NovelToon NovelToon
HarMoni Langit

HarMoni Langit

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Beda Dunia / Wanita Karir / Kehidupan alternatif / Romansa / Roh Supernatural
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: S.Prayogie

Langit yang sangat mencintai Monica merasa tidak bisa melupakannya begitu saja saat Monica dinyatakan meninggal dunia dikarenakan kecelakaan yang tiba-tiba. Diluar dugaan, arwah Monica yang masih penasaran dan tidak menerima takdirnya, ingin bertemu dengan Langit. Dilain tempat, terdapat Harra yang terbaring koma dikarenakan penyakit dalam yang dideritanya, hingga Monica yang terus meratapi nasibnya memohon kepada Tuhan untuk diberi satu kali kesempatan. Tuhan mengizinkannya dan memberinya waktu 100 hari untuk menyelesaikan tujuannya dan harus berada di badan seorang gadis yang benar-benar tidak dikenal oleh orang-orang dalam hidupnya. Hingga dia menemukan raga Harra. Apakah Monica berhasil menjalankan misinya? apakah Langit dapat mengenali Monica dalam tubuh Harra?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S.Prayogie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 13 : BILIK RIWAYAT

..."Bagaimana bisa aku melepasmu, dimana seluruh hal yang ada padamu sudah terpaku sempurna di segenap jiwaku, nafasku dan hariku"...

...----------------...

Langit berlari melewati beberapa orang di lorong Rumah Sakit itu. Dadanya terasa sesak dan matanya tampak nanar. Seluruh indra di badannya sedang memproses apa yang baru dikatakan oleh Pak Jaka di telepon tadi.

Langit berhenti didepan kamar jenazah dan melihat Gama yang menangis meraung di pelukan Pak Jaka yang berusaha tampak tegar namun tampak jelas air mata menetes di pipi tuanya. Pak Hendra, Bu Shella dan Viona juga tampak ada disana. Ekspresi mereka adalah hal yang tidak ingin dilihat oleh Langit saat itu.

"Langit--" Viona melihat Langit yang berdiri mematung diujung lorong menatap mereka.

"Nak Langit, kamu sudah datang nak" kata Pak Jaka lembut sambil tetap memeluk Gama sambil duduk dibangku.

Langit berjalan perlahan mendekati mereka dengan wajah yang membeku. Viona setengah berlari mendekati adiknya itu dan memeluknya.

"Yang sabar Langit, yang sabar" kata Viona sambil menepuk pundak Langit yang masih tidak menunjukkan ekspresi apapun.

Langit lalu mendorong tubuh Viona dan berjalan dan berhenti tepat di depan Pak Jaka.

"Kenapa nunggu disini Pak?" tanya Langit berusaha mencari setitik harapan.

Pak Jaka berdiri melepaskan Gama yang kemudian di peluk oleh Bu Shella.

"Nak-- ikhlas ya nak-- buat Monica" kata Pak Jaka sambil memeluk Langit.

"Tunggu--" Langit mendorong badan Pak Jaka.

"Ikhlas buat apa? Kenapa nggak di UGD, kenapa disini? Monica nggak apa-apa kan Pak?" tanya Langit sambil memegang pundak Pak Jaka.

"Nak Langit--" Pak Jaka menundukkan kepalanya tak kuasa membendung air matanya.

"Nak-- Monica-- Monica anak Bapak, Putri sulung Bapak-- Dia sudah berpulang nak-- Monica sudah meninggal" kata Pak Jaka dengan badan bergetar hebat.

Mata Langit melebar lalu melihat pintu kamar jenazah sambil menggelengkan kepalanya.

"Nggak-- ini semua cuma bercanda kan? Iya kan? Kami sudah merencanakan pernikahan dan hari ini-- hari ini-- aku mengambil cincin pernikahan kami" kata Langit sambil menunjukkan kotak perhiasan kecil ditangannya.

