Pernikahan 80 Hari

Siapa yang tidak terkejut mendengar ucapan dari Leon. Rachel, Mom Saras dan Daddy Vikko tentu saja terkejut mendengar ucapan Leon.

"Kamu jangan bercanda!" Sahut Mommy Saras dengan tidak percaya.

"Kau fikir uang enam triliun itu sedikit? Pekerjaanmu hanyalah seorang asisten pribadi!" Sahut Vikko berusaha menyangkal.

Tidak mungkin dihadapannya itu nyata, Leon seorang asisten pribadi memiliki uang sebanyak itu. Memangnya berapa gajinya selama sebulan?

"Gajinya Leon memang sedikit! Satu bulan hanya seratus dua puluh ribu dollar! Itupun belum bonus dariku! Tapi jangan khawatir, ajudanku tidak akan membuat putri kesayanganmu hidup susah!" Sahut Kiev dengan santainya.

Kiev bahkan menyempatkan diri untuk mengecup kening Violet tanpa tau malu. Sementara wanita hamil itu menepuk pahanya sebagai tanda protes.

"Seratus dua puluh ribu dollar?" Vikko dan Saras terperangah mendengar nominalnya.

Dalam satu bulan, gaji Leon bahkan sangat tinggi. Mereka tentu saja tidak menyangka. Tapi bagaimana Leon bisa menguras tabungannya untuk membayar hutang mereka? Bahkan jika bekerja selama sepuluh tahun, nominalnya belum mencapai triliunan.

"Mulai sekarang, jadilah istri yang baik!" Sahut Saras.

Vikko dan Saras sudah bisa menebak bahwa putrinya akan hidup bahagia bersama Leon. Jadi, mereka tidak akan memperpanjang masalah ini.

Mereka akan membiarkan Rachel menjalani pernikahan bersama Leon. Pria yang sudah membantu membayar hutang mereka, bahkan sekarang perusahaannya bekerja sama dengan grup Arron.

Rachel tidak menyangka, semudah itu orang tuanya berubah fikiran, hanya karena uang ia diserahkan begitu saja.

"Nak Leon, kau bawalah Rachel pergi! Sekarang dia milikmu!" Vikko berkata dengan ramah. Sampai-sampai membuat Violet menahan tawa karena melihat ekspresi Rachel yang kesal dengan tindakan orang tuanya.

"Sebenarnya kalian itu menyayangiku apa tidak sih? Kalian menyodorkanku pada pria yang memiliki uang!" Protes Rachel dengan kesal.

"Sayang, Mommy dan Daddy nggak salah kan? Leon suami kamu. Leon berhak membawa kamu pergi!" Saras menjawab.

Dari tadi Leon tidak banyak menyahut. Pria itu hanya diam dengan dingin namun seolah sedang memikirkan sesuatu yang berat.

"Tuan muda, saya masih ada urusan!" Ucap Leon sembari berdiri.

Kiev menganggukkan kepalanya. "Sayang, kita juga harus menjemput Radja dan Rayya!"

Violet menganggukkan kepalanya. Mereka ikut berdiri. Begitu pula Rachel, Daddy Vikko dan Mommy Saras.

Rachel akan ikut Leon. Sementara Violet pulang bersama Kiev.

Mereka semua meninggalkan halaman mansion milik keluarga Victoria.

.....

"Apa kamu nggak sedih kehilangan Leon?" Celetuk Violet didalam mobil.

Wanita itu bersandar didada suaminya yang duduk dengan tenang sembari mengusap rambut brunatte Violet. Sedangkan didepan ada sopir yang mengendalikan mobilnya.

"Sedih? Kenapa aku harus sedih sayang? Aku baru sedih kalau kehilangan kamu!" Jawab Kiev.

Violet menghela nafasnya. Ia tidak mengerti jalan fikiran Kiev. Maksudnya sedih itu, Leon tidak akan lagi bekerja di perusahaannya, Leon sudah menemani Kiev selama bertahun-tahun dan mengabdi padanya.

"Leon sudah bekerja selama bertahun-tahun! Kamu nggak merasa kehilangan? Dia tidak akan bekerja lagi denganmu kan?" Tanya Violet.

