Awalnya, aku kira dunia baruku, adalah tempat yang biasa-biasa saja. karena baik 15 tahun hidupku, tidak ada hal aneh yang terjadi dan aku hidup biasa-biasa saja.
Tapi, Setelah Keluarga baruku pindah ke Jepang. Entah kenapa, aku akhirnya bertemu pecinta oppai di samping rumahku, seorang berambut pirang mirip ninja tertentu, seorang pecinta coffe maxxx dengan mata ikan tertentu, dan seorang maniak SCP berkacamata tertentu.
Dan entah kenapa, aku merasa kehidupan damaiku selama 15 tahun ini akan hilang cepat atau lambat.
Karya dalam Crossover saat ini : [To Love Ru], [Highschool DXD], [Dandadan], [Oregairu], [Naruto], [Nisekoi]
Jika kalian ingin menambah karakter dari anime tertentu, silahkan beri komentar..
Terimakasih...
* Disclaimer *
[*] Selain OC, karakter dan gambar yang digunakan dalam Fanfic ini bukan milik saya, melainkan milik penulis asli, dan pihak yang bersangkutan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aga A. Aditama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi Penyelamatan - Bagian 5
Berdiri diatas menara, pandanganku terfokus pada puing-puing atap gereja tua yang aku hancurkan.
Dalam reruntuhan tersebut, aku bisa melihat tubuh Fallen pirang tergeletak tidak sadarkan diri, di tengah-tengah puing-puing bangunan.
Dan seperti yang aku lihat saat pertama kali sampai, aku masih tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Ayase-san.
“Kamu dimana, Ayase-san."
Aku telah bertemu dan berhadapan dengan dua Fallen yang menculiknya, namun aku masih belum bertemu dengan Ayase-san.
Hal ini membuatku sedikit takut—takut jika seandainya Ayase-san ternyata tidak ada disini.
Namun, saat aku gelisah karena tidak menemukan keberadaan Ayase-san, aku melihat lantai di depan mimbar gereja tiba-tiba terbuka.
Dan dari sana muncul dua sosok wanita, salah satunya adalah wanita yang aku pernah lihat, dan merupakan sosok yang menculik Ayase-san.
Untuk yang satunya lagi, aku yakin dia pasti rekan dari Fallen yang menculik Ayase-san.
Saat mereka baru saja keluar dari ruang tersembunyi itu, mereka cukup terkejut dengan pemandangan kehancuran yang aku buat.
Lalu saat mata mereka menemukan Fallen pirang yang aku lumpuhkan, ekspresi mereka berubah muram sebelum menatap serentak kearahku.
“Sepertinya ada tamu yang tidak sopan, Kala."
Wanita berambut hitam panjang dengan pakaian terbuka, berbicara pada Fallen berambut biru tua.
“Sepertinya begitu, Raynare. Katakan, dari fraksi mana kamu?"
Fallen berambut biru itu, mengenakan gaun merah ketat berteriak padaku, namun aku tidak tahu topik bahasanya. Jadi aku memilih diam, dan sepertinya sikapku membuat kedua wanita itu geram.
“Tipe pendiam, ya!? Baiklah, aku menyukai tipe yang seperti itu. Biar aku yang mengurusnya, Raynare."
Sikapnya yang tenang, dan bagaimana dia masih bisa bersikap santai setelah melihat rekannya jatuh, cukup memberitahuku bahwa level Fallen biru itu pasti lebih tinggi daripada si pirang dan pria tua sebelumnya.
“Baik, coba sepelan mungkin. Keributan sebelumnya pasti telah menarik perhatian yang tidak perlu.”
Setelah mengatakan itu, wanita berambut hitam itu berjalan ke tempat Fallen pirang yang tidak sadarkan diri. Dan Fallen berambut biru itu mengeluarkan sayapnya, dan mulai melayang di langit gereja.
