SEKUEL dari Novel ENGKAU MILIKKU
Biar nyambung saat baca novel ini dan nggak bingung, baca dulu season 1 nya dan part khusus Fian Aznand.
Season 1 : Engkau Milikku
Lanjutan dari tokoh Fian : Satu Cinta Untuk Dua Wanita
Gadis manis yang memiliki riwayat penyakit leukemia, dia begitu manja dan polos. Mafia adalah satu kata yang sangat gadis itu takuti, karena baginya kehidupan seorang mafia sangatlah mengerikan, dia dibesarkan dengan kelembutan dan kasih sayang dan mustahil baginya akan hidup dalam dunia penuh dengan kekerasan.
Bagaimana jadinya ketika gadis itu menjadi incaran sang mafia? Sejauh mana seorang pemimpin mafia dari organisasi terbesar mengubah sang gadis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepulangan Anak-Anak
Sean dan Sonia memeluk anak mereka, begitu pula dengan Laura dan Vanno. Mereka sengaja menjemput Zay, Zoya dan Gaby ke bandara.
“Daddy, Gaby kangen.” Vanno mencium kepala putrinya.
“Daddy juga sayang.” Lalu gantian dengan Laura untuk memeluk Gaby.
Sonia memeluk Zay dan Sean memeluk Zoya, begitu rindu mereka dengan Sean dan Sonia.
“Hazi mana mom?” tanya Zoya pada Laura.
“Dia lagi nganterin Zeline pergi les.”
Mereka semua kembali ke rumah masing-masing, Zoya menceritakan apa yang telah dia alami selama di Amerika pada Sean, mereka saat ini cerita di dalan kamar Zoya agar Sonia tidak mendengar.
“Pokoknya jangan sampai mama kamu tau akan hal ini, bisa jantungan dia nanti.” Sean mengingatkan putrinya.
“Iya papa.”
“Sekarang kalian tidak ada urusan dengan mafia manapun kan?”
“Udah nggak ada pa, aku hanya ingin hidup tenang seperti dulu, udah nggak mau lagi berurusan yang seperti ini.”
“Baguslah, sekarang kamu istirahat, nanti malam akan papa bawa kalian semua jalan-jalan, kita kulineran, kan sekarang malam minggu.” Zoya terlihat begitu riang, dia memeluk Sean dengan erat.
Zeline yang baru saja pulang, langsung memeluk kedua kakaknya itu, selama satu tahun dia menjadi anak tunggal di rumah, tak ada Zay yang selalu menjahilinya dan Zoya yang selalu memberikan rekomendasi mengenai novel terbaru.
“Cieee yang lagi kasmaran punya pacar baruu.” pipi Zeline merona saat digoda oleh Zoya begitu.
“Kakak jangan gitu, nanti papa dengar lagi.”
“Emang papa nggak tau?”
“Ya papa taunya kami berteman biasa aja.”
“Emang kalian udah meresmikan hubungan?”
“Udah tapi masih diam-diam, nanti papa sama mama bakalan marah kalo aku pacaran.”
“Masih bocil juga, ya jelas papa marah.”
“Kamu tau nggak sih kak, aku udah jalani banyak hal loh sama Kak Hazi.”
“Oh ya, cerita dong.”
Zeline menceritakan semuanya pada Zoya, mulai dari dia yang mendekati Hazi sampai akhirnya seperti sekarang.
“Jadi kamu yang mepet Hazi?”
“Iya, soalnya dari dulu aku kan suka sama dia, dia aja nggak mau sama aku, karena kamu nih.”
“Loh kok aku.”
“Jangan ambil Kak Hazi dari aku ya kak.”
“Nggak lah, gila aja, aku nggak suka sama Hazi, aku sama dia kan cuma teman biasa.”
“Aku bahagia banget tau kak, kalau dekat sama Kak Hazi, dia baik, lembut, penyayang dan banyak lagi lah, sampai nih ya, teman-teman aku pada iri sama aku tau nggak.”
“Kalau kamu bahagia, kakak juga ikutan bahagia, tapi antara kamu dan Hazi kan beda agama Zeline.”
“Nanti aja dipikirin kak, soalnya aku kan masih kecil, belum kepikiran buat nikah juga. Jalanin aja dulu.”
“Oke deh.” Zeline memeluk Zoya, dia sangat rindu bisa cerita begini dengan Zoya, Zoya kembali teringat dengan hubungannya bersama Gavino, mereka juga beda agama.
Zoya mengetuk pintu kamar Sonia, malam ini dia ingin tidur dengan Sean dan Sonia, hati Zoya saat ini sedang gundah karena tidak bisa melupakan Gavino.
“Pa, aku mau tidur di sini ya, aku lagi nggak enak badan.” Rengek Zoya, Sean meraba kening anaknya.