Kiev tersenyum. "Ya kamu benar, sayang. Sebenarnya aku merasa kehilangan seorang Asisten seperti Leon! Dia sudah menemaniku dari nol, sampai perusahaan grup Arron bisa berada dititik sekarang! Tapi mau bagaimana lagi, Itu sudah menjadi keputusan Leon untuk kembali kepada keluarganya! Aku justru senang, kalau Leon bisa memimpin perusahaan sendiri!"

Violet sebenarnya tidak menyangka sebesar itu pengorbanan Leon, demi membayar hutang keluarga Rachel, sampai Leon harus kembali pada keluarganya yang toxic.

Violet pikir, Leon adalah anak yatim-piatu, tapi ternyata Leon memiliki orang tua yang telah bercerai. Mereka lebih mementingkan hidup mereka masing-masing dan mengabaikan Leon, dan pada akhirnya, Leon meninggalkan rumah dan bertemu Kiev.

"Aku berharap, pernikahan Rachel dan Leon bisa berjalan selamanya!"

"Ya. Itu pasti! Leon pria yang setia, apa yang sudah menjadi miliknya, tidak akan dilepas begitu saja!" Jawab Kiev.

.....

Flashback on!

Sebenarnya keputusan itu sangat berat bagi Leon, tapi dia tidak memiliki pilihan lain. Ia tidak ingin membebani Kiev dengan hutang.

Dengan berat, Leon masuk kedalam ruangan tuannya yang sudah memberinya pekerjaan dan menganggapnya keluarga selama bertahun-tahun.

"Selamat siang tuan!"

"Duduklah Leon!" Jawab Kiev.

Leon masuk, lalu duduk dikursi dihadapan Kiev yang terhalang meja kerja.

"Tuan, ada yang mau saya katakan!"

"Katakan saja!" Sahut Kiev sambil memperhatikan proposal proyek yang Leon berikan.

Leon nampak diam beberapa saat, hingga barulah ia memulai bicara kembali.

"Sebelumnya saya minta maaf tuan! Saya izin untuk kembali pada keluarga saya!"

Deg!

Kiev seketika menatap pria dihadapannya dengan bingung. Kiev tau seperti apa kehidupan keluarga Leon.

Keluarga Leon, ibunya menginginkan pria itu pulang untuk melanjutkan perusahaan. Karena ibunya tidak memiliki anak dari suami barunya.

"Apa alasannya?" Tanya Kiev yang sebenarnya tidak ingin ikut campur. Tapi ia hanya tidak ingin Leon terpaksa pulang karena suatu alasan mendesak.

"Saya perlu uang tuan! Saya tidak ingin merepotkan anda lagi! Tuan muda sudah banyak membantu saya selama ini!"

Kiev menghela nafasnya.

"Leon, bukankah sudah kukatakan! Kau tidak perlu sungkan padaku! Aku sudah menganggapmu sebagai adikku! Kau bisa memakai uangku untuk membayar hutang orang tuanya Rachel! Dan satu lagi, Rachel itu teman baiknya Violet, tentu saja aku tidak akan membiarkan Rachel hidup bersama pria tidak baik. Violet pasti akan sedih!" Sahut Kiev.

Leon menganggukkan kepalanya dengan paham. Ia mengerti maksud dari tuan mudanya, tapi Leon tetap tidak bisa menerima bantuan Kiev.

Mungkin sudah saatnya ia pulang pada ibunya, meskipun harus hidup dibawah tekanan wanita itu. Tapi sekarang, ia sudah dewasa dan bisa menentukan jalan hidupnya sendiri.

"Sekali lagi terimakasih banyak tuan! Saya tau, tuan sangat baik. Seumur hidup, saya tidak akan pernah melupakan jasa tuan kepada saya! Tapi keputusan saya sudah bulat! Saya akan kembali kerumah orang tua saya!"

Kiev menghela nafasnya. Ia tidak bisa mencegah keputusan Leon kali ini. Karena Leon berhak menentukan jalannya sendiri.

"Baiklah, kalau itu keputusanmu Leon! Saya tidak bisa mencegahnya! Saya berharap, kamu tetap menjadi Leon yang saya kenal!"

Leon menganggukkan kepalanya. "Terimakasih banyak tuan! Sebelum tuan menemukan pengganti saya, saya masih bersedia menjalankan tugas saya seperti biasanya! Tuan tidak perlu menggaji saya!"

"Saya akan tetap menggaji kalau kamu tetap bekerja! Saya tidak akan bisa menemukan asisten seperti kamu Leon!"