"Dia sudah meninggal Langit. Tabahkan hatimu, ini sudah takdir" kata Pak Hendra sambil berdiri disamping Langit.

"Takdir?" Langit menoleh melihat Pak Hendra dengan wajah marah.

"-- Andaikan Papa ngasih restu ke kami jauh-jauh hari-- Saat ini aku dan Monica pasti sudah-- hahh" Langit kehabisan tenaga melanjutkan kata-katanya.

Tak lama kemudian tampak Dokter keluar dari kamar jenazah dan mendatangi Pak Jaka.

"Jenazah sudah kami otopsi dan kami mandikan serta sudah kami kafani. Penyebab meninggalnya karena pendarahan yang ada di kepala dan saat dibawa ke Rumah Sakit sudah dalam kondisi meninggal. Kami sudah melakukan pacu jantung dan berusaha mengembalikan detak jantungnya namun nyawa saudari Monica tidak terselamatkan, Saya turut berduka cita" kata Dokter itu lalu mendatangi pihak Kepolisian yang berdiri tak jauh dari mereka untuk menyampaikan hasil otopsi.

Kaki Langit terasa lemas dan dia langsung terjatuh tepat didepan pintu Kamar Jenazah. Tangisnya tak terbendung, Langit berteriak dan tak kuasa mengeluarkan erangan. Rasa sakit di dadanya tidak dapat tergantikan dengan apapun. Wanita yang dicintai dan diperjuangkannya selama ini telah pergi meninggalkannya.

Tanpa Langit sadari, arwah Monica berdiri tepat disampingnya berusaha untuk memeluk Langit namun dia tak mampu lagi.

"Maafkan aku Langit, Maafkan aku" kata Monica dengan wajah sedih namun tidak dapat mengeluarkan air matanya.

"Bukankah sebaiknya kita nggak disini?" tanya Afra yang berusaha mengajak Monica untuk beranjak dari tempat itu.

"Aku ingin melihatnya lebih lama lagi-- Aku mohon" kata Monica sambil menatap Afra.

"Tapi-- Kita harus ke suatu tempat" kata Afra dengan nada serius.

Monica menatap Afra sejenak lalu dia berdiri dan berjalan perlahan hingga didepan Pak Jaka.

"Bapak-- Maafkan Monica-- Maaf Monica nggak bisa nemenin Bapak lagi" kata Monica dengan nada sedih.

"Kalau kamu lebih lama disini, kamu akan jadi arwah gentayangan. Kayak mereka" kata Afra sambil menunjuk ke sekitar dan membuat Monica menolehkan pandangannya.

Tampak didepannya beberapa arwah gentayangan yang tidak memiliki arah, mereka menangis tanpa air mata, berteriak dan bahkan seperti mencari kesana kemari.

"Hihhh.." Monica bergidik ngeri melihat mereka. "Ada hantu--" kata Monica sambil menunjuk para arwah itu.

"Yaa-- Kamu sendiri juga hantu" kata Afra menyadarkan Monica yang kemudian menatap tangannya yang menembus pandang.

"Ayolah-- Kalau disini terus, urusan kita nggak akan selesai" kata Afra sambil berlalu pergi.

Monica menunduk dan melihat semua orang terdekatnya sekali lagi dan kembali menatap Langit yang masih menangis sambil dipeluk oleh Pak Hendra.

"Langit, Bapak, Gama-- Aku pergi yaa" kata Monica yang kemudian mengikuti Afra dibelakangnya.

...----------------...

Monica tiba di suatu tempat yang seperti sebuah lorong panjang di tepi dermaga dengan hamparan laut yang tampak seperti bukan air. Seperti sebuah awan namun tampak sepi.

"Kita masuk kesana dulu" ajak Afra kepada Monica kesalah satu bilik kecil ditepi dermaga itu.

"Ini tempat apa?" tanya Monica sambil mengedarkan pandangannya.

