Rangga adalah seorang pemuda yang mendapatkan warisan sepasang mata sakti. mata sakti mampu menembus benda apapun, juga memberikan kemampuan medis dan ilmu beladiri.
Namun untuk mendapatkan mata sakti itu, Rangga menjadi bisu selama 5 tahun. tanpa di duga dia menikahi seorang wanita yang sangat cantik. Namun istrinya tidak mencintainya sama sekali.
Namun dirinya selalu di rendahkan oleh keluarga istrinya karena bisu dan tidak berguna.
Setelah 5 tahun berlalu, Rangga akan menggunakan mata saktinya untuk merubah takdirnya dan mendapatkan hati istrinya.
Bagaimana kelanjutannya bisa di baca di novel ini ya !!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 6 HUTANG BUDI ZAINAL
Zainal mulai memperhatikan Rangga dari bawah hingga ke atas. Dari penampilannya saja sudah membuat Zainal merasa ragu.
"Kamu seorang dokter?" tanya Zainal kepada Rangga.
"Apa kamu juga punya lisensi?" sambung Zainal.
"Aku tidak punya lisensi karena aku bukan dokter, aku hanya mengerti tentang pengobatan tradisional saja," jawab Rangga.
"Karlina, apa kamu sedang bercanda, aku tidak akan membiarkan orang semacam ini untuk mengobati ayah," marah Zainal kepada Karlina.
Karlina juga hanya tertunduk saja, Karlina juga mengerti mengapa Zainal marah, karena ini menyangkut nyawa dari ayahnya.
"Maaf Rangga, sebaiknya kamu pergi saja," ujar Karlina tidak enak kepada Rangga.
Kemudian tiba-tiba saja pintu ruangan ICU terbuka dari dalam dan seorang perawat keluar dengan sangat panik.
"Gawat, kondisi pasien semakin melemah, harus segera di selamatkan," teriak perawat itu.
Seketika dokter dan semua orang langsung masuk ke dalam ruangan ICU termasuk juga dengan Rangga.
Segera dokter langsung melakukan pemeriksaan dan perawatan kepada ayah dari Zainal. Namun sesaat kemudian dokter itu hanya bisa menghela nafasnya dengan ekspresi tidak berdaya.
"Dokter, bagaimana kondisi ayahku," ujar Zainal sangat panik sambil memegangi tangan ayahnya.
"Saya benar-benar minta maaf, kami sudah berusaha semampu kami," ujar dokter tidak berdaya.
Terdapat gumpalan darah pada otak ayah Zainal, sehingga membuat seluruh peredaran darah menuju ke otak menjadi terhambat. Hal itu membuat kondisi tubuhnya semakin melemah dan akhirnya tidak sadarkan diri seperti sekarang.
Melakukan operasi untuk mengeluarkan gumpalan darah itu sangat tidak mungkin untuk di lakukan. Letaknya yang berada di otak, di tambah kondisi pasien seperti ini malah akan membunuhnya. Sehingga membuat dokter tidak memiliki cara lain kecuali menunggu keajaiban saja.
"Zainal, kondisi paman sudah seperti ini, bagaimana biarkan saja Rangga untuk melihatnya, siapa tahu dia bisa berbuat sesuatu," bujuk Karlina kepada Zainal.
"Jangan menambah masalah lagi, dokter yang sekarang ini adalah dokter terbaik di kota ini," balas Zainal.
"Dia saja sudah tidak bisa berbuat apa-apa, bagaimana aku membiarkan seorang bocah yang hanya mengetahui pengobatan tradisional untuk mengobatinya," sambung Rangga.
Zainal sama sekali tidak memperdulikan Rangga dan terus memegangi tangan ayahnya sambil meneteskan airmata nya.
Rangga sendiri kini sedang menggunakan kekuatan matanya untuk memeriksa kondisi dari ayah Zainal ini. Seketika cahaya keemasan terlintas di kedua mata Rangga.
Rangga langsung mengetahui adanya gumpalan darah yang berada di otak pasien yang menjadi masalah penyebab sakitnya. Rangga juga mengetahui bahwa saat ini pasien juga dalam kondisi sekarat dan sudah tidak bisa bertahan lagi.
"Orang tua ini masih bisa di selamatkan, kalau kamu terus menunda lagi, aku tidak yakin masih sempat untuk menolongnya," ujar Rangga.
"Pergi!" balas Zainal sambil memegangi lengan ayahnya.
"Gubernur Zainal, apa kamu berani bertaruh denganku?" tanya Rangga.
"Taruhan," ulang Zainal menoleh ke Rangga sambil menggertakkan giginya.
"Apa yang bisa kamu berikan kepadaku?" sambung Zainal.
"Kalau aku bisa menyelamatkan orang tua ini, maka kamu harus minta maaf kepadaku, jika aku tidak bisa menyembuhkannya, kamu boleh menganggap ku sebagai penipu dan memasukkan ku ke penjara," jawab Rangga.
"Kamu pikir kamu siapa, mau mengajakku bertaruh," marah Zainal.
"Pergi sana!" sambung Zainal dengan emosi menunjuk Rangga.
"Cukup Rangga, lebih kamu tinggalkan tempat ini saja," imbuh Karlina.
Rangga hanya menghela nafasnya saja dan mulai berjalan menuju pintu keluar ruangan dengan kedua tangan berada di saku.