Melihat tindakan mereka, aku cukup bersyukur karena mereka tidak menyerangku bersama. Namun, jika dilihat dari sikap santai yang mereka tunjukkan, sepertinya mereka cukup yakin bisa mengalahkan diriku seorang diri.
[Yang ini berbeda dengan dua gagak sebelumnya, bocah. Hati-hati, dan jangan lengah, yoo~ ]
Dengan pengingat dari Turbo Granny, aku menjadi makin waspada, dan sesekali memperhatikan sosok wanita berambut hitam di belakang.
“Sepertinya kamu cukup mampu, namun permainan ini akan berakhir, sekarang!"
...----------------...
...Sementara Itu Di Bawah Tanah...
Setelah Raynere dan Kalawarna pergi, kedua gadis yang ditawan. Lala dan Momo yang pura-pura tidak sadar, sekarang duduk di lantai saling menatap.
Kontras antara kedua gadis muda itu cukup jauh, satu nampak waspada dengan yang lain, sedangkan yang satunya malah tampak ceria walaupun situasinya tidak bersahabat.
“Halo... Namaku Lala, siapa namamu?"
Walaupun Lala telah mengalami malam terberat dalam sejarah hidupnya, sifatnya yang ceria tidak akan hilang hanya karena satu kemunduran.
Jadi setelah sadar, dan mengetahui bahwa terdapat gadis lain yang diculik sepertinya, Lala yang meskipun waspada masih mempertahankan sikap ramahnya.
Namun Momo tidak terlalu memperdulikan sikap Lala saat ini, karena tatapannya sekarang jatuh pada sosok Lala. Yang selain sedang telanjang bulat, Momo juga melihat sebuah ekor di tubuh Lala.
“K-kamu bukan manusia?"
Perkataan Momo membuat senyum Lala sedikit membeku, setidaknya kesan Lala selain pertemuannya dengan Kenma, tidak berakhir baik dengan penduduk setempat.
Jadi dia yang awalnya tidak terlalu perduli dengan rasnya, sekarang mendapati dirinya cukup canggung untuk menanggapi pertanyaan Momo.
“Kenapa kamu diam saja? Kamu bukan manusia, bukan? Baik, mari kita tidak bahas hal itu untuk sekarang, pokoknya yang penting sekarang adalah bagaimana cara kita keluar dari sini."
Momo yang sepertinya menyadari keengganan Lala, memilih untuk mengubah topik. Dan bertanya tentang rencana mereka keluar dari situasi mereka saat ini.
Lala berkedip heran saat mendengarnya, jari rampingnya mengetuk dagunya dengan ringan. Mencoba memikirkan cara untuk mereka lolos dari tempat ini, namun saat Lala sedang sibuk berpikir, dia tiba-tiba sadar akan sesuatu.
“Ehh... Dimana Peke?"
Lala yang baru sadar, awalnya mengira bahwa baterai Peke habis, karena itu dia tampil telanjang saat ini.
Namun saat dia melihat sekeliling ruang penahanan, dia baru sadar bahwa robotnya, Peke, sepertinya tidak ada bersamanya.
“Siapa Peke?"
Momo yang tidak mengetahui konteksnya, bertanya balik pada Lala.
“Itu robot ciptaanku, Peke adalah robot yang serba bisa, loh."
“Namun dimana dia sekarang?"
“Aku tidak tahu, mungkin dia jatuh di suatu tempat?"
Tiba-tiba Lala menjadi sedih karena kehilangan Peke, namun seperti biasanya, keceriaan kembali muncul membuat kesedihannya seperti sebuah ilusi semata.
“Tapi, hei. Lebih baik kita keluar saja dulu, dan sekali lagi, siapa namamu?"
“Momo, Ayase Momo. Salam kenal."
Lala tersenyum setelah mengetahui nama Momo, dia bahkan memeluknya dengan ekspresi bahagia di wajahnya.
“Heheh... Kamu adalah teman kedua Lala, saat jatuh di planet ini."