"Tempat datang dan pergi-- Hmm-- Seperti pelabuhan atau bandara. Sejenis itu" kata Afra menjelaskan.

"Kamu beneran malaikat maut?" tanya Monica lagi sambil memandang Afra dengan seksama. Sekilas usia Afra tak jauh beda dengan dirinya.

"Iya, kan aku yang jemput kamu. Masak tukang ojol" kata Afra sambil terkekeh.

"Kok kamu nggak sedih sih cabut nyawa manusia?" tanya Monica lagi.

"Sedih? Kamu mau hidup sampai usia berapa? Dan ini takdir yang nggak bisa kamu ubah, sudah ada dicatatan sejak kamu belum lahir. Dan kamu sendiri yang memilih jalan ini" kata Afra sambil membuka salah satu bilik dan mempersilahkan Monica untuk masuk kedalamnya.

Monica tampak terkejut, bilik itu terlihat kecil dari luar. Namun bagian dalamnya tampak luas. Berisi banyak kotak kaca yang tersusun seperti sebuah loker ditempat kerja. Kotak kaca transparan yang bagian dalamnya terisi asap dengan berbagai macam warna.

"Apa ini?" tanya Monica sambil mendekati susunan kotak kaca itu.

"Ohh itu rumah sementara kalian nantinya--" kata Afra dengan tenang sambil mencari beberapa hal didalam sana.

"Rumah?" tanya Monica tidak paham.

"-- Hmm-- seperti rumah. Jiwa yang belum bisa menuju akhirat akan tersimpan disana agar tidak menjadi arwah gentayangan" lanjut Afra.

"Tersimpan? Kenapa nggak langsung menuju akhirat?" tanya Monica masih kebingungan.

"Belum-- Belum saatnya. Masih ada beberapa hal yang harus diselesaikan. Ntah urusan dunia atau beberapa hal lainnya. Kamu lihat warna-warna itu?" tanya Afra yang sudah kembali dengan membawa buku besar dan diletakkan diatas meja.

Monica mengangguk

"Warna-warna itu menunjukkan tingkat selesai atau tidaknya urusan mereka. Jika warnanya hitam, maka urusan itu sangat berat. Bisa seperti warisan yang belum terselesaikan atau justru keluarganya masih berebut dan bersengketa tiada akhir. Kalau warna Merah, berarti dia menyimpan dendam. Warna Biru berarti ada urusan dunia yang harus diselesaikan oleh keluarganya dan Warna Putih adalah arwah para bayi yang menunggu takdir mereka selanjutnya, apakah terlahir kembali atau menetap di akhirat menunggu orang tua mereka" kata Afra menerangkan sambil menunjuk satu-persatu kotak yang ada.

Monica berjalan mendekati salah satu kotak yang tampak bersinar dibagian tengah. Setelah sinar itu meredup, kotak itu menunjukkan sebuah warna abu-abu yang belum diterangkan oleh Afra. Disana dia juga menemukan nama dirinya.

"Ini kotakku?" tanya Monica sambil menunjuknya.

Afra mengangguk dan melihat warna asap yang ada disana lalu mengerutkan dahinya. Lalu Afra menarik tangan kiri Monica dan terlihat jelas benang merah yang melingkar di kelingking Monica.

"Hmmmm---" Afra berpikir keras lalu kembali membuka buku yang sudah ditaruhnya diatas meja.

"Abu-abu-- apa artinya?" tanya Monica dengan bingung.

Afra terdiam sambil menatap Monica.

"Kamu-- kamu masih belum menerima bahwa dirimu sudah meninggal dan sebagian jiwamu masih tertinggal di dunia" kata Afra menerangkan.

Monica terdiam sambil menatap Afra yang berdiri dibalik meja, lalu Monica mendekati meja dan melihat buku besar itu. Ternyata itu adalah buku tentang dirinya. Seperti sebuah biografi bahkan saat dirinya mengambil keputusan untuk terlahir didunia.

