terlalu banyak pengaruh dalam keluarga mereka memang, tetapi masalahnya sang ayah telah dibutakan cinta.

Setelah beberapa lama di bawah intimidasi Christopher, akhirnya Nora dilepaskan meski dengan kasar hingga ia terhuyung. Tepat setelah itu, seorang pria paruh baya masuk ke ruangan.

"Ada apa ini?" suara tegas Mr. Vaughan menggema di ruangan.

"Ah, sayang. Apa tamu mu sudah pulang?" Secepat kilat ekspresi Nora berubah. Menghampiri sang suami, bergelayut manja di lengannya.

"Katakan padaku ada apa? Apakah bajingan tengik itu membuat masalah lagi denganmu?" tak menjawab pertanyaan istri mudanya. Matanya pria paruh baya itu menyipitkan mata.

Nora terkekeh centil, "Tidak, sayang. Aku hanya menyapanya dan menanyakan ini dan itu padanya. Kau tau jika anak-anak mulai dewasa tidak terlalu suka jika mendengar ocehan orang tua, kan."

Mr. Vaughan menatap kedua anaknya yang kini duduk dengan santai, bergantian.

"Kalau begitu, ayo kita ke ruang makan, sekarang!" kata Mr, Vaughan sebelum berlalu bersama Nora.

Christopher menekan rahangnya, bola matanya menyipit. "Bertahanlah, Christopher, jangan buat masalah," ujar Travis, memegang pundak sang adik kemudian melengang pergi.

Meremat jemarinya hingga buku-buku nya memucat, Christopher kembali mengingat segala hal yang membuatnya membenci Nora yang dulu adalah guru privat nya ketika masih duduk di awal Middle School.

Nora, yang saat itu berusia 22 tahun, adalah wanita pertama yang membuat dada Christopher berdebar. Pembawaannya yang ceria serta parasnya yang cantik benar-benar memikat bocah itu. Tak heran, Christopher yang biasanya bandel pun dengan mudah tunduk dan duduk diam untuk belajar darinya.

Sifat Nora yang baik juga membuat Nyonya Vaughan menyukainya. Sebagai seorang anak yatim dengan ibu yang tengah terbaring di rumah sakit akibat kanker, Nora kerap menerima bantuan biaya dari Nyonya Vaughan dan telah dianggap seperti keluarga, terutama karena wanita itu tidak memiliki anak perempuan. Hingga akhirnya, setelah mengalami tunggakan dan diusir dari flatnya karena tak mampu membayar sewa, Nora diminta untuk tinggal bersama keluarga Vaughan.

"Kakak, apa kakak punya pacar?" tanya Christopher kecil, menatap Nora dengan rasa ingin tahu.

"Tidak ada. Kenapa?" balas Nora, tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang dikoreksi.

"Besok lusa kan Valentine. Kasihan sekali kalau kakak tidak punya pacar. Nanti tidak ada yang memberimu coklat atau bunga."

"Kasihan?" Nora menaikkan alisnya. "Memangnya kau dapat coklat?"

"Tentu saja! Aku ini idola di sekolah. Setiap Valentine, aku bisa mendapat coklat dan hadiah sampai tiga kantong penuh!" ujarnya dengan bangga.

"Benarkah?" Nora terkekeh. "Ya, itu sih wajar saja. Christopher kami ini kan tampan," godanya.

Mendengar pujian itu, pipi Christopher kecil langsung bersemu merah. Nora tersenyum jahil. Ia senang menggoda bocah itu dan melihatnya salah tingkah—sungguh menggemaskan.

Setelah kembali fokus mengoreksi pekerjaan muridnya, Nora tidak menyadari bahwa Christopher tampak berpikir serius, seperti tengah mempertimbangkan sesuatu.

"Kakak," panggilnya akhirnya. "Coklat seperti apa yang kakak suka? Kalau hadiah, kakak ingin apa di hari Valentine ini?"

Nora menghentikan aktivitasnya dan menatap Christopher penuh selidik. "Kenapa? Apa kau mau memberikannya untukku?"

1
Vanilabutter
iya. makasih ya dukungannya. 🥰
Agus Tina
Thor sering2 up ya. Kutunggu .... vote untukmu. Ceritanya bagus ....
Agus Tina
Visualnya pas thor ...
Agus Tina
Awal yang bagus ... suka ...
Vanilabutter: terima kasih kak. terus baca ya /Smile/
total 1 replies
Dewi Rahmawati
ini menarik aku suka🥰
Vanilabutter: terima kasih kak, terus baca ya /Grin/
total 1 replies
Kovács Natália
Wow, luar biasa!
Nụ cười nhạt nhòa
Bagus banget alur ceritanya, tidak monoton dan bikin penasaran.
Mokey D.Luffy
Seru banget! 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!