"Aku pergi, tapi aku jamin, kalian akan menyesal," ujar Rangga membuka pintu keluar.
Begitu keluar dari ruangan Rangga langsung terkejut melihat Miranda yang sedang berdiri bersandar di tembok.
"Apa kamu puas, sudah mempermalukan dirimu sendiri," ujar Miranda.
Miranda mendengar semua pembicaraan yang ada di dalam ruangan ICU itu. Miranda sendiri memutuskan untuk mengikuti Rangga karena takut Rangga akan menimbulkan masalah.
"Cepat pulang, jangan membuat malu di sini," sambung Miranda dengan cetus.
Sementara itu di dalam ruangan ICU terdengar suara dari mesin pendeteksi detak jantung.
"Bip..." suara ini menandakan detak jantung pasien telah berhenti.
"Dokter, ada apa ini?" tanya Zainal dengan sangat panik.
Dokter juga langsung memahami situasi yang terjadi bahwa pasien sudah mengalami henti jantung.
"Cepat bawa alat pacu jantung ke sini!" teriak dokter memerintah perawat.
Dokter segera melakukan RJP kepada pasien, namun tidak ada tanda-tanda bahwa kondisi pasien mulai membaik.
"Aku bingung, tidak bisa berbuat apa-apa," ujar dokter.
"Tadi baik-baik saja, kenapa bisa seperti ini?" tanya Zainal dengan tubuh sangat lemah.
"Aku turut berdukacita," dokter hanya bisa menundukkan kepalanya saja.
Seketika Zainal langsung terduduk lemas seolah tubuhnya sudah tidak bertenaga lagi. Satu-satunya orang tuanya yang tersisa akan pergi meninggalkannya.
"Ayah, aku tidak berbakti, aku belum sempat membalas budi kepadamu," Zainal menangis.
Tiba-tiba saja pintu ruangan terbuka dari luar, sesosok bayangan hitam masuk dengan cepat. Bayangan hitam itu adalah Rangga yang langsung menuju ke tubuh ayah Zainal.
Orang-orang juga langsung terkejut melihat Rangga yang masuk secara tiba-tiba ini.
Rangga mulai membuka kancing baju pasien dan mengeluarkan beberapa jarum perak dari dalam sakunya.
"5 tahun yang lalu, kakek tua itu telah mewariskan mata sakti ini kepadaku, walaupun aku menjadi bisu selama ini, tapi itu sepadan," ucap Rangga dalam hati.
Seketika mata Rangga mulai bercahaya dan mengeluarkan kekuatannya. Rangga langsung menusuk dada pasien dengan 7 buah jarum perak.
Gerakan Rangga ini begitu cepat dan setiap jarum langsung tertancap pada setiap titik vital tubuh pasien.
Energi spiritual mulai masuk melalui setiap jarum perak yang tertancap masuk ke dalam tubuh pasien.
Sebagian energi spiritual menuju ke jantung dan membantunya untuk kembali bisa bekerja, sementara sebagian lagi menuju ke otak untuk menarik gumpalan darah.
Tidak membutuhkan waktu lama, sesuatu yang sangat luar biasa mulai terjadi. mesin pendeteksi detak jantung juga mulai berbunyi kembali.
Kemudian, pasien lngsung terbatuk dan memuntahkan segumpal darah berwarna hitam yang sudah membeku.
Gumpalan darah itu adalah gumpalan darah yang berada di otak pasien. Energi spiritual menarik gumpalan itu dan di keluarkan melalui batuk pasien.
Seketika semua orang terkejut melihat itu semua, bahkan pasien kini sudah mulai sadarkan diri.
"Ayah," ujar Zainal.
"Paman," ujar Karlina.
"Huh... untung saja aku masih sempat," ujar Rangga sambil mencabut semua jarum peraknya.
"Ini bagaimana mungkin?" dokter hanya bisa tercengang dan membatu.
Dirinya adalah seorang dokter terbaik di kota ini, dengan berbagai macam alat medis canggih saja tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi pemuda ini barusan saja menyelamatkan pasien hanya dengan menggunakan beberapa jarum perak.
"Ayah, akhirnya ayah sadar juga," Zainal terlihat sangat senang dan mulai membantu ayahnya untuk duduk.
"Untung saja paman sudah siuman, paman sudah membuatku takut," ujar Karlina.
"Maaf sudah membuat kalian khawatir," balas ayah Zainal.
Namun Zainal segera menghampiri Rangga dan langsung berlutut di hadapannya, sehingga membuat Rangga terkejut.
"Tuan Rangga, aku telah salah menilai kebaikanmu," ujar Zainal merasa sangat bersalah sambil berlutut.
"Aku baru saja memperlakukanmu seperti itu, tapi anda masih mau..." sambung Zainal semakin merasa bersalah kepada Rangga.
Dirinya telah memperlakukan Rangga dengan kasar dan bahkan juga mengusirnya. jika Rangga tidak ada, mungkin saat ini dirinya telah kehilangan ayahnya untuk selama-lamanya.
"Gubernur Zainal, aku taruhan denganmu demi menyelamatkan orang, tolong anda jangan keberatan," Rangga mulai membatu Zainal untuk berdiri.
"Kondisi ayah anda sudah stabil, kedepannya harus menjaga kesehatannya dan memberikan makanan yang bergizi," sambung Rangga.
Di gas ken
Mumpung lagi seru
Tetap Semangat
Bukannya rangga?