"Sepertinya pekerjaanku belum selesai" kata Afra sabil menggaruk belakang kepalanya.

"Maksudnya?" tanya Monica tak memahami perkataan Afra.

"Aku harus memastikan secara utuh jiwamu masuk kedalam kotak itu, jika kamu ingin lebih cepat untuk berangkat ke akhirat" kata Afra menjelaskan.

"Tunggu-- Tunggu-- Kamu seperti manusia biasa, orang pada umumnya. Apakah sosok malaikat maut seperti ini?" tanya Monica masih kebingungan.

"Iya-- Kamu tidak melihat sekitar dari tadi? Coba kamu lihat lagi keluar" kata Afra sambil menunjuk jendela kecil disamping pintu.

Monica berlari dan membuka gorden jendela itu sambil mengamati ke arah luar.

Tampak beberapa orang yang mengenakan pakaian sama seperti Afra berjalan dengan roh seseorang dibelakangnya. Mereka masuk ke dalam bilik lain yang ada di sepanjang dermaga itu.

"Ini bilikku dan yang ada diloker ini semuanya adalah roh yang aku jemput, termasuk kamu" kata Afra menjelaskan.

"Kok kamu bisa jadi malaikat maut? Bukannya malaikat maut sosok yang dekat dengan Tuhan dan menjalankan semua perintahNya?" tanya Monica.

"Ohhh-- itu Big Bos. Beda lagi-- Kami bertugas menjemput satu persatu roh yang listnya sudah dibagikan kepada kami" kata Afra sambil meminta Monica untuk mendekat.

Monica berjalan kearah meja lalu duduk diseberang Afra. Pandangan Monica terpaku kembali pada satu kotak yang tampak kosong tanpa asap dan ada tempat lain yang tampak berlubang karena kotaknya sudah menghilang. Afra memahami arah pandang Monica.

"Yang kosong itu berarti rohnya berainkarnasi, yang lubang itu berarti sudah naik ke akhrit" kata Afra menjelaskan.

"Ada reinkarnasi?" tanya Monica kembali

"Tentu ada, atas kuasaNya" kata Afra sambil menunjuk keatas.

"--Tapi ada satu hal juga, dia tidak bereinkarnasi penuh. Dia hanya kembali namun tidak terlahir kembali. Hahh-- Hal yang sangat menyulitkan jika seperti itu. Roh yang paling tersiksa" kata Afra sambil menggelengkan kepalanya.

"Maksudnya?" tanya Monica kembali .

"Hmm-- Ada beberapa kondisi yang bisa diselesaikan oleh roh itu sendiri, tapi-- Hahh-- pengajuan dan prosesnya ribet banget-- Pusing di aku dan roh itu. Kerjaanku pun akan terbengkalai dan akhirnya membuat takdir menjadi sedikit berantakan" kata Afra sambil mengeluarkan pena bulunya.

"Tanda tangan disini" Pinta Afra kepada Monica.

Monica melihat kertas dihalaman terakhir bukunya dan membacanya. Sebuah pernyataan akan selesainya urusan dibumi dan reinkarnasi.

Monica berfikir sejenak dan memikirkan kata-kata Afra terakhir. Monica pun membaca gelagat Afra yang membuat dirinya bingung.

"Apa yang kamu lihat di tangan kiriku?" tanya Monica tiba-tiba yang membuat Afra terkejut dan menatap Monica tajam.

Sebuah pertanyaan yang tidak ingin dijawab oleh Afra dan berusaha untuk tidak diungkitnya. Sebuah pertanyaan yang akan membuat urusan Monica dan Afra tidak selesai di hari itu.

1
Sylvia Rosyta
aku mampir kak 😊 semangat buat nulisnya 💪
S.Prayogie: terima kasi banyak
total 1 replies
Yusuf Muman
Bawaan emosi
Odette/Odile
Susah move on
S.Prayogie: ikutin terus updatenya yaa kak, terima kasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!