Setidaknya untuk sekarang Lala sudah menganggap Momo sebagai teman barunya.
Yang pertama adalah Kenma, dan sekarang ada Momo. Lala cukup senang mendapatkan teman baru, walaupun setelah mengalami banyak bahaya di tengahnya.
“Wah... Baik jangan berteriak di telingaku, juga berhenti memelukku—."
Momo cukup kewalahan dengan antusiasme Lala, tapi saat dalam pelukan Lala. Saat itu Momo baru menyadari seperti apa sebenarnya keadaan Lala.
Awalnya karena gelap, Momo hanya bisa melihat tubuh telanjang Lala. Namun saat Lala memeluknya, Momo bisa melihat bahwa tubuh Lala penuh dengan darah kering saat ini.
“K-kamu terluka, Lala? Apakah kamu baik-baik, saja?"
Momo menjadi panik, dan mendorong tubuh telanjang Lala. Dan melihat bolak-balik tubuh Lala yang dipenuhi darah kering.
Lala masih tersenyum pada Momo, dia bahkan merasa terhibur saat melihat kepanikan Momo.
Tapi Lala tidak suka membuat teman barunya merasa khawatir, jadi dia mencoba menenangkan Momo dan mengatakan bahwa dia sudah baik-baik saja.
“Kamu berdarah! Bagaimana bisa kamu baik-baik, saja? Tidak, sudahlah. Yang terpenting pakai ini dulu."
Momo memberikan blazer sekolah Okarun pada Lala, baik untuk menutupi tubuh telanjangnya, juga untuk mengurangi hawa dingin yang diterima Lala.
“Hehe... Terimakasih, Momo."
Lala segera mengenakan blazer tersebut, dan menarik lengan Momo dan menuntunnya keluar dari ruang penahanan tersebut.
“Sebaiknya kita cepat-cepat keluar, aku mendengar suara perkelahian di atas. Sepertinya para penculik itu sedang berkelahi dengan seseorang."
Karena fisik Deviluke milikinya, tubuh Lala lebih unggul secara fisik dari kebanyakan ras yang hidup di alam semesta, jadi dia bisa mendengar suara pertempuran Okarun dan Kalawarna di permukaan, bahkan jika dia ada di bawah tanah sekarang.
Momo hanya mengangguk tidak mencoba bertanya bagaimana cara mengetahuinya, setidaknya karena mereka sama-sama diculik, mereka memiliki kepercayaan diantara para korban.
“Baik, mari kita pergi keluar. Dan saat perhatian mereka teralihkan, mari kita coba melarikan diri."
Lala mengangguk setuju dengan usulan Momo, baik dia maupun Momo tidak memiliki niatan untuk berhadapan langsung dengan para penculik.
Momo pernah dibuat tidak berdaya saat penculikan, jadi dia tahu sekuat apa mereka. Sedang untuk Lala, tubuhnya sudah pernah ditusuk oleh tombak, dan dia tahu bahwa itu sakit.
Jadi mereka sepakat untuk pergi diam-diam, saat perhatian para penculik itu jatuh pada penyerang.
Tapi baik Lala dan Momo tidak tahu sekarang, bila sosok penyerang yang mereka bahas, sebenarnya memiliki hubungan dengan mereka.
...----------------...
...Mundur Beberapa Saat, Di Jalanan Kota...
...Dengan Kenma...
Aku sedang melakukan lari maraton di jalan kota Sainan saat ini, bukan karena mengikuti lomba. Namun karena mencari jejak seorang alien, yang diam-diam kabur dari rumahku.
Walaupun sebenarnya aku tidak memiliki hubungan dengan orang yang aku cari, namun karena aku tahu apa yang akan menunggunya, aku sangat khawatir dengan orang itu, Lala.
Namun setelah berkeliling kota, bahkan setelah melewati jalan menuju sekolahku, aku masih tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Lala.
Seharusnya jika ini aku yang biasanya, aku pasti sudah menyerah dan memilih kembali pulang.
