Pengorbanan Renata yang awalnya hanya menjadi seorang penyamar untuk menggantikan seorang wanita yang merupakan tunangan dari Bryan karena sedang koma berakhir menjadi sebuah malapetaka yang membuatnya kehilangan segalanya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Tidak Mudah
Nyonya Sandra kembali berulah. Ia memohon kepada Bryan untuk menikahi putrinya sebelum putrinya tiada.
"Bryan. Ku mohon nak...! Nikahilah putriku sebelum dia pergi. Aku ingin dia pergi setelah mendapatkan ridho suaminya," ucap nyonya Sandra dengan tangisan putus asa.
"Maafkan saya ibu...! Saya tidak mau menyakiti istriku demi menyematkan hati wanita lain. Istriku sedang hamil bayi kami. Aku tidak bisa," ucap Bryan lalu mundur beberapa langkah dan langsung membalikkan badan membuka pintu kamar inap itu dengan hati yang kacau.
"Bryannnnn.....! Jangan pergiiii....!" pekik nyonya Sandra.
Dunianya seakan kiamat kini. Rania tampak lemah dengan frekwensi jantung yang semakin melambat. Bryan lari ke luar didampingi sang bodyguard yang sigap membuka pintu mobil untuk bosnya.
"Maafkan aku Renata. Aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu. Cintamu terlalu kuat hingga menusuk jantungku untuk tidak berpaling pada wanita lain sekalipun dua adalah cinta pertamaku," ucap Bryan menangis seperti perempuan.
Sang bodyguard mulai mengendarai mobil meninggalkan tempat parkir rumah sakit. Kecepatannya tetap stabil. Ia hanya menunggu perintah dari sang bos mau pulang atau mau ke tempat lainnya.
"Bawa aku pulang...! aku ingin bertemu dengan istriku," ucap Bryan yang sudah merindukan lagi istrinya.
"Baik bos," ucap sang bodyguard menambah kecepatan laju kendaraannya.
Bryan sudah bisa menguasai emosinya. Ia memikirkan lagi bagaimana perjuangannya Renata untuk menjaga janin mereka dari para penjahat yang mencoba menyakitinya.
"Jika istriku mampu melewati segala bentuk ujian dari Allah, kenapa aku tidak?" ucap Bryan mengusap wajahnya dengan lembut.
Tiba di unit apartemennya, Bryan mendapati istrinya sedang sholat isya. Iapun juga masuk ke kamar mandi untuk bersuci. Bryan sholat di ruangan lain. Usai melaksanakan sholat, Renata membaca Alqur'an sambil menunggu suaminya menyelesaikan sholat isya.
Sekitar sepuluh menit kemudian, Renata mencari suaminya di ruangan lain. Bryan baru menyelesaikan doa-doanya.
"Assalamualaikum sayang!" sapa Renata dan Bryan membalikkan tubuhnya sambil menjawab salam istri. Renata lansung mencium tangan suaminya sambil menangis.
Bryan mendekap tubuh itu dan membawanya dalam pelukan. Hatinya yang tadi dirundung kesedihan kembali menangis.
"Maafkan aku. Aku sudah membuatmu marah. Aku terlalu mengintimidasi mu, sayang," ucap Renata sambil terisak.
"Jangan lagi membahasnya. Fokuslah pada keluarga kita dan jangan memikirkan orang lain. Ada Allah yang akan menyelamatkan mereka. Serahkan semua pada Allah. Tugas kita hanya mendoakan kebaikan untuk mereka bukan mengorbankan diri kita untuk membahagiakan orang lain," ucap Bryan lembut sambil membelai kepala istrinya yang masih terbalut mukena putih.
Ia lalu mengusap perut istrinya dan membacakan sebaris doa untuk calon bayinya." Apakah kamu sudah makan malam sayang?" tanya Renata karena ia sudah merasa lapar.
"Belum. Ayo kita makan malam dengan tenang...!" pinta Bryan.
Renata bangkit berdiri dibantu suaminya. Ia segera menyiapkan makan malam untuk mereka berdua dibantu suaminya. Bryan menghangatkan sup ke dalam microwave. Dalam beberapa menit makanan sudah dihidangkan. Keduanya baca doa lalu menyuapi makanan mereka masing-masing.
"Apakah kamu pergi ke rumah sakit?" tanya Renata di sela makan malam mereka.
"Iya. Aku tahu kamu sudah bertemu dengan ibu Sandra. Dia yang sudah meracuni pikiranmu hingga kamu melupakan perasaan suamimu," ucap Bryan.
"Maafkan aku. Aku terlalu sensitif hingga tidak memikirkan perasaanmu. Lalu bagaimana keadaan Rania?" tanya Renata.
"Jangan membahas orang lain disaat sedang menikmati makanan. Makanan akan beda rasanya jika ada masalah ikut masuk dalam pikiran kita," imbuh Bryan.
