Prabu Jayabaya yang merasa bahwa tugasnya sebagai pemimpin yang dicintai oleh rakyat sudah usai, melakukan moksa untuk sampai di alam keabadian. Namun takdir berkata lain. Sang Maha Pencipta justru memasukkan roh nya ke dalam tubuh seorang lelaki culun dan miskin bernama Jay yang baru saja meninggal dunia karena sebuah kecelakaan aneh.
Sebagai Jay, Prabu Jayabaya merasa harus menemukan kebenaran atas kecelakaan yang direkayasa ini. Siapa dalang nya juga orang orang yang terlibat di dalamnya.
Di bantu Ratih yang menurut Prabu Jayabaya adalah titisan dari istri nya, Prabu Jayabaya yang kini menjadi Jay, satu persatu kebenaran akhirnya terungkap dengan jelas.
Bagaimana caranya Prabu Jayabaya yang kini menjadi Jay mengungkap misteri kecelakaan maut yang menewaskan Jay yang asli ini terjadi? Simak kisah selengkapnya dalam "New Journey of the Legendary King".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertarungan di Lorong Jalan
Jay merapikan bajunya dalam tas ransel nya. Barang bawaan nya masih ada di Kediri karena ia terburu-buru pulang ke Surabaya tempo hari. Namun pekerjaan Jay terhenti setelah sepasang tangan menggelayut mesra di pinggangnya yang membuat Jay menghentikan aktivitas nya sore itu. Dia menoleh ke belakang dan tersenyum melihat siapa pemilik sepasang tangan ini.
"Kau kenapa lagi, Sayang?"
"Bisa gak kamu gak usah berangkat kerja lagi ke Kediri? Aku masih kangen nih", Ratih menempelkan kepalanya ke punggung sang lelaki pujaan hati. Jay kembali tersenyum simpul.
" Hei Nona, kalau aku gak kerja bagaimana aku bisa segera melamar mu? Sabarlah sebentar lagi, aku pasti akan menjadikan mu sebagai pasangan ku seumur hidupku ".
Ratih tersenyum penuh arti mendengar jawaban Jay ini. Dia begitu mencintai lelaki ini sejak mereka masih sama-sama tinggal di salah satu panti asuhan dulu.
Rencananya, bulan depan Jay memang melamar Ratih. Dia sudah mulai mencari wedding organizer juga mulai mencari beberapa model ijab kabul. Rencana itu sudah di dusun jauh-jauh hari sebelum kecelakaan maut itu menimpa Jay. Di samping itu, bulan depan seluruh tabungan Jay juga sudah cukup untuk melakukan acara lamaran sesuai dengan keinginan nya.
Pak Suhendro Katamsi dan Ibu Widaningsih orang tua angkat Jay juga sudah memberikan restu mereka untuk Jay dan Ratih melenggang ke jenjang pelaminan. Mereka mendukung penuh keinginan Jay untuk mempersunting perempuan pujaan hatinya itu.
"Sementara aku bekerja, kau juga baik-baik lah bekerja di Grup Wijaya. Marissa orang baik, kita berhutang budi padanya", imbuh Jay.
" Iya Mas, aku tahu. Tanpa bantuan nya, mungkin aku sudah mati di tangan para penjahat itu. Karena itu, aku sangat berterimakasih pada Marissa ", sahut Ratih tanpa memindahkan pergelangan tangannya yang masih menggelayut mesra di pinggang Jay.
Ehemmmm ehemmmm ehemmmm!!
Deheman keras yang disengaja ini sontak membuka Jay dan Ratih langsung kaget dan memisahkan diri. Mereka langsung menoleh ke arah sumber suara dan melihat Marissa sedang berdiri sambil sedekap tangan dengan wajah cemberut.
"Mentang-mentang yang mau nikah, umbar kemesraan terus...
Dikit dikit kasih yang jomblo seperti ini untuk bernafas bisa gak sih? Kejam banget pamer mesra, seperti dunia milik berdua aja! ", gerutu Marissa Wijaya dengan mimik wajah sebal.
Mendengar gerutu Marissa Wijaya ini tentu saja membuat Jay dan Ratih salah tingkah berat. Keduanya langsung menggaruk kepala nya yang tiba-tiba terasa gatal tanpa sebab.
" Eeh itu, anu Non saya cuma membantu Mas Jay aja kok, iya bantu beberes pakaian ", alasan Ratih sambil tersenyum kecut.
" Mbak Ratih pikir Marissa ini anak kecil umur 3 tahun yang di kasih tahu langsung percaya gitu?
Huh, jelas jelas berpelukan gitu masih coba coba alasan gak masuk akal?! Ya mesra dengan pasangan gak apa apa sih, itu hak kalian. Tapi tolong jangan sembarang tempat juga dong. Coba pikir perasaan kami para jomblo ini juga.. ", ceramah Marissa Wijaya panjang lebar.
" Iya maaf atas sikap kami, Marissa.. Aku sangat berterimakasih atas bantuan mu pada kami berdua. Selanjutnya, ku minta tolong agar kau menjaga Ratih saat aku tak ada di dekatnya. Entah cara apa yang kau lakukan, yang pasti aku mempercayakan nya pada mu", sahut Jay sambil tersenyum.
"Ya ya ya, Mas Jay tenang aja. Aku sudah mengatur orang untuk menjaga keamanan Mbak Ratih meskipun tidak terang-terangan.. "
Mendengar jawaban Marissa ini, Jay menganggukkan kepala. Mereka kemudian bercanda ria hingga senja mulai digantikan dengan malam.
Karena kehabisan rokok, Jay melangkah keluar dari apartemen milik Marissa. Kebetulan di dekat pintu keluar apartemen, sebuah toko retail yang komplit menjual berbagai macam barang sedang dalam tahap renovasi hingga tutup jadi Jay harus berjalan kaki lebih jauh untuk mendapatkan barang yang ia inginkan.
Sekitar 300 meter dari apartemen, sebuah toko retail nampak ramai dikunjungi oleh pelanggan yang membutuhkan sesuatu. Jay pun segera masuk ke dalam.
Sepasang mata terus mengikuti setiap gerak gerik Jay yang sibuk mencari beberapa snack dan kopi kemasan. Setelah menemukan apa yang ia inginkan, Jay melangkah ke arah kasir untuk membayar sekaligus membeli rokok favoritnya cap gudang dan rel kereta api.
Setelah beres, Jay segera keluar dari toko retail ini. Karena ada sebuah jalan tembus yang ada di sebelah pintu keluar apartemen, Jay yang ingin secepatnya sampai di apartemen memilih untuk melewati nya sekalipun jalan ini sepi dan gelap.
Tiba-tiba...
Shhhuuuuutttttt shhhuuuuutttttt!!!
Desingan senjata rahasia membelah udara terdengar jelas di telinga Jay yang peka. Keahliannya sebagai pendekar pada masa muda Prabu Jayabaya dengan nama Jaka Umbaran rupanya masih melekat erat pada jiwa nya meskipun kini dengan raga yang baru.
Jay tanpa ragu meraih tutup tempat sampah plastik di sampingnya dan menggunakannya sebagai tameng pertahanan.
Chhrrreeeepphh chhrrreeeepphh!!!
Dua pisau belati kecil dengan ujung lancip dan bonggol nya membentuk bulatan itu menancap sempurna di tutup tempat sampah itu. Jay perlahan menurunkan tutup tempat sampah itu sembari menatap tajam ke arah datangnya serangan.
Di ujung lorong sebelah sana, seseorang berpakaian hitam dan merah mendekat dengan langkah kaki panjang dan seksi bak seorang peragawati. Jelas ia adalah seorang perempuan.
"Cukup hebat juga bisa menangkis serangan cepat ku, pantas saja kepala mu dihargai tinggi... ", ujar perempuan itu saat jarak antara mereka tinggal 4 meter.
" Siapa kau? Kenapa kau tiba-tiba menyerang ku?! "
"Ada seseorang yang menginginkan nyawa mu! Dan aku adalah orang yang mereka bayar untuk melenyapkan mu. Karena itu bersiaplah untuk mati!! "
Perempuan yang tak lain adalah Eva Moore si Iblis Cantik ini segera meloloskan sepasang pisau besar dari paha nya sebelum melompat ke arah Jay sambil mengayunkan pisau nya ke arah leher Jay. Dan pertarungan hidup mati antara mereka pun segera terjadi.
Jay segera melemparkan barang belanjaan nya ke sudut jalan sambil berkelit menghindari tusukan pisau Eva. Dia dengan cepat melesakkan hantaman tangan kanan ke arah pinggang Si Iblis Cantik.
Whhhuuuuutttt!!!
Melihat serangan balik lawan, Eva mengibaskan tangan kirinya ke arah lengan kanan Jay. Tak ingin tangannya terluka, Jay menarik serangan dengan memutar tubuhnya sambil melayangkan tendangan keras kaki kiri ke arah punggung lawan.
Bhhhhuuuuuuuuggggghh..
Ooouuuuuuugggggghhhh!!!
Eva melengguh tertahan saat tumit kaki kiri Jay menghajar punggung nya. Eva hampir saja jatuh terjungkal tetapi perempuan cantik itu dengan cerdiknya menyeimbangkan tubuh dengan berputar cepat. Perempuan yang berjuluk Si Iblis Cantik itu mendengus keras ke arah Jay yang nampak tersenyum seperti sedang mengejeknya.
"Bajingan busuk! Ku bunuh kauuu...!!!! "
Dengan gerakan cepat, Eva Moore memencet tombol kecil di gagang pisau nya. Cairan hijau muda berbau wangi meleleh ke arah bilah belati nya sebelum menerjang ke arah Jay. Rupanya ia menggunakan racun untuk membunuh Jay.
Shhrreeeeeetttttt!!!
Jay melompat mundur saat tebasan pisau besar Eva mengarah ke lehernya. Bau harum aneh itu sempat tercium oleh hidung Jay dan segera ia menyadari bahwa ada sesuatu yang berbahaya di bilah pisau belati milik lawan.
Dengan gerakan lincah dan gesit, Jay terus berjumpalitan kesana kemari menghindari serangan cepat Si Iblis Cantik. Meskipun Eva Moore terus memburu nya, Jay tetap berusaha untuk menghindari serangan jarak dekat dengan perempuan itu.
Akan tetapi, julukan Si Iblis Cantik sebagai pembunuh no. 7 dalam daftar pembunuh terbaik membuat Eva Moore berhasil menyudutkan Jay di salah satu sisi jalan.
Eva Moore dengan cepat menghujamkan pisau belati beracun nya ke dada Jay. Namun dengan cepat Jay yang sudah terpojok langsung mencengkeram pergelangan tangan kanan Si Iblis Cantik.
Eva Moore mendengus keras lalu menusukkan pisau di tangan kiri nya ke arah pinggang musuhnya. Jay yang waspada terhadap orang ini, langsung mencekal lengan perempuan itu sekuat tenaga. Lalu dengan cepat memuntir kedua lengan Eva ke belakang punggung nya hingga perempuan itu tak bisa berkutik. Rasa sakit yang luar biasa membuat perempuan itu melepaskan pegangan nya pada gagang pisau beracun nya.
Melihat dirinya tak bisa bergerak, Eva Moore hendak menggunakan kakinya yang lentur untuk menendang kepala Jay tetapi Jay lebih cepat mendorong tubuh Eva hingga mepet ke salah satu tembok di depannya. Walhasil Eva sama sekali tidak bisa bergerak sedikitpun.
"Lepaskan aku bajingan! Ayo kita bertarung dengan jantan..!! "
Mendengar makian Eva Moore ini, Jay menyeringai kecil sambil menekankan pinggulnya ke arah pantat seksi Si Iblis Cantik.
"Apa kau pikir aku kurang jantan heh?! Apa kau tak merasakannya sekarang?! "
Eva Moore geram bukan main menerima perlakuan Jay. Ini jelas-jelas lawannya sedang melecehkannya.
"Bajingan mesum!! Let me go!! I'll chop you into pieces!!! Bastard! You son of a bitch, let me go..!!! "
Sumpah serapah dan makian Eva Moore terus terucap dari mulut nya. Tetapi Jay dengan santainya tidak terpengaruh sama sekali mendengar kata kata kotor dari mulut lawannya ini.
"Katakan, siapa orang yang menyuruh mu melakukan hal ini hah?! Jawab jujur, jika tidak aku tak akan melepasmu.. ", ucap Jay sambil memperkuat puntiran nya yang membuat Eva Moore meringis kesakitan.
" Bastard!! Kau cuma bisa menyiksa seorang wanita! Lepaskan aku, ayo kita bertarung secara jantan!!! "
"Keras juga mulut mu, heh perempuan! Cepat katakan, jika tidak mau tangan mu patah..!! ", Jay memperkuat tekanan nya.
"Aaaaarrrrrggggghhhh b-baik baik, aku katakan aku katakan..
Orang yang menyuruh ku membunuhmu adalah Arnold Waseso, CEO PT Semesta Biru Perkasa. Sekarang lepaskan tangan ku, sakit sekali..!!", hina Eva Moore yang sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
"Hemmmm rupanya si bajingan Reynold itu mengadu pada bapaknya. Mereka belum berhenti jika aku tidak memberi pelajaran yang lebih untuk mereka.
Heh perempuan, katakan pada mereka! Aku tidak takut pada mereka! Jika mereka masih penasaran dengan ku, maka aku akan menghajar mereka satu persatu!"
Setelah berkata demikian, Jay langsung mengayunkan sikut nya ke tengkuk Eva dengan keras. Akibatnya, Eva Moore langsung pingsan seketika. Jay kemudian melemparkan nya ke pojokan samping tempat sampah dan menutupi tubuhnya dengan plastik yang tergeletak di sebelah nya.
Sambil berjalan meninggalkan tempat itu, Jay mengepal erat sembari berkata,
"Reynold Waseso, masalah kita belum selesai..!! "
semoga dalam naungan perlindungan Tuhan Gusti Allah...
sekarang anaknya raja