Namun setelah membulatkan tekad, dan pertemuanku dengan Okarun, aku malah semakin khawatir dengan keadaan Lala.
“Dia akan baik-baik saja, bukan?"
Awalnya aku berpikir naif, dan mengira bahwa kepergian Lala akan menjauhkan masalah dari hidupku. Dan berpikir karena Lala seorang protagonis, dia pasti akan baik-baik saja, walaupun mungkin akan tetap mengalami masalah prihal perjodohannya.
Namun aku lupa dunia apa aku tinggal sekarang, aku lupa bahwa dunia ini adalah gabungan dari berbagai dunia yang aku kenal.
Aku awalnya mengira semua akan berjalan baik-baik saja, dan hanya khawatir dengan masalah perjodohan Lala.
Tapi aku tidak pernah berpikir bagaimana jika Lala terlibat masalah diluar alur ceritanya, bukankah aku sudah sering melihat variabel dalam beberapa kehidupanku di jepang?
Lantas kenapa aku tidak pernah berpikir hal itu juga akan terjadi sekarang? Sekarang aku benar-benar membenci sifat naif, dan masa bodo dalam diriku.
“Kumohon, Lala. kumohon kamu baik-baik saja!"
Setelah bertemu dan melihat kasus penculikan yang dialami Okarun, seharusnya aku sudah menduganya, seharusnya aku sudah merasa ada yang tidak beres.
Namun karena aku berpikir dan merasa semua akan baik-baik saja, aku lupa kenapa aku bilang dunia ini adalah dunia yang kacau.
Tiba-tiba, langkahku berhenti di pinggiran jalan saat mataku tidak sengaja melihat sesuatu tergeletak di jalan.
Aku berjalan mendekati benda itu, dan saat aku semakin berjalan mendekati benda itu. Jantungku berdegup dengan kencang di setiap langkahnya, dan saat tanganku mengambil benda itu, pikiranku seperti berhenti bekerja untuk sesaat.
“Jepit rambut ini... ."
Aku tidak harus mengakses perpustakaan mentalku untuk mengingatkannya, lantaran belum lama ini aku telah melihat jepit rambut itu.
Jepit rambut berwarna putih, dengan pola melingkar membentuk mata. Jepit rambut Lala, atau sebenarnya adalah bentuk kamuflase robot ciptaannya, Peke.
Saat ini aku menggenggamnya, dan mengabaikan bercak darah yang tertinggal di atasnya.
“Mind Eyes."
Aku mengaktifkan sirkuit sihirku, dan membaca mantra ciptaanku. Dalam prosesnya, aku melihat semua yang pernah terjadi di jalanan ini.
Bagaimana seorang gadis berambut merah muda yang aku kenal, sedang diserang oleh seorang berambut hitam yang aku kenal pula.
Dan bagaimana wanita berambut hitam itu mengalahkan, dan menusukkan tombaknya ke tubuh gadis berambut merah muda tersebut.
Mataku memerah dan urat-urat mulai memenuhi mataku, namun aku tidak memperdulikannya saat mataku menyaksikan setiap momen yang dialami Lala disini.
Genggaman tanganku semakin mengencang, dan aku langsung berbalik setelah menyaksikan semua hal yang pernah terjadi.
Tujuanku sekarang hanya satu, tempat yang juga sebenarnya ingin aku datangi setelah ini. Namun sepertinya tujuan utama hari ini sudah ditentukan sejak awal.
Sirkuit sihirku sekali lagi aktif, saat aku mengedarkan Mana keseluruhan tubuhku. Dan dengan perintah mental tanpa rapalan, aku menguatkan otot-otot tubuhku dan melompat sejauh mungkin ke tempat itu.
“Tunggu aku, sialan!"
gk sabar liat semua makhluk terkuat nya saling muncul, mulai dari hantu yang skala planet, orang tua nya Lala , sama dewa nya dxd 🤣
jadi kayak lucy