Niat hati, Quin ingin memberi kejutan di hari spesial Angga yang tak lain adalah tunangannya. Namun justru Quin lah yang mendapatkan kejutan bahkan sangat menyakitkan.
Pertemuannya dengan Damar seorang pria lumpuh membuatnya sedikit melupakan kesedihannya. Berawal dari pertemuan itu, Damar memberinya tawaran untuk menjadi partnernya selama 101 hari dan Quin pun menyetujuinya, tanpa mengetahui niat tersembunyi dari pria lumpuh itu.
"Ok ... jika hanya menjadi partnermu hanya 101 hari saja, bagiku tidak masalah. Tapi jangan salahkan aku jika kamu jatuh cinta padaku." Quin.
"Aku tidak yakin ... jika itu terjadi, maka kamu harus bertanggungjawab." Damar.
Apa sebenarnya niat tersembunyi Damar? Bagaimana kelanjutan hubungan Quin dan Angga? Jangan lupakan Kinara sang pelakor yang terus berusaha menjatuhkan Quin.
Akan berlabuh ke manakah cinta Quin? ☺️☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arrafa Aris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
"Bagaimana dengan pestanya semalam? Apa berjalan lancar?" tanya Quin sesaat setelah keduanya duduk di sofa.
Angga mengangguk lalu menjawab, "Tapi, tetap saja ada yang kurang karena ketidakhadiran semalam."
Quin tersenyum sinis sembari mengumpat, 'Bullshit!'
"Benarkah begitu?"
"Ya, aku bahkan nggak bersemangat."
Quin menatap lekat wajah Angga lalu bertanya, "Angga, apa kamu benar-benar mencintaiku?"
Pertanyaan tiba-tiba yang dilontarkan dari Quin barusan, sontak membuat Angga terkejut.
"Sayang, pertanyaan macam apa itu? Tentu saja aku mencintaimu!" tegas Angga sekaligus merasa heran, karena Quin tak lagi memanggilnya dengan sebutan sayang melainkan hanya nama.
"Benarkah? Apa hanya aku yang kamu cintai? Ataukah ada wanita lain sebagai cadangan? Who knows?!" cecar Quin dengan senyum sinis sekaligus menyindir.
"Sayang, kamu ngomong apa sih? Tentu saja kamu satu-satunya yang aku cintai. Nggak ada yang lain," jawab Angga tanpa dosa.
"Baguslah kalau begitu," sahut Quin kemudian membatin, 'Ck! Al mana sih? Lama banget tuh anak!'
Hening sejenak ....
Saat Quin beranjak dari dari sofa, Angga menahan pergelangan tangan gadis itu lalu bertanya, "Sebenarnya kamu ke mana saja kemarin? Sepertinya ada yang kamu sembunyikan dariku."
"Menyembunyikan sesuatu? Apa bukan sebaliknya?!" Quin balik bertanya dengan sinis.
Kembali hening ....
Tatapan tak biasa dari Quin, seketika membuat nyali Angga menciut. Sedetik kemudian gadis itu tersenyum pahit.
"Come on, jangan tegang begitu. Santai saja jika kamu merasa nggak melakukan kesalahan," celetuk Quin.
Angga bergeming. Tak lama berselang, Al menghampiri keduanya.
"Something wrong? Kelihatannya tegang banget!” kata Al. “Quin, ini es boba pesananmu."
"Thanks ya, Al," ucap Quin lalu meraih cup es boba favoritnya.
"Sama-sama Quin. Ya sudah, aku ke bawah dulu. Kalian lanjut saja mengobrol." Al kemudian meninggalkan tempat itu.
"Buat kamu saja," kata Quin. Ia memberikan cup es boba itu kepada Angga. "Habiskan, setelah itu kita ke restoran xxx bertemu papa."
.
.
.
Ketika dalam perjalanan menuju restoran xxx, Quin hanya diam. Memilih memejamkan mata sambil menyandarkan punggung di kursi mobil.
"Sayang, apa kamu baik-baik saja?" tanya Angga.
'Bagaimana mungkin aku baik-baik saja setelah menyaksikan perbuatan laknatmu juga Kinar. Pengkhianat!' jawab Quin dalam hati.
Angga melirik Quin yang tak menanggapi pertanyaannya. Ia pun menggenggam jemari sang tunangan.
"Angga, bagaimana jika kita akhiri saja pertunangan ini?"
Ucapan Quin barusan sontak membuat Angga terkejut sekaligus membuat pria itu mengerem mendadak.
"Aduh! Angga, kamu apa-apaan sih!" ucap Quin kesal sembari mengusap keningnya.
"Kamu yang apa-apaan?!" bentak Angga tak kalah kesal. "Kenapa sih, hari ini kamu bertingkah aneh! Setelah menunda pernikahan, kini dengan seenaknya kamu ingin mengakhiri pertunangan kita!"
"Begitu lebih baik bukan?”
"Sayang, please jangan seperti ini," bujuk Angga.
Tak ada tanggapan dari Quin. Dengan cepat, ia membuka pintu mobil kemudian keluar dari kendaraan itu.
"Sayang! Kamu mau ke mana? Papa sudah menunggu kita!" pekik Angga panik.
Tak ingin kehilangan gadis itu, Angga ingin keluar. Namun, suara klakson mobil di belakang terpaksa memaksanya maju.
"Aaarrgghh!!" Angga memukul setir mobil dengan perasaan geram.
"Ada apa sih dengan Quin?!" Ia pun terpaksa ke restoran xxx itu sendiri dengan perasaan getir.
Sementara itu, Quin memilih ke restoran Jepang favoritnya lalu menghubungi Al.
.
.
.
"Adrian, aku ingin kamu mencari tahu tentang gadis yang bersamaku kemarin di taman kota," pinta Damar.
Ucapan Damar barusan sontak membuat Adrian keheranan. Ia pun berkata, "Baik, Tuan."
'Entah mengapa aku tertarik dengan gadis itu. Kelihatannya dia gadis yang baik,' gumam Damar dalam hati disertai senyum tipis.
'Tumben, Tuan tersenyum setelah sekian lama? Apakah karena gadis itu?' batin Adrian.
Tak lama berselang, arah pandangan mata keduanya tertuju kepada sosok yang baru saja mereka bicarakan.
Quin yang baru saja memasuki restoran itu, memilih meja paling pojok persis di dekat dinding kaca.
"Tuan, bukankah gadis itu yang kemarin berada di taman kota?" tanya Adrian
"Sepertinya memang benar dia," jawab Damar.
“Apa Tuan ingin saya antar ke meja gadis itu?” tanya Adrian lagi.
“Tidak usah, Adrian. Sepertinya dia sedang menunggu seseorang," tolak Damar, meski ia ingin sekali menyapa Quin.
Tatapan Damar enggan beralih dari Quin. Benaknya pun bertanya-tanya? Karena pandangan gadis itu kosong disertai raut wajah yang terlihat sedih.
'Siapa yang ditunggunya?' batin Damar.
Selang beberapa menit kemudian, Al menghampiri Quin.
"Quin?" sapa Al kemudian duduk saling berhadapan dengan gadis itu. "Bukankah tadi kamu dan Angga pergi bersama? Kok, kamu malah terdampar di sini." tanya Al sembari tertawa.
"Tadinya, iya. Tapi, aku berubah pikiran!" jawab Quin ketus lalu menyedot minumannya.
"But why?" tanya Al lagi sekaligus penasaran.
Tak ada jawaban dari Quin melainkan membuang muka ke samping. Raut wajahnya juga seketika berubah murung.
"Quin, apa kalian sedang ada masalah? Apalagi semalam kamu nggak hadir di pesta Angga. Ponselmu juga nggak aktif!" cecar Al.
Quin menghela nafas. Dengan reflek mengusap dada yang tiba-tiba terasa sesak. "Ya, kami sedang tidak baik-baik saja. Barusan aku mengatakan kepadanya jika aku ingin mengakhiri pertunangan kami," jelas Quin.
"Yang benar saja kamu, Quin!” Al seolah tak percaya. "Tapi, kenapa?"
"Kemarin sore, aku memergokinya bersama Kinara sedang berhubungan int*im di apartement-nya. Ceritanya, aku ingin memberi kejutan kepada Angga. Nyatanya justru aku yang dikejutkan oleh perbuatan laknat mereka," jelas Quin disertai senyum pahit merasa miris.
"What the fu*ck!" maki Al karena terkejut mendengar penjelasan Quin. "Lalu, di mana pria brengsek itu sekarang?"
"Dia ke restoran xxx karena ada janjian dengan papa. Sudahlah, aku malas membahasnya. Sebaiknya kita kembali ke butik saja," cetus Quin dan dijawab dengan anggukan kepala oleh Al.
Quin dan Al kemudian beranjak sekaligus meninggalkan beberapa lembar uang di atas meja. Keduanya pun meninggalkan tempat itu.
Tanpa mereka sadari, diam-diam Adrian memotret Quin. Seusai mengambil gambar, ia langsung mengirim foto itu kepada seseorang.
.
.
.
Restoran xxx ...
Angga, Pak Pranata juga Bu Fitri terlihat sedang berbincang.
"Om, Tante, bagaimana ini? Kali ini Quin bukan lagi menunda pernikahan kami. Tapi, dia ingin mengakhiri pertunangan kami," jelas Angga dengan wajah getir.
"Apa?!" Pak Pranata sangat terkejut mendengar ucapan Angga. "Kenapa dia tiba-tiba saja berubah. Apa kalian sedang ada masalah?"
"Aku juga nggak tahu, Om. Bahkan, Quin nggak memberitahu alasannya. Dan, hubungan kami baik-baik saja nggak ada masalah sama sekali," jelas Angga lagi.
"Anak itu, maunya apa sih?!" sahut Bu Fitri merasa kesal mengingat putri sambungnya itu.
.
.
.
Beberapa jam berlalu ....
"Tuan," sapa Adrian seraya menghampiri.
"Adrian, bagaimana? Apa kamu sudah mendapat informasi tentang gadis itu?" tanya Damar.
"Iya, Tuan. Namanya Quin Atalia Pranata. Dia seorang designer sekaligus owner QA Boutique. Ini informasi lengkapnya Tuan." Adrian menyerahkan sebuah map kepada Damar.
Karena penasaran, Damar meraih map itu lalu mengeluarkan isinya. Senyum penuh arti seketika terbit di bibirnya, seusai membaca info tentang Quin.
Justru yang menarik perhatian Damar adalah, hubungan Angga juga Kinara. Ia menatap lekat foto keduanya dengan senyum sinis.
'Katanya, Angga akan segera menikah dengan Quin. Lalu, apa ini? Dia justru berselingkuh dengan gadis ini.'
...----------------...