“Kamu sakit nak?” tanya Sonia.
“Ya nggak enak badan aja ma.”
“Ya udah ayo masuk.”
Zoya tidur di tengah, antara Sean dan Sonia, Zoya memeluk Sonia.
“Apa putri manjaku ini sedang jatuh cinta?” Zoya melirik Sean.
“Kok papa ngomong gitu?”
“Papa juga dulu pernah muda Zee, nggak langsung tua begini.” Zoya dan Sonia tertawa.
“Nggak ah, aku nggak lagi jatuh cinta kok.”
“Kali ini papa percaya.” Sean merebahkan tubuhnya lalu memejamkan mata, Zoya memikirkan apa yang dikatakan oleh Sean tadi.
“Ma, emang mama dulu jatuh cinta sama papa seresah ini ya?”
“Kenapa memangnya?”
“Nanya aja ma.”
“Ya begitulah, mama akan sangat resah ketika papa kamu jauh dari mama, kami paling tidak bisa berpisah sayang, kemana papa kamu, pasti mama akan ikut.” Zoya semakin erat memeluk Sonia, semakin dia tepis perasaannya pada Gavino, semakin dia merindukan Gavino.
“Sampai sekarang mama sama papa masih mesra aja, apa kalian nggak pernah berantem?” Zoya begitu penasaran dengan kisah cinta kedua orang tuanya, Sean maupun Sonia tidak pernah mau menceritakan kisah mereka pada anak-anak kecuali yang manis saja.
“Sering sayang, namanya juga rumah tangga, mana ada yang damai selalu, pasti ada cekcoknya.”
“Kok kami nggak pernah tau ma?”
“Ya kan kami cekcok nggak dekat kalian, papa kamu itu orang yang paling sabar menghadapi mama, mungkin nggak bakalan ada pria lain yang bisa menghadapi mama selain papa kamu.”
“Sweet banget, semoga saja Zoya bisa dapat jodoh kayak papa.”
“Aamiin, mama selalu doakan anak-anak mama yang terbaik.”
Keesokan paginya, Sean berkumpul dengan anak-anak mereka, di sana juga ada anak-anak Vanno dan anak-anak Kenzo.
Hari ini para suami itu memberikan waktu untuk istri mereka jalan-jalan, Laura ingin menghabiskan waktu bersama dengan Sonia dan Angel. Jadilah anak-anak itu kini tinggal dengan ayah mereka masing-masing.
Mereka berkumpul di halaman belakang rumah Sean, halaman itu cukup luas dan kolam renang juga lumayan besar.
Mereka semua berenang dan cuaca juga sangat mendukung, sedangkan Sean, Vanno dan Kenzo merokok sambil menikmati minuman mereka.
“Sudah berapa cewek yang dikencani oleh Zeno minggu ini Ken?” tanya Vanno yang membuat Kenzo dan Sean tertawa.
“Entahlah, yang sering menghitung hanya Angel, dia selalu stres melihat Zeno pergi dengan cewek yang beda-beda setiap hari.” jawab Kenzo.
“Anak mu itu nurunin siapa sih? Perasaan kau dulu tidak begitu Ken.” tukas Sean.
“Tidak tau, aku juga bingung, di paling tidak bisa saat melihat cewek cantik.”
Mereka memperhatikan anak-anak mereka yang sudah semakin besar. Zay, Zoya, Gaby sudah memasuki usia 21 tahun, Zeno sudah 20 tahun, Hazi 22 tahun, Benicio 18 tahun dan Hana sepantaran dengan Zeline hanya beda bulan saja yaitu 16 tahun.
“Kadang anak-anakku sering menanyakan bagaimana kisahku dengan Sonia dulu, aku bingung bagaimana harus menceritakannya pada mereka.”
“Ceritakan saja, paling tidak, mereka bisa belajar dari kisah kita dulu jadi tidak mudah untuk menyakiti pasangannya kelak." kata Kenzo.
“Heh kalian, sini.” Kenzo memanggil mereka semua, dengan kondisi basah kuyup, mereka mendekati Sean, Vanno dan Kenzo.
“Ada apa pa? Jangan tanya mengenai cewek lagi, mood ku sedang tidak bagus.” Celetuk Zeno yang langsung mendapat pukulan kecil dari Hana.
“Kalian ingin dengar kisah dramatis nggak? Ayo duduk.” Ujar Vanno.
“Boleh, kisah siapa dad?” tanya Benicio.
“Kisah kami dulu.”
Mereka semua langsung duduk dengan teratur, tak lupa mereka memegang cemilan masing-masing untuk mendengarkan cerita dari ayah mereka.
“kalian mau mulai dari kisah siapa?” tanya Kenzo.
“Mama sama papa aja dulu, aku penasaran, pengen tau.” Zoya mulai bersuara.
...***...