Menjadi perempuan yang selalu mengerti kesibukan pasangan, tidak banyak menuntut, mandiri, nyatanya tidak menjamin akan membuat laki-laki setia. Justru, laki-laki malah mencari perempuan lain yang dianggap lebih membutuhkan kehadirannya.
Eleanor Louisine —pemilik usaha dalam bidang fashion —owner Best4U.co —harus menerima kenyataan pahit bahwa kekasihnya sudah berselingkuh dengan sahabatnya.
Dalam keadaan kacau setelah mengetahui kekasihnya selingkuh, Eleanor pergi ke bar dan bertemu dengan Arkana Xavier —laki-laki berandalan yang sedang menikmati masa mudanya.
Paginya, Eleanor mendapati dirinya terbangun di dalam kamar bersama Arkana. Ia yang belum tahu siapa Arkana berpikir Arkana gigolo. Namun, ternyata Arkana adalah tuan muda kaya raya.
Dan gara-gara malam itu, Eleanor berakhir menjadi wanita tahanan sang tuan muda —Arkana Xavier.
Bagaimana kisahnya? ikuti terus ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Candylight_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Arka tersenyum melihat kebahagiaan di wajah Eleanor saat mereka keluar dari rumah. Baru kali ini Eleanor menunjukkan wajah bahagianya di depan Arka. Dan itu hanya karena Arka mengajaknya sarapan diluar.
"Kamu kelihatan senang sekali?" kata Arka menatap Eleanor yang saat ini sedang duduk di sampingnya.
Mereka sudah berada di dalam mobil, duduk berdua di jok belakang. Di depan mereka ada supir yang menyetir mobil. Kali ini Arka tidak menyetir mobilnya sendiri karena sedang malas menyetir. Selain itu, Arka juga ingin menggenggam tangan Eleanor selama perjalanan menuju tempat yang akan mereka datangi.
"Tentu saja, kamu tidak lihat wajah kesal Mamah kamu tadi? lucu sekali wajahnya," Eleanor tertawa mengingat wajah kesal Nyonya Xavier saat mereka memutuskan sarapan diluar.
Arka jarang sekali melihat kebahagiaan di wajah Eleanor. Bahkan meskipun Arka memberikan segalanya pada Eleanor selama perempuan itu tinggal di rumahnya. Mungkin karena Eleanor terlahir kaya, jadi yang Arka berikan tidak terlalu membahagiakan bagi Eleanor.
"Iya, lucu. Aku belum pernah melihat Mamah sekesal itu pada orang."
"Oh, ya? aku pikir Mamah kamu sudah biasa kesal pada orang, aku lihat banyak sekali keriput di wajahnya," terang Eleanor.
Sepertinya hanya Eleanor menantu yang terang-terangan menyebut mertuanya keriput, di depan anaknya pula. Tapi untungnya Eleanor memiliki suami yang netral seperti Arka. Disaat seperti ini Arka tidak memihak siapapun, Arka hanya memihak yang benar dan yang Eleanor katakan barusan memang benar. Sudah banyak keriput di wajah mamah Arka.
"Mamah memang sedikit emosian, tapi cuma kamu yang membuat Mamah sampai sekesal itu," ungkap Arka.
Eleanor mengangguk mengerti. Wajar saja jika tidak ada yang membuat nyonya Xavier sampai sekesal itu selain Eleanor. Pasti orang-orang takut membuat nyonya Xavier kesal. Suasana di rumah saja langsung berbeda sejak nyonya dan tuan Xavier pulang ke rumah. Para pelayan menjadi lebih berhati-hati sekarang.
"Tapi kamu tidak bisa terus-terusan bertengkar dengan Mamah, nanti aku akan mencari cara agar Mamah bisa menerima kamu sebagai menantunya," ucap Arka membuat senyuman Eleanor pudar.
Eleanor bukan tidak mau akur dengan wanita yang sudah melahirkan Arka. Senyuman di wajahnya menghilang sekarang karena Ia baru menyadari bahwa bagaimanapun Nyonya Xavier tetaplah mamah Arka dan mungkin Arka tersinggung mamahnya disebut keriputan.
"Maaf..."
"Kenapa minta maaf? bukan salah kamu kalau Mamah belum bisa menerima kamu," ucap Arka mengira Eleanor meminta maaf karena belum bisa akur dengan mamahnya.
"Bukan itu. Maaf, sudah menyebut Mamah kamu keriput," ungkap Eleanor.
Arka tersenyum. Ia sama sekali tidak tersinggung Eleanor mengatakan itu. Mamahnya memang sudah keriput karena usia dan itu fakta. Namun mamahnya tetap menjadi wanita yang paling cantik dan yang paling Arka sayang.
"Tidak apa-apa, Mamahku memang sudah keriput, tapi dia tetap cantik," ucap Arka masih dengan senyuman yang terukir di bibirnya.
Pengakuan Arka sesaat membuat Eleanor terdiam. Arka tidak mengatakan apa-apa, tapi Eleanor bisa melihat bahwa Arka menyayangi mamahnya lebih dari yang Arka tunjukkan di depan orang-orang. Mungkin karena Arka laki-laki dan egonya tinggi, jadi Arka tidak terlalu menunjukkan perasaannya.
"Aku lihat kamu sangat menyayangi mamah kamu?"
"Memang ada anak yang tidak menyayangi mamahnya?"
"Ada," Eleanor menjawab dengan mantap.
"Mungkin bukan tidak sayang, tapi ada faktor yang membuat seorang anak tidak bisa menyayangi mamahnya sendiri," lanjutnya.
Sekarang giliran Arka yang terdiam. Arka sudah mencari tahu semua hal tentang Eleanor, namun sepertinya ada sesuatu yang Arka lewatkan. Arka tidak pernah tahu jika Eleanor memiliki masalah dalam keluarganya.
"Tunggu, jangan bilang kamu..."
"Bukan aku, Ibuku sudah meninggal sejak aku kecil," ucap Eleanor menyangkal. Ia bukan sedang membicarakan dirinya, itu hanya cerita dari orang yang Ia kenal.
"Kamu serius?" tanya Arka kurang mempercayai hal itu. Setahu Arka, nyonya Louisine masih hidup sampai sekarang. Tidak mungkin kan Eleanor memiliki masalah dengan ibunya sampai menganggap ibunya sudah mati?
"Iya, serius. Tidak mungkin kan ada anak yang tega mengatakan Ibunya sudah meninggal disaat Ibunya masih sehat dan hidup?" Eleanor membalikkan pertanyaan Arka.
Oke, sepertinya ada kesalahan informasi disini. Jika ibu Eleanor sudah meninggal, lalu siapa sebenarnya wanita yang mendapat gelar sebagai nyonya di rumah keluarga Louisine?
"Apa supirmu bisa menjaga rahasia?" tanya Eleanor melirik supir yang dari tadi sedang fokus menyetir. Arka ikut melirik supirnya.
Sang supir langsung berdehem menyadari Arka melirik kearahnya seperti itu, "saya bisa menjaga rahasia, Nona," ucapnya.
"Baiklah," Eleanor kemudian memfokuskan pandangannya pada Arka untuk mengungkapkan apa yang menjadi rahasianya saat ini.
"Aku tidak berbohong waktu aku mengatakan bahwa aku terlahir kaya. Aku keturunan satu-satunya keluarga Louisine, tapi sekarang aku menjadi pewaris yang terbuang. Ayahku memiliki istri baru yang gila harta," ungkapnya.
Arka menyimak dengan baik yang Eleanor katakan. Ternyata benar ada kesalahan informasi disini. Eleanor tinggal sendiri juga sepertinya bukan karena Eleanor ingin hidup mandiri. Tapi kemungkinan ada masalah yang terjadi yang berusaha disembunyikan oleh keluarga Louisine.
"Tidak perlu merasa kasihan, aku masih mendapat biaya pendidikan dan uang bulanan dari ayahku. Jadi hidupku tidak se menyedihkan itu," ungkap Eleanor lagi saat melihat tatapan iba Arka terhadapnya.
Eleanor terkekeh, namun tawanya sekarang berbeda dari sebelumnya. Seperti ada sesuatu yang berusaha disembunyikan dari tawa itu.
"Hidupku benar-benar tidak se menyedihkan itu, astaga!" pekik Eleanor melihat tatapan Arka padanya sekarang.
Supir diam-diam melirik keduanya dari kaca spion tanpa berkomentar apapun. Sampai akhirnya mobil itu berhenti di sebuah cafe yang akan menjadi tempat mereka sarapan.
"Kita sudah sampai, Tuan muda, Nona," ucap supir tepat setelah mobil berhenti.
Arka keluar dari mobil begitu saja tanpa menanggapi perkataan Eleanor. Lalu laki-laki itu membantu Eleanor membukakan pintu mobil.
"Ayo, turun. Kita sarapan dulu," ucap Arka setelah membuka pintu mobil untuk Eleanor.
"Kamu mengabaikan aku?" tanya Eleanor sebal karena Arka bersikap seolah tidak mendengarkan ucapannya.
"Aku tidak mengabaikan kamu."
"Terus apa tadi?"
Arka menghela nafasnya.
"Iya, aku tahu hidup kamu tidak menyedihkan. Ayo, turun," ucap Arka akhirnya. Namun Eleanor sudah terlanjur kesal terhadapnya.
"Hm," Eleanor turun dari mobil dan mendahului Arka masuk ke dalam cafe. Arka saja bisa mengabaikan Eleanor, kenapa Eleanor tidak bisa masuk ke cafe sendiri?
Eleanor tidak biasanya sebaperan ini. Mungkin karena bawaan bayi atau apalah, Eleanor jadi agak sedikit baperan dibandingkan biasanya.
"Bapak tunggu disini sebentar, saya dan istri saya tidak akan lama. Kalau bapak mau ikut masuk dan pesan sesuatu juga boleh, nanti bapak tinggal bilang ke kasir saya yang bayar," ucap Arka pada supir kemudian buru-buru mengejar Eleanor.
Tepat ketika Arka masuk ke dalam cafe, ada sebuah pemandangan yang membuatnya menghentikan langkah. Eleanor sedang dipeluk oleh seseorang di dalam cafe.