Membunuh istri seorang Mafia???
Begitulah yang terjadi pada Disha si reporter Indonesia saat berada di kapal pesiar. Dia terjebak dalam situasi sulit ketika dia terpergok memegang sebuah pistol dengan jasad wanita di depannya yang merupakan istri tercinta dari seorang mafia bernama Noir Mortelev.
Mafia Rusia yang terkenal akan hati dingin, dan kejam. Mortelev adalah salah satu diantara para Mafia yang berdarah dingin, dan Noir merupakan keturunan dari Mortelev sendiri.
Kejadian di kapal pesiar sungguh membuat Disha hampir mati di tangan Noir saat pria itu ingin membunuhnya setelah mengetahui kematian istrinya, namun dia bersumpah akan membunuhnya secara perlahan lewat siksaan batin dan jeratan pernikahan.
“Akan aku berikan neraka untukmu sebagai balasan kematian istri dan anakku yang belum lahir. You understand!”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AM'sLL — BAB 14
BERUSAHA KABUR!
Hujan mengguyur kota Moskow. Noir memejamkan matanya ketika dia berdiri di sebuah dermaga hingga air hujan membasahinya. Dengan sebatang rokok terapit diantar bibirnya. Pria itu membuka mata ketika ia mengingat istrinya, Teodora.
(“Maafkan aku Noir. Kau pergi terlalu lama, semuanya terjadi begitu saja.”)
(“Kau mengundang kematian mu sendiri Dora.”)
Percakapan itu benar-benar terlintas jelas di ingatan Noir saat terkahir kalinya dia dan Teodora berbincang serius di kapal pesiar.
“Tidak ada ketenangan dalam hidupku.” Gumam Noir membuka matanya hingga tetesan air hujan menetes dari bulu matanya.
Sementara Disha yang mendengar suara rintikan air hujan, ia bangkit dari duduknya dan mencoba melihat lebih dekat ke jendela meski tidak dibuka, namun Disha senang melihat air hujan turun begitu deras.
“Aku tidak membunuhnya.” Gumam Disha ketika dia mengingat akan kejadian malam itu. Dia sangat yakin seseorang mendorongnya dan membenturkan kepalanya hingga keningnya terluka, lalu pistol itu— tentu saja bukan miliknya.
Mengingatnya membuat Disha mengepalkan tangannya dan menatap tajam. Kematian kakaknya dan orang-orang tidak bersalah membuatnya kesal akan Noir Mortelev.
“HAAAAAA!!!!”
PYYAARRR!!! Kaca jendela pecah saat Disha memecahkannya dengan vas bunga yang cukup tebal. Wanita itu memejamkan matanya sekilas ketika serpihan kaca berserakan hingga melukai lengannya.
Tak berhenti di situ, Disha merobek beberapa kain hingga selimut tipis untuk disambung dan dijadikan sebuah tali.
-‘Jika aku harus menjadi pembunuh untuk bebas, maka aku akan melakukannya. Kau salah sudah menuduhku.’ Batin Disha yang bersiap turun dari lantai atas dengan menggunakan kain yang sudah dia siapkan.
Tentu, karena hum turun, semua pandangan menjadi kabur, bahkan tidak ada yang menyadari akan keberadaan Disha yang mencoba turun dari jendela atas.
Wanita itu benar-benar turun dan berhati-hati ketika para penjaga begitu ketat meski keadaan di halaman hujan. “Hhffuu— ” napas Disha memburu ketika dia membawa satu serpihan kaca yang cukup panjang namun tak begitu panjang.
Dengan gemetar Disha berjalan perlahan, mengangkat tangannya, dan menusukkan benda tajam tadi ke pundak seorang penjaga dan hampir dekat dengan leher.
“I'm sorry... I'm sorry!” gumamnya gemeter dan hampir tak bisa bernapas saat ia melihat pria tadi tergeletak dengan memegangi lehernya.
Dengan tangan gemetar Disha mengambil pistol anak buah Noir.
“HEY!" sentak salah seorang penjaga yang melihatnya hingga pria itu segera memanggil yang lain.
Tentu saja Disha segera bergegas ke arah manapun hingga ke halaman depan. “BERHENTI!” DARR!!
Wanita itu masih berlari. Mendengar suara gaduh, Sofiya keluar dari ruang perapian dan melihat keberadaan Disha yang mencoba berlari ke arah gerbang sembari menodongkan pistol.
“Apa yang wanita itu lakukan." Kesal Sofiya.
“Jangan menghalangiku, atau aku akan membunuhmu.” Ancam Disha kepada anak buah Noir yang memang tidak membawa saat berjaga di Mansion karena mereka bisa beladiri, namun untuk situasi sekarang—
“Turunkan senjatamu atau aku tidak segan membunuhmu.” Ancam balik Sofiya yang sudah berdiri di belakang Disha dengan jarak cukup jauh.
Tentunya dia juga menodongkan pistol. Dan kedua wanita tadi sama-sama mengancam. Dalam keadaan yang basah kuyup, semuanya menjadi tegang.
“LEPASKAN SENJATAMU! Dan aku akan membiarkanmu pergi.” sentak Sofiya menatap tajam hingga suaranya merendah saat akhir kalimatnya.
Mendengar itu, Disha masih berkerut alis tak percaya.
Di sisi lain, Nevi dan Yelena pun melihat dari dalam rumah. “Astaga!” gumam Nevi menutup mulutnya.
Sungguh, tidak pernah ada hal seperti itu sebelumnya di Mansion, dan Disha adalah wanita pertama yang berani memberontak dan membuat gaduh di Mansion Lev.
“Letakkan senjatamu dan pergilah!” ucap Sofiya sekali lagi.
Tentu, toh Disha tak akan bisa kabur dari kejaran Noir. Dia hanya tak ingin ada kegaduhan karena satu wanita dan juga alasan lainnya Sofiya menyuruh Disha pergi adalah— Untuk menghindari ancaman besar yang mungkin akan terjadi di antara Disha dan Noir.
Karena itu adalah rencananya.
“Aku tidak akan percaya dengan kalian.” Balas Disha menurunkan senjatanya lalu bergegas pergi sembari membawa pistolnya.
“BIARKAN DIA PERGI!” pinta Sofiya kepada para penjaga yang nampak khawatir akan kemarahan bosnya.
Disha melangkah tanpa alas kaki, membuka gerbang Mansion dan berlari keluar sedikit tertatih karena telapak kakinya yang terluka akibat serpihan kaca jendela.
Wanita itu berlari sambil menahan tangisnya dengan rambut panjangnya yang basah.
Sofiya yang melihat kepergian Disha, wanita itu menatap tajam menyuruh salah satu penjaga tadi untuk mendekat. “Cari dan habisi dia, jangan sampai Noir tahu.” Pinta Sofiya kepada penjaga andalannya itu dengan sedikit berbisik sehingga yang lain tidak tahu.
Tentu saja pria itu mengangguk dan mengerti akan Perintah itu.
Saat Sofiya bergegas masuk, dia melihat putrinya menatapnya dengan tak percaya. “Kenapa Ibu membiarkannya pergi? Bagaimana jika Noir tahu, dia akan marah.” Ucap Yelena.
“Dia akan tahu bahwa wanita itu kabur. Jika selagi kau tidak ikut campur, pergilah ke kamarmu!” pinta Sofiya sama sekali tidak peduli.
Wanita itu hanya menatap angkuh hingga Yelena benar-benar pergi dari keberadaan ibunya.
...***...
[“APA? BAGAIMANA— ”]
Alon yang berdiri dari duduknya langsung membanting ponselnya, menggebrak mejanya dengan marah.
“Dasar bodoh! Kenapa dia selalu gegabah!” kesal Alon ketika dia baru saja mendapatkan informasi dari anak buahnya mengenai keadaan di Mansion hingga rencana Sofiya yang ingin menghabisi Disha diam-diam.
Yang benar saja!
Pria dengan brewok putih itu mencoba tenang, berkacak pinggang hingga mengusap kepalanya lalu bertopang di pinggiran meja kerjanya seraya menunduk dengan menutup mata.
“Sofiya... Dia selalu merusak rencana! Aku harus memikirkan sesuatu." Gumam Alon mengangguk yakin dan segera menuju ke telepon seluler di atas mejanya.
.
.
.
Sementara di jalanan yang sepi. Disha mencoba berlari kemanapun ia bisa menjauh dari Mansion Lev.
“Tidak, jangan sekarang, aku mohon..” Gumam Disha saat mulai merasa keram di perut hingga pusing di kepalanya karena tiga hari dia tidak makan.
Saking lemas nya, langkah Disha mulai melambat, namun sebelum terjadi sesuatu padanya, wanita itu menyembunyikan pistolnya ke selipan celananya lalu menutupinya dengan kaos yang ia kenakan.
Disha kembali melangkah namun—
BRUAKKK!!
...°°°...
Hai guyss!!!! Sekali saya minta maaf karena up jam pagi² kuharap kalian mengerti hanya untuk bisa up dan tidak menyakiti hati para pembaca ku huhuhu 🤧
Sudah itu aja, jangan lupa tinggalkan jejak semangatnya!!!!! LIKE! COMENT! RATE ⭐ 5! VOTE! FAVORIT!!
Thanks and See Ya ^•^
yohana selingkuh sm ganev..
klu sampai noir tahu bgmn reaksi nya coba 😀😁🫢🤭
Disha mulai berani sm noir krn merasa sdh tahu kebenaran nya..siapa yg membunuh teodora..
apakah teodora selingkuh jg?
dan apa tujuan noir melibatkan Disha?
author jwb donk 😍😂😀🫢🤭