Renata mempercepat makannya. Ia begitu penasaran dengan kondisi Rania. Ponsel Bryan terus menerus berdering. Untunglah Bryan silent ponselnya jadi tidak terdengar nada deringnya. Ia sudah tahu kalau ia akan terus dihubungi oleh nyonya Sandra maupun kakeknya.
"Makanku sudah selesai. Tolong katakan bagaimana kondisi Renata...!" pinta Renata setelah meneguk minumannya.
"Tidak ada yang perlu ku katakan kepadamu karena aku tidak mau tahu tentang dia. Apakah kita tidak bisa hidup tenang tanpa ada tekanan dari siapapun?" ketus Bryan.
"Baiklah. Kalau begitu aku tidur. Terimakasih," ucap Renata membereskan semua piring kotor ke tempat cuci piring.
Bryan menarik nafasnya. Ia paham dengan hormon bumil ini yang mudah berubah-ubah. Entar minta maaf sedetik kemudian ngambek lagi.
"Ya Allah. Begini amat jadi suami. Serba salah. Dinasehati salah. Di diemin makin parah. Ya Allah, inilah kalau sudah berurusan dengan mahluk hidup bernama perempuan. Semoga putriku nanti tidak seperti itu," ucap Bryan sambil mencuci piring kotor karena pelayannya tidak menginap di apartemen mereka.
Renata benar-benar tidur. Mungkin sudah kelelahan memikirkan sakitnya Rania. Bryan yang baru masuk membenarkan selimut istrinya. "Selamat tidur sayang. Semoga mimpi indah." Bryan mengecup kening istrinya cukup lama.
Ia lalu ke kamar mandi untuk menggosok gigi sebelum berangkat tidur.
Pagi sekali Bryan sudah berangkat ke perusahaan. Di dalam mobil ia baru melihat ponselnya. Banyak sekali telepon masuk diantaranya nyonya Sandra. Namun tidak ada pesan apapun dari wanita paruh baya itu.
"Apakah Rania sudah meninggal hingga ia tidak sempat menghubungiku? Ya Allah. Kenapa aku jadi berharap yang buruk pada Rania? Semoga Allah memberikannya kesempatan untuk hidup. Aku yakin Allah akan memberikan jodoh yang terbaik untuknya," ucap Bryan lirih.
Renata yang berada di unit apartemennya sedang membuat aplikasi untuk mendeteksi hasil kejahatan pejabat dalam masalah korupsi. Rupanya Renata sudah menyelesaikan proyeknya itu lalu mengaplikasikannya pada salah satu instansi pemerintah yang mungkin saja sedang melakukan korupsi saat ini.
Mata Renata membulat penuh saat melihat kekacauan laporan keuangan di instansi tersebut membuatnya geleng-geleng kepala.
"Ya Allah. Kasihan pak presiden. Beliau ingin mensejahterakan rakyatnya tapi ulah oknum pejabatnya membuat namanya ikut tercoreng. Ini tidak bisa dibiarkan. Aku akan melacak keberadaan uang rakyat itu. Pasti ada bank atau orang yang terhubung dengan pejabat ini untuk melakukan pencucian uang."
Renata begitu lincah diatas keyboard laptop miliknya. Ia tersenyum begitu mendapatkan tempat uang itu berada sekarang.
"Maaf ya. Aku harus mengembalikan uang yang kalian curi itu ke negara. Dan catatan kejahatan kalian sudah aku dapatkan. Kita lihat saja nanti bagaimana penjilat seperti kalian berhadapan langsung dengan presiden yang akan memanggil kalian hari ini," Renata mengirim hasil retasan nya pada pak presiden.
Namun tidak dengan oknum pejabat yang baru saja mengetahui kalau uang miliknya raib begitu saja dari bank. " Maaf pak...! Aku tidak tahu bagaimana bisa uangku tiba-tiba hilang dari bank padahal aku tidak sedang melakukan transaksi hari ini," ucap salah satu artis yang menjadi tempat money laundry itu pada sang oknum pejabat.
"Apakah kamu sedang menipuku, hah? Uang itu tidak sedikit. Itu sudah mencapai 15 triliun. Kalau kamu berani menipuku maka aku tidak akan segan mengirimmu ke penjara," ancam sang oknum pejabat itu pada rekannya.
"Silahkan saja bapak laporkan tapi aku juga akan menyeret bapak juga ke penjara," ucap sang artis tidak kalah garang.
Drettt...
Panggilan dari presiden pada oknum pejabat itu membuat sang pejabat pura-pura menjawab telepon itu dengan ramah.
...----------------...
Marhaban ya Ramadhan... semoga Allah memberikan kita Rahmat dan ampunan dibulan suci ini. Mohon maaf lahir batin... teman-temanku di manapun kalian berada..
next Thor
ditunggu